By Hengki Wijaya
Apapun masalah
Anda dan bagaimanapun masalah itu menjadi besar tetapi perlu diingat bahwa
Yesus tetap yang terbesar dari semua masalah yang ada sebab Dia adalah Allah
Mahakuasa, Pencipta alam semesta dan Dia Mahatahu. Berikut ini kisah firman
Tuhan berdasarkan Yohanes 8:2-11.
Joh 8:2 Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah,
dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
Joh 8:3 Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
Joh 8:4 Mereka menempatkan perempuan itu di
tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah
ketika ia sedang berbuat zinah.
Joh 8:5 Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita
untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang
hal itu?”
Joh 8:6 Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia,
supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk
lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
Joh 8:7 Dan ketika mereka terus-menerus bertanya
kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di
antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada
perempuan itu.”
Joh 8:8 Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
Joh 8:9 Tetapi setelah mereka mendengar perkataan
itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya
tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Joh 8:10 Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata
kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang
menghukum engkau?”
Joh 8:11 Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata
Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi
mulai dari sekarang.”
Ketika Yesus berada
di Bait Allah mengajar, datanglah orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang
perempuan yang kedapatan berbuat zina. Tentulah kita bertanya di mana laki-laki
yang ikut berzina. Hal ini menjelaskan orang-orang Farisi ini datang kepada
Yesus untuk mencobai Dia. Orang-orang Farisi menempatkan perempuan di
tengah-tengah lalu menyatakan kesalahan
dan menghakiminya dengan menggunakan hukum Musa. Tetapi justru Dia membungkuk
dan menulis di tanah. Yesus bangkit berdiri dan berkata: “Barangsiapa di antara
kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan
itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Penafsirannya apa yang
dituliskan Allah dalam hukum Musa kini telah digenapi dengan kebenaran “Barangsiapa
di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada
perempuan itu.”
Tak seorang pun yang tidak berdosa
saat itu, kecuali Yesus sendiri. Sekalipun demikian Yesus pun tidak menghakimi
perempuan itu. Setelah Yesus membiarkan perempuan itu pergi maka Dia
melanjutkan berkata kepada orang-orang yang berada di situ:
Kamu
menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorangpun, dan jikalau
Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri,
tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku (Yoh. 8:15,16).
Masalah
menjadi Pusat
Orang
Kristen sering terjebak dengan dengan melihat masalah sebagai pusat. Seringkali
juga dalam pelayanan, kita senang apabila mendapati orang Kristen punya masalah
untuk dapat diselesaikan. Hal ini menjadi jalan untuk memperkenalkan Yesus
kepada orang percaya yang tidak taat. Kesaksian pribadi yang sama pun
disampaikan kepada orang yang dikunjungi dalam pelayanan diakonia. Kejadian ini
terlihat betapa masalah menjadi beritanya dan bukan kabar baik (Injil). Keadaan
ini membuka ruang untuk kita “menghakimi” orang lain karena masalah menjadi
pusat pemberitaan dan bukan kabar baik yang bersumber pada Yesus. Sama seperti
dosa menjadi pusat (diletakkan di tengah-tengah) dan bukan salib Kristus atau
Yesus sendiri.
Penginjilan yang benar
Penginjilan yang
benar adalah penginjilan yang menjadikan Yesus sebagai pusat kabar baik dan
kesaksian kita mengenai kabar baik Yesus yang telah terjadi dalam diri kita.
Bukan masalah kita bahkan pribadi kita melainkan Yesus satu-satunya pusat dan
berita mengenai Dia. Penginjilan bertujuan mencari domba yang hilang dari umat
Kristen dan orang yang belum percaya untuk dapat mendengarkan kabar baik
tentang pribadi Yesus. Penginjilan tidak bertujuan untuk memindahkan jemaat
dari satu gereja ke gereja lain hanya karena liturgi dan khotbah yang menarik
dan luar biasa tetapi pertumbuhan jemaat dan perjumpaan dengan pribadi Yesus
yang mengubahkan. Penginjilan dilakukan untuk membuat Yesus dimuliakan di muka
bumi ini “Make Him Known Make Him Famous”.
Roma 11:36, “Sebab segala sesuatu
adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai
selama-lamanya!”
Menghakimi
menuju “pembunuhan”
Kebiasaan orang-orang
Farisi di masa itu yang dilengkapi dengan pentungan dan batu menjadi tradisi
yang dipertahankan dengan alasan hukum Musa. Kebiasaan itu masih berlangsung
pada abad-abad berikutnya yaitu abad ketiga (200-an M). Sepertinya acara lempar
batu ini pada abad-abad selanjutnya menjadi tradisi agama untuk menjalankan
hukum Musa, sekalipun Yesus sudah meniadakan hal tersebut dengan memberikan
nasihat jelas “Jangan menghakimi”. “Karena dengan penghakiman yang kamu pakai
untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur,
akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu,
sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat
berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu,
padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok
dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar
itu dari mata saudaramu” (Matius 7:2-5).
Dengan cara apa kita
sering menghakimi orang lain? Dengan cara menilai seseorang tanpa bermaksud
menghakimi tetapi pada akhirnya menyeret kita untuk berkata-kata dengan mulut
kita untuk menghakimi. Gosip yang kita bicarakan sekalipun itu tidak bernilai negatif
tetapi dapat menimbulkan masalah. Sebaiknya kita lebih banyak diam untuk orang
lain dan hanya menyatakan kebenaran dan bukan dugaan bahkan fitnah atau isu-isu
yang tidak dapat dipertanggungjawabkan di hadapan manusia dan Tuhan.
Menghakimi dapat menyebabkan
“pembunuhan” karakter dengan ucapan kita yang menghujat dan menghardik, tetapi
baiklah kita menasihati dan menegur dengan kasih seperti teladan Yesus.
Sanggupkah kita melakukan itu? Tuhan Yesus sanggup dan Dia telah memberikan Roh
Kudus-Nya untuk menuntun perkataan, keputusan dan langkah-langkah kita ketika
kita mendengar dan bereaksi dengan masalah yang ada dengan berfokus bahwa Yesus
adalah Sumber solusi dan kuasa untuk menyelesaikan masalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar