Good News

Minggu, 02 November 2014

Yesus adalah Pusat Pemberitaan Injil




By Hengki Wijaya
       Apapun masalah Anda dan bagaimanapun masalah itu menjadi besar tetapi perlu diingat bahwa Yesus tetap yang terbesar dari semua masalah yang ada sebab Dia adalah Allah Mahakuasa, Pencipta alam semesta dan Dia Mahatahu. Berikut ini kisah firman Tuhan berdasarkan Yohanes 8:2-11.

Joh 8:2  Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka.
Joh 8:3  Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zinah.
Joh 8:4  Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: “Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zinah.
Joh 8:5  Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?”
Joh 8:6  Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah.
Joh 8:7  Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Iapun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Joh 8:8  Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah.
Joh 8:9  Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya.
Joh 8:10  Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya: “Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?”
Joh 8:11  Jawabnya: “Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus: “Akupun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Ketika Yesus berada di Bait Allah mengajar, datanglah orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina. Tentulah kita bertanya di mana laki-laki yang ikut berzina. Hal ini menjelaskan orang-orang Farisi ini datang kepada Yesus untuk mencobai Dia. Orang-orang Farisi menempatkan perempuan di tengah-tengah  lalu menyatakan kesalahan dan menghakiminya dengan menggunakan hukum Musa. Tetapi justru Dia membungkuk dan menulis di tanah. Yesus bangkit berdiri dan berkata: “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Penafsirannya apa yang dituliskan Allah dalam hukum Musa kini telah digenapi dengan kebenaran “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.”
Tak seorang pun yang tidak berdosa saat itu, kecuali Yesus sendiri. Sekalipun demikian Yesus pun tidak menghakimi perempuan itu. Setelah Yesus membiarkan perempuan itu pergi maka Dia melanjutkan berkata kepada orang-orang yang berada di situ:
     
      Kamu menghakimi menurut ukuran manusia, Aku tidak menghakimi seorangpun, dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku (Yoh. 8:15,16).

Masalah menjadi Pusat

Orang Kristen sering terjebak dengan dengan melihat masalah sebagai pusat. Seringkali juga dalam pelayanan, kita senang apabila mendapati orang Kristen punya masalah untuk dapat diselesaikan. Hal ini menjadi jalan untuk memperkenalkan Yesus kepada orang percaya yang tidak taat. Kesaksian pribadi yang sama pun disampaikan kepada orang yang dikunjungi dalam pelayanan diakonia. Kejadian ini terlihat betapa masalah menjadi beritanya dan bukan kabar baik (Injil). Keadaan ini membuka ruang untuk kita “menghakimi” orang lain karena masalah menjadi pusat pemberitaan dan bukan kabar baik yang bersumber pada Yesus. Sama seperti dosa menjadi pusat (diletakkan di tengah-tengah) dan bukan salib Kristus atau Yesus sendiri.

Penginjilan yang benar

Penginjilan yang benar adalah penginjilan yang menjadikan Yesus sebagai pusat kabar baik dan kesaksian kita mengenai kabar baik Yesus yang telah terjadi dalam diri kita. Bukan masalah kita bahkan pribadi kita melainkan Yesus satu-satunya pusat dan berita mengenai Dia. Penginjilan bertujuan mencari domba yang hilang dari umat Kristen dan orang yang belum percaya untuk dapat mendengarkan kabar baik tentang pribadi Yesus. Penginjilan tidak bertujuan untuk memindahkan jemaat dari satu gereja ke gereja lain hanya karena liturgi dan khotbah yang menarik dan luar biasa tetapi pertumbuhan jemaat dan perjumpaan dengan pribadi Yesus yang mengubahkan. Penginjilan dilakukan untuk membuat Yesus dimuliakan di muka bumi ini “Make Him Known Make Him Famous”.
Roma 11:36, “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!”

Menghakimi menuju “pembunuhan
     
Kebiasaan orang-orang Farisi di masa itu yang dilengkapi dengan pentungan dan batu menjadi tradisi yang dipertahankan dengan alasan hukum Musa. Kebiasaan itu masih berlangsung pada abad-abad berikutnya yaitu abad ketiga (200-an M). Sepertinya acara lempar batu ini pada abad-abad selanjutnya menjadi tradisi agama untuk menjalankan hukum Musa, sekalipun Yesus sudah meniadakan hal tersebut dengan memberikan nasihat jelas “Jangan menghakimi”. “Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu. Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam matamu. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu” (Matius 7:2-5).

Dengan cara apa kita sering menghakimi orang lain? Dengan cara menilai seseorang tanpa bermaksud menghakimi tetapi pada akhirnya menyeret kita untuk berkata-kata dengan mulut kita untuk menghakimi. Gosip yang kita bicarakan sekalipun itu tidak bernilai negatif tetapi dapat menimbulkan masalah. Sebaiknya kita lebih banyak diam untuk orang lain dan hanya menyatakan kebenaran dan bukan dugaan bahkan fitnah atau isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan di hadapan manusia dan Tuhan.

Menghakimi dapat menyebabkan “pembunuhan” karakter dengan ucapan kita yang menghujat dan menghardik, tetapi baiklah kita menasihati dan menegur dengan kasih seperti teladan Yesus. Sanggupkah kita melakukan itu? Tuhan Yesus sanggup dan Dia telah memberikan Roh Kudus-Nya untuk menuntun perkataan, keputusan dan langkah-langkah kita ketika kita mendengar dan bereaksi dengan masalah yang ada dengan berfokus bahwa Yesus adalah Sumber solusi dan kuasa untuk menyelesaikan masalah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar