Tema Khotbah : Jamahan Tuhan Yang
Membebaskan
Tanggal : 29 Maret 2015
Nats : Markus 7:33-35
Tujuan : Mengajarkan jemaat tentang mukjizat Tuhan
melalui jamahan pribadi-Nya yang
membebaskan kepada setiap jemaat secara pribadi.
“Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang
banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu,
lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.
Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata
kepadanya: “Efata!”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan
seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan
baik” (Markus 7:33-35).
Dimana ada
ikatan, Yesus akan mematahkan. Dimana ada keterikatan, Yesus akan membebaskan.
Banyak orang pada hari ini sedang terikat tidak hanya oleh kuasa jahat, tetapi
juga oleh kebiasaan-kebiasaan buruk seperti alkohol, rokok, dan obat-obatan,
judi, dan semua jenis keterikatan. Mintalah pertolongan kepada-Nya. Ia akan
memberi Anda jamahan yang membebaskan.[1]
Bagaimana jemaat Tuhan mendapatkan jamahan Tuhan yang membebaskan? Kita akan
belajar dari Yesus sendiri berdasarkan Markus 7:33-35.
Ada tiga
hal yang dapat kita lakukan sehingga jamahan Tuhan itu datang kepada kita
secara pribadi yaitu: Pertama, frase
“Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari
orang banyak, sehingga mereka sendirian”. Mereka sendirian adalah kata
kunci bagian awal ini. Kita dan Tuhan harus memiliki waktu berdua secara
khusus, sebab biasanya kita lebih banyak bersama dengan keluarga, teman.
Maksudnya dalam aktivitas berdoa kita cenderung mengikutsertakan banyak orang.
Meskipun kita berada dalam persekutuan namun harus tetap fokus dengan Tuhan.
Bila kita ingin mendapatkan jamahan Tuhan maka kesendirian bersama Tuhan adalah
jawabannya.
Hal kedua adalah berdoa dengan kesungguhan
hati dan beriman kepada Tuhan. Hal ini ditunjukkan Yesus ketika menengadah ke langit Yesus menarik nafas.
Yesus menarik nafas menunjukkan keseriusannya dan kesungguhannya berdoa kepada
Bapa untuk jamahan yang ajaib itu datang. Banyak orang berdoa merindukan
jamahan Tuhan namun sikapnya tidak ada kesungguhan bahkan sikapnya tidak
menunjukkan penyembahan kepada Allah. Ketiga,
Yesus berseru dengan lantang, “Efata!”,
artinya: Terbukalah!. Sikap kesungguhan hati disertai dengan perkataan
menghasilkan kuasa supranatural yang menyebabkan telingan si tuli terbuka.
Dengan iman maka ada kuasa dalam perkataan setiap orang yang percaya
kepada-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar