Good News

Rabu, 12 November 2014

Jamahan Tuhan Yang Membebaskan By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Jamahan Tuhan Yang Membebaskan
Tanggal                :  29 Maret  2015
Nats                     :  Markus 7:33-35
Tujuan                 :  Mengajarkan jemaat tentang mukjizat Tuhan melalui jamahan pribadi-Nya  yang membebaskan kepada setiap jemaat secara pribadi.

Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian, Ia memasukkan jari-Nya ke telinga orang itu, lalu Ia meludah dan meraba lidah orang itu.  Kemudian sambil menengadah ke langit Yesus menarik nafas dan berkata kepadanya: “Efata!”, artinya: Terbukalah! Maka terbukalah telinga orang itu dan seketika itu terlepas pulalah pengikat lidahnya, lalu ia berkata-kata dengan baik” (Markus 7:33-35).
Dimana ada ikatan, Yesus akan mematahkan. Dimana ada keterikatan, Yesus akan membebaskan. Banyak orang pada hari ini sedang terikat tidak hanya oleh kuasa jahat, tetapi juga oleh kebiasaan-kebiasaan buruk seperti alkohol, rokok, dan obat-obatan, judi, dan semua jenis keterikatan. Mintalah pertolongan kepada-Nya. Ia akan memberi Anda jamahan yang membebaskan.[1] Bagaimana jemaat Tuhan mendapatkan jamahan Tuhan yang membebaskan? Kita akan belajar dari Yesus sendiri berdasarkan Markus 7:33-35.
Ada tiga hal yang dapat kita lakukan sehingga jamahan Tuhan itu datang kepada kita secara pribadi yaitu: Pertama, frase “Dan sesudah Yesus memisahkan dia dari orang banyak, sehingga mereka sendirian”. Mereka sendirian adalah kata kunci bagian awal ini. Kita dan Tuhan harus memiliki waktu berdua secara khusus, sebab biasanya kita lebih banyak bersama dengan keluarga, teman. Maksudnya dalam aktivitas berdoa kita cenderung mengikutsertakan banyak orang. Meskipun kita berada dalam persekutuan namun harus tetap fokus dengan Tuhan. Bila kita ingin mendapatkan jamahan Tuhan maka kesendirian bersama Tuhan adalah jawabannya.
Hal kedua adalah berdoa dengan kesungguhan hati dan beriman kepada Tuhan. Hal ini ditunjukkan Yesus ketika menengadah ke langit Yesus menarik nafas. Yesus menarik nafas menunjukkan keseriusannya dan kesungguhannya berdoa kepada Bapa untuk jamahan yang ajaib itu datang. Banyak orang berdoa merindukan jamahan Tuhan namun sikapnya tidak ada kesungguhan bahkan sikapnya tidak menunjukkan penyembahan kepada Allah. Ketiga, Yesus berseru dengan lantang, “Efata!”, artinya: Terbukalah!. Sikap kesungguhan hati disertai dengan perkataan menghasilkan kuasa supranatural yang menyebabkan telingan si tuli terbuka. Dengan iman maka ada kuasa dalam perkataan setiap orang yang percaya kepada-Nya.


[1] Samuel Doctorian, My Daily Strength (Jakarta: Penerbit Immanuel, 2006),370.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar