Good News

Kamis, 13 November 2014

Berterima kasih kepada Tuhan By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Berterima kasih kepada Tuhan
Tanggal                :  22 September  2015
Nats                     :  Filipi 4:14-23
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang bagaimana menerapkan rasa berterima kasih kepada Tuhan melalui sesama kita supaya kasih Kristus mengalir dalam kehidupan kita

Dalam nats Filipi 4:14-23 ini, Paulus telah menerima pemberian dari gereja Filipi beberapa kali. Ia mengatakan bahwa pemberian yang telah ia terima dari Epafroditus seperti kurban yang harum. Allah akan memenuhi semua kebutuhan kekayaan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Dalam hal ini jemaat menunjukkan rasa terima kasihnya dengan memberi bagi pekerjaan Tuhan dan berani berbagi yang menunjukkan kepedulian terhadap sesama.

Pertama, cara memberi (ay. 14-19). Ketika kita diberkati dan berada dalam posisi memberi kepada orang lain, urusan itu yang pertama dan utama adalah antara diri kita dan Allah, bukan antara orang lain yang terlibat. Jika kita berlimpah, kita perlu menyadari bahwa itu adalah pemberian Allah kepada kita. Kebebasan yang kita miliki untuk memberi secara langsung berkaitan dengan berkat yang diterima dari Tuhan; keselamatan, pengharapan akan kekekalan, persekutuan dalam keluarga Allah, kurban dan kasih Kristus yang sangat besar yang memenuhi kebutuhan hati kita, diberikan dalam cara yang berkelimpahan, kaya dan mulia. Cara memberi yang benar adalah buah dari pemberian itu sendiri karena itulah yang memperbesar keuntungan yang memberi (ay. 17). Selanjutnya, kebenaran ini akan berlaku selamanya bahwa “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-nya dalam Kristus Yesus” (ay. 19). Artinya Dia telah terlebih dahulu memnuhi kebutuhan kita sebelum kita memberi yang ada pada kita. Kedua, berbagi berarti peduli. Kepedulian Paulus ditujukkan dalam penyampaian salamnya kepada tiap-tiap orang kudus dalam Kristus Yesus sebagi ungkapan rasa terima kasih Paulus. Paulus hendak mengatakan kepada kita sekalian bahwa kita harus saling mendukung, mengasihi  dan menguatkan seperti keluarga gereja Anda. Jika kita percaya bahwa kita saling memiliki dan merupakan orang-orang kudus Allah, hal itu akan menghasilkan hal-hal yang luar biasa bagi sukacita dan kebebasan kita untuk hidup seperti yang dikehendaki Allah.[1]


[1] Living Life Jurnal Pembentukan & Refleksi Rohani (Surabaya: Living Life Indonesia, Februari 2011), 112-114.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar