Tema Khotbah : Berterima kasih kepada
Tuhan
Tanggal : 22
September 2015
Nats : Filipi 4:14-23
Tujuan : mengajarkan jemaat tentang bagaimana
menerapkan rasa berterima kasih kepada Tuhan melalui sesama kita supaya kasih
Kristus mengalir dalam kehidupan kita
Dalam nats Filipi
4:14-23 ini, Paulus telah menerima pemberian dari gereja Filipi beberapa kali.
Ia mengatakan bahwa pemberian yang telah ia terima dari Epafroditus seperti
kurban yang harum. Allah akan memenuhi semua kebutuhan kekayaan kemuliaan-Nya
dalam Kristus Yesus. Dalam hal ini jemaat menunjukkan rasa terima kasihnya
dengan memberi bagi pekerjaan Tuhan dan berani berbagi yang menunjukkan
kepedulian terhadap sesama.
Pertama,
cara memberi (ay. 14-19). Ketika
kita diberkati dan berada dalam posisi memberi kepada orang lain, urusan itu
yang pertama dan utama adalah antara diri kita dan Allah, bukan antara orang
lain yang terlibat. Jika kita berlimpah, kita perlu menyadari bahwa itu adalah
pemberian Allah kepada kita. Kebebasan yang kita miliki untuk memberi secara
langsung berkaitan dengan berkat yang diterima dari Tuhan; keselamatan,
pengharapan akan kekekalan, persekutuan dalam keluarga Allah, kurban dan kasih
Kristus yang sangat besar yang memenuhi kebutuhan hati kita, diberikan dalam
cara yang berkelimpahan, kaya dan mulia. Cara memberi yang benar adalah buah
dari pemberian itu sendiri karena itulah yang memperbesar keuntungan yang
memberi (ay. 17). Selanjutnya, kebenaran ini akan berlaku selamanya bahwa “Allahku akan memenuhi segala keperluanmu
menurut kekayaan dan kemuliaan-nya dalam Kristus Yesus” (ay. 19). Artinya
Dia telah terlebih dahulu memnuhi kebutuhan kita sebelum kita memberi yang ada
pada kita. Kedua, berbagi berarti peduli. Kepedulian
Paulus ditujukkan dalam penyampaian salamnya kepada tiap-tiap orang kudus dalam
Kristus Yesus sebagi ungkapan rasa terima kasih Paulus. Paulus hendak
mengatakan kepada kita sekalian bahwa kita harus saling mendukung,
mengasihi dan menguatkan seperti
keluarga gereja Anda. Jika kita percaya bahwa kita saling memiliki dan
merupakan orang-orang kudus Allah, hal itu akan menghasilkan hal-hal yang luar
biasa bagi sukacita dan kebebasan kita untuk hidup seperti yang dikehendaki
Allah.[1]
[1] Living Life Jurnal Pembentukan & Refleksi Rohani (Surabaya:
Living Life Indonesia, Februari 2011), 112-114.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar