Tema Khotbah : Menjadi Jemaat Teladan
Tanggal : 19 Mei 2015
Nats : 1 Tesalonika 1:1-10
Tujuan : mengajarkan jemaat tentang teladan jemaat
Tesalonika supaya jemaat juga dapat menjadi teladan dalam gereja, sesama seiman
dan masyarakat
Hampir tidak dapat
dipercaya bilakita membaca dalam ayat 7, bahwa jemaat Tesalonika dapat menjadi
teladan untuk jemaat di wilayah Makedonia dan Akhaya. Dari segi usia, jemaat
ini masih sangat muda, baru berusia kurang dari dua tahun. Tepatnya jemaat ini
dibuka tahun 50 M dan surat ini dikirim tahun 52 M. Kalau begitu dalam hal
apakah jemaat Tesalonika menjadi teladan kepada jemaat-jemaat lain atau
orang-orang lain? Perhatikan ayat 3 maka kita akan menemukan beberapa aspek
keteladanan jemaat Tesalonika.
Pertama,
menjadi teladan dalam
iman.
“Kami selalu mengingat pekerjaan imanmu.”
Iman adalah ciri umumu dari semua orang Kristen. Jemaat Tesalonika
disebut jemaat teladan karena mereka memiliki iman yang berbuat, iman yang
berisi dan iman yang produktif. Kedua,
menjadi teladan dalam kasih. Kasih
merupakanunsur kedua dalam kehidupan Kristen. Mengapa justru jemaat muda
Tesalonika menjadi teladan dalam kasih? Tahukah saudara bahwa kasih yang
dimiliki jemaat Tesalonika adalah kasih praktis dan bukan kasih teoritis.
Menurut Yakobus kasih teoritis seperti berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas, makanlah sampai kenyang,” Maaf saya tidak membantu. Dalam hal apa
jemaat Tesalonika menjadi teladan dalam kasih? Paulus berkata: “kami selalu mengingat usaha kasihmu”.
Jemaat Tesalonika berusaha melayani Allah (ay. 9). Pelayanan terhadap Allah
mencakup dua hal yaitu: penyembahan dan pengorbanan. Kasih menuntut pelayanan.
Kasih jugalah yang mendorong Yesus rela berkorban bagi kita. Dan kasih pulalah
yang mendorong David Liviongstone mengorbankan dirinya mati bagi bangsa Afrika.
Jemaat Tesalonika juga melayani manusia. Kasih kepada Allah harus diikuti
dengan kasih kepada sesama. Ketiga, menjadi teladan dalam pengharapan.
Paulus berkata: “sebab kami selalu mengingat ketekunan pengharapanmu”. Jemaat
Tesalonika dapat menjadi teladan dalam pengharapan karena mereka memiliki
ketekunan, yaitu ketekunan dalam pengharapan. Ketekunan itu adalah tidak lain
adalah ketekunan dalam hal menantikan kedatangan Yesus Kristus. Alangkah
indahnya sebagai jemaat: “Kamu telah menjadi teladan untuk semua orang percaya
dimana kamu berada.[1]
[1] Maurits Silalahi, Siraman Rohani: Kumpulan Khotbah Ekspositori
(Makassar: Lembaga Penerbitan STT Jaffray, 2007), 49-55.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar