Good News

Kamis, 13 November 2014

Menjadi Jemaat Teladan By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Menjadi Jemaat Teladan
Tanggal                :  19 Mei 2015
Nats                     :  1 Tesalonika 1:1-10
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang teladan jemaat Tesalonika supaya jemaat juga dapat menjadi teladan dalam gereja, sesama seiman dan masyarakat

Hampir tidak dapat dipercaya bilakita membaca dalam ayat 7, bahwa jemaat Tesalonika dapat menjadi teladan untuk jemaat di wilayah Makedonia dan Akhaya. Dari segi usia, jemaat ini masih sangat muda, baru berusia kurang dari dua tahun. Tepatnya jemaat ini dibuka tahun 50 M dan surat ini dikirim tahun 52 M. Kalau begitu dalam hal apakah jemaat Tesalonika menjadi teladan kepada jemaat-jemaat lain atau orang-orang lain? Perhatikan ayat 3 maka kita akan menemukan beberapa aspek keteladanan jemaat Tesalonika.
Pertama, menjadi teladan dalam iman. “Kami selalu mengingat pekerjaan imanmu.”  Iman adalah ciri umumu dari semua orang Kristen. Jemaat Tesalonika disebut jemaat teladan karena mereka memiliki iman yang berbuat, iman yang berisi dan iman yang produktif. Kedua, menjadi teladan dalam kasih. Kasih merupakanunsur kedua dalam kehidupan Kristen. Mengapa justru jemaat muda Tesalonika menjadi teladan dalam kasih? Tahukah saudara bahwa kasih yang dimiliki jemaat Tesalonika adalah kasih praktis dan bukan kasih teoritis. Menurut Yakobus kasih teoritis seperti berkata: “Selamat jalan, kenakanlah kain panas, makanlah sampai kenyang,” Maaf saya tidak membantu. Dalam hal apa jemaat Tesalonika menjadi teladan dalam kasih? Paulus berkata: “kami selalu mengingat usaha kasihmu”. Jemaat Tesalonika berusaha melayani Allah (ay. 9). Pelayanan terhadap Allah mencakup dua hal yaitu: penyembahan dan pengorbanan. Kasih menuntut pelayanan. Kasih jugalah yang mendorong Yesus rela berkorban bagi kita. Dan kasih pulalah yang mendorong David Liviongstone mengorbankan dirinya mati bagi bangsa Afrika. Jemaat Tesalonika juga melayani manusia. Kasih kepada Allah harus diikuti dengan kasih kepada sesama. Ketiga, menjadi teladan dalam pengharapan. Paulus berkata: “sebab kami selalu mengingat ketekunan pengharapanmu”. Jemaat Tesalonika dapat menjadi teladan dalam pengharapan karena mereka memiliki ketekunan, yaitu ketekunan dalam pengharapan. Ketekunan itu adalah tidak lain adalah ketekunan dalam hal menantikan kedatangan Yesus Kristus. Alangkah indahnya sebagai jemaat: “Kamu telah menjadi teladan untuk semua orang percaya dimana kamu berada.[1]


[1] Maurits Silalahi, Siraman Rohani: Kumpulan Khotbah Ekspositori (Makassar: Lembaga Penerbitan STT Jaffray, 2007), 49-55.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar