By Hengki Wijaya
Tim Lane dan Paul Tripp
memulai bukunya dengan sub judul “Celah Injil”. Untuk memahami celah itu maka
kita perlu membaca 2 Petrus 1:3-9 (NIV). Di ayat 9, Petrus menunjukkan bahwa
ada orang-orang yang mengenal Tuhan, tetapi hidup mereka gagal untuk
menghasilkan buah iman yang diharapkan. Hidup mereka tidak digambarkan oleh relasi
yang mengasihi dan damai, penyembahan yang manis,alamiah, setiap hari kepada
Tuhan, sebuah relasi yang sehat dan seimbang dengan hal-hal materi dan
pertumbuhan spiritual yang berkesinambungan. Mengapa banyak orang Kristen
“tidak efektif dan tidak produktif”? Petrus menyatakan diagnosisnya di ayat 9:
mereka menjadi buta dan picik, karena mereka lupa, bahwa mereka telah
dibersihkan dari dosa-dosa mereka yang dahulu. Mereka buta terhadap kuasa dan
harapan Injil hari ini.
Ada tiga jenis kebutaan
yang menjadi celah Injil yaitu: a) ada kebutaan identitas. Kekurangan identitas
Injil ini muncul dengan dua cara; 1) banyak orang Kristen meremehkan kehadiran
dan kuasa dari dosa yang tinggal dalam kita; 2) banyak orang percaya juga gagal
melihat sisi lain dari identitas Injil mereka: identitas mereka di dalam
Kristus; b) Celah “di sini dan sekarang” dalam Injil juga membutakan kita
terhadap penyediaan Allah; c) Jenis ketiga dari kebutaan yang dihasilkan oleh
celah Injil adalah kebutaan terhadap proses Allah. Artinya Dia memanggil kita
untuk hidup dengan berusaha terus menerus, bertumbuh secara konstan, dan
memberikan pengakuan dan pertobatan terus menerus. Menjadikan kita kudus
merupakan agenda Allah yang pasti hingga kita dibawa pulang bersama dengan Dia.
Paulus
prihatin bahwa kita mengizinkan diri kita menjadi “tertawan oleh filsafat
kosong dan menipu.” Kata Yunani yang diterjemahkan “tertangkap” (NIV: taken captive) sebenarnya lebih dekat
kepada “tertawan” (abducted) atau
“terculik” (kidnapped). Maksud Paulus
ialah kita justru dapat tertawan oleh kepalsuan saat kita paling tidak
mengharapkannya. Penulis berpendapat bahwa banyak pengetahuan dunia dan
motivator yang kelihatannya memberi pengaruh positif kepada kita namun
sumbernya berasal dari pemikiran manusia yang positif tetapi tidak bersumber
dari kebenaran Kristus. Sebagaimana Amsal Salomo berkata : “Percayalah kepada
TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu
sendiri” (Amsal 3:5).
Ini
perkataan yang keras tetapi benar dari Traill, “Hikmat di luar Kristus adalah
kebodohan yang mencelakakan; kebenaran di luar Kristus adalah rasa bersalah dan
penghukuman; pengudusan di luar Kristus adalah kotoran dan dosa; penebusan di
luar adalah pembelengguan dan perbudakan.” Hal ini menyatakan bahwa keselamatan hanya ada
di dalam Yesus Kristus (Yoh 14:6). Ryle melanjutkan: Yesus sendiri
mengatakan,”Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu- Barangsiapa tinggal
di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak” (Yoh 15:4-5). Selanjutnya
J.C. Ryle katakan, “Seorang Kristen sejati adalah seseorang yang tidak hanya
memiliki hati nurani yang damai, tetapi peperangan di dalamnya.”
Gambaran
sederhana dalam Yeremia 17:5-10 meringkas sebuah tubuh yang besar dari isi
Alkitab. Gambar ini menangkap unsur-unsur besar akan perubahan di dalam
kehidupan sehari-hari: Panas Terik-Semak Belukar-Salib-Buah. Pandangan
sederhana itu dijelaskan sebagai berikut:[1]
1. Panas Terik. Ini adalah situasi seseorang di dalam hidup sehari-hari, dengan
kesulitan, berkat, dan godaan.
2. Semak Belukar. Ini adalah respons orang tidak beriman pada situasi. Ini mencakup
perilaku, hati yang mengarahkan perilaku, dan akibat yang dihasilkan.
3. Salib. Ini berfokus pada kehadiran Allah di dalam kemuliaan dan kasihNya yang
menebus. Melalui Kristus, Dia membawa penghiburan, pembersihan dan kuasa untuk
berubah.
4. Buah. Ini adalah respons orang saleh baru pada situasi yang dihasilkan dari
kuasa Allah yang bekerja di dalam hati. Hal ini mencakup perilaku, hati yang
diperbarui oleh anugerah dan tuaian akibat-akibat yang mengikutinya.
Penulis Surat
Ibrani menunjuki kepada enam hal:[2]
1. Allah tidak terkejut oleh pergumulan saya. Dia sudah melihat keseluruhan
masalahnya. Dia tidak akan pernah tergoncang atau kaget karena sesuatu yang tak
diharapkan terjadi. Inilah tepatnya mengapa Ia mengirim Kristus ke bumi.
2. Alkitab diperuntukan bagi orang-orang yang tepat sepertiAnda dan saya.
Ketika penulis berkata bahwa Kristus dicobai “di dalam segala hal, sama seperti
kita” (Ibr 4:15), Dia mengingatkan saya bahwa Alkitab berbicara kepada
orang-orang biasa dengan semua pergumulan akan iman dan karakter yang dikenal.
3. Kristus masuk ke dalam pergumulan saya. Dia sudah ada di sana. Dia
menghadapi rangkaian penuh godaan yang saya miliki. Dia tahu seperti apa
rasanya menghadapi godaan-godaan tersebut.
4. Kristus akan menolong. Saya dapat percaya bahwa saya tidak sendiri di
dalam pergumulan saya. Yesus memberikan belas kasihan dan anugerah yang sesuai
terhadap kebutuhan saya tepat ketika saya membutuhkannya.
5. Kristus memohonkan kasus saya di hadapan Bapa. Di semua pergumulan saya,
saya memiliki Jaksa. Dia memohon kepada Bapa mewakili saya hingga saya
sepenuhynya sudah dibebaskan dari semua godaan!.
6. Saya dapat datang kepada Allah dengan keberanian. Saya tidak harus
membersihkan diri saya atau mengecilkan pergumulan saya. Saya dapat datang
sebagaimana adanya saya dan menerima apa yang saya butuhkan.
Dalam Efesus
4:17-24, Paulus membuat pertentangan. Cara hidup orang tidak beriman (cara
lama, Semak Belukar) berakar di dalam pikiran yang salah (ay. 17) dan keinginan
yang salah (ay. 19) dan berakibat kepada respons-respons yang salah terhadap
hidup. Di ayat 20-24, Paulus mempertentangkan cara orang tak beriman yang lama
Z(Semak Belukar) dengan cara “mengenal Kristus” yang baru (pohon Buah). Hal ini
berakar di sebuah cara pikir yang baru (ay. 20-22) dan serangkaian keinginan
yang baru (ay. 22-24) yang menghasilkan respons-respons yang baru: mengatakan
kebenaran (ay. 25), marah tanpa berdosa (ay. 26-27), gaya hidup memberi (ay.
29), baik hati, berbelas kasihan, dan relasi yang mengampuni (ay. 30-31).
Penulis berpendapat ketika kita ingin menggalkan Semak Belukar berarti segala
pikiran yang lama juga harus ditanggalkan dan mengenakan pikiran Kristus
artinya pikiran yang didasarkan kehendak Allah dan bukan pengertian sendiri dan
pengetahuan intelektual kita yang masih tersimpan dalam pikiran kita sementara
kita mengenakan pikiran Kristus. Misalnya orang yang baru bertobat tidak bisa lagi
menggunakan pikirannya sebelum bertobat walaupun itu dianggapnya baik dan
berguna supaya pikirannya disucikan dan dibaharui oleh Firman Tuhan dan Roh
Kudus (Efesus 4:23).
Di dalam 1
Samuel 16:1-13, Allah memberi tahu Samuel apa yang perlu difokuskan ketika dia
menilai Daud dan kakak-kakaknya. Pandangan Allah kepada si anak laki-laki
penggembala, Daud, langsung masuk ke hati. Allah memperingati Samuel untuk
tidak mempercayai penampilan lahiriah, tetapi melihat ke watak batiniah. Di
kehidupan selanjutnya, Daud memberikan bukti dari mempelajari kebenaran ini
dalam mazmur penyelidikan pribadinya. “Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah
hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;lihatlah, apakah jalanku
serong, dan tuntunlah aku di jalan kekal” (Mazmur 139:23-24). Hal ini
menjelaskan bahwa perubahan hati merupakan awal perubahan pikiran yang kudus
karena dari hati kita muncul segala hal yang baik dan benar yang berasal dari
Allah. Injil Yohanes berkata: Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan
oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup"
(Yoh 7:38).
Buku “Bagaimana
Orang Berubah?” mereflesikan suatu metode dalam pengertian panas terik-semak
belukar-salib-buah sebagai tujuan buku ini yaitu untuk membuat individu dan
gereja untuk berpikir lebih dalam, konsisten dan Alkitabiah tentang
signifikansi Injil terhadap perihal sehari-hari dalam hidup. Buku ini
diharapkan supaya kita bertumbuh di dalam anugerah sebagai individu di dalam
komunitas iman, dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juru Selamat kita, Yesus
Kristus , sekarang dan sampai selama-lamanya (2 Petrus 3:18).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar