Good News

Senin, 20 Februari 2017

Khotbah: Jadilah seperti anak kecil oleh Hengki Wijaya

Menjadi anak kecil terlihat mudah, namun sulit bagi kita untuk tidak menjadi orang dewasa yang berlabel kebanggaan dan kebesaran. Apa sesungguhnya kebesaran itu bagi orang percaya? Apakah kebesaran itu diukur dengan kedudukan, status dan hal-hal yang hebat Tetapi sesungguhnya kebesaran itu tidak diukur oleh hal-hal yang duniawi, tetapi bagaimana kita bersikap ketika kita sebagai pelayan Tuhan diizinkan Tuhan mengalami berbagai mukjizat dan keajaiban Tuhan, apakah Anda akan merasa bangga dan menggunakan kuasa Tuhan untuk menonjolkan diri dan kebanggaan Anda? Saya harap Anda tidak perlu mengatakannya. Oleh karena itu, kita perlu belajar dari Tuhan Yesus yang mengatakan belajar dari anak kecil yang tentunya memiliki sifat ketaatan tanpa mempertanyakan apa yang diperolehnya untuk mengikut Kristus. Anak kecil mengikut apa yang dikatakan oleh orang tuanya bahwa apa yang diajarkan oleh Bapanya adalah sesuatu yang menghidupkan. Tetapi, kebesaran manusia dapat membuat orang percaya melupakan bahwa yang menjadi fokus adalah kehendak Tuhan dan pribadi Yesus. Kehendak pribadi dan kebesaran itu justru oleh Tuhan Yesus dengan tegas dikatakan bagi orang percaya untuk menyangkal diri dan mengikut Yesus dengan ketaatan total dan tidak ada kompromi. Perlu dipahami bahwa mengikut Yesus ada harga yang harus dibayar yaitu mengikuti kehendak Yesus dan apa yang Yesus kehendaki bagi kita biasanya tidak sama dengan apa yang kita kehendaki untuk kita lakukan bagi kemuliaan Yesus. Mencari kehendak tuhan adalah mencari apa yang Yesus ingin kita lakukan yang tentunya menyenangkan bagi-Nya dan buka cara kita yang kita anggap menyenangkan hati Tuhan.

Khotbah: 3 Hal yang dapat dipelajari dari Kehidupan Paulus oleh Hengki Wijay

Pelajaran yang dapat dipelajari dari kehidupan Paulus adalah:
1. Dalam seluruh kehidupan ini seumur hidup menjadi teladan dalam segala hal. Apakah Anda hanya melakukan hal yang baik kadang-kadang saja seakan-akan Anda didapati berubah-ubah dalam kebaikan dan teladan.
2. Paulus mengalami penderitaan yang pernah dialami Yesus. Dalam kehidupan Paulus selama 13 tahun mengalami penderitaan sebagai pengikut Tuhan Yesus. Apa yang dialami oleh Yesus juga sudah dialami oleh Paulus.
3. Menjadi teladan saja tidak cukup, namun juga menjadi teladan Yesus dan memuridkan orang-orang percaya untuk menjadi teladan Yesus Kristus. Apa yang kita teladani dari Kristus dan menyebarkan segala kebenaran Yesus kepada semua orang yang ditemuinya dalam kehidupannya. Seorang gembala yang baik siap mati bagi domba-dombanya. Paulus telah memberikan teladan yang sama yang diajarkan oleh Yesus kepada orang lain. Tanggung jawab untuk menjadi teladan adalah baik, namun harus mendidik orang lain menjadi murid Kristus.  Dalam Amsal 27:23, "Kamu harus mengenal domba-dombamu. Apakah Anda mengenal mereka (jemaat), mengenal kebutuhan mereka dalam hal ini kerohanian mereka.

Dalam Kisah Para Rasul 15:41, Paulus mengunjungi jemaat yang didirikan untuk meneguhkan hati mereka supaya tidak tawar hati. Kuatkan jemaat Anda untuk meningkatkan pekabaran Injil dan kerajinan mereka tidak kendor. Dalam hal ini Paulus mengajarkan kita bagaimana penggembalaan jemaat. Dalam Efesus 4:12, Untuk memperlengkapi orang kudus bagi pekerjaan pelayanan sehingga tubuh Kristus dapat dibangun. Mendorong jemaat untuk memiliki pelayanan di dalam gereja karena dengan demikian mereka akan bertumbuh dan bertanggung  jawab dengan pelayanan.  Gereja yang mendengar saja tidaklah lebih kuat daripada gereja yang mendengar dan melayani Tuhan. Menjadi jemaat yang aktif dan bukan pasif dapat menjadi ciri gereja yang sehat. Jadilah teladan yang menjadikan orang lain menjadi teladan bagi orang lain.

Kamis, 16 Februari 2017

Khotbah: Sudahkah atau Belumkah Selesai? oleh Hengki Wijaya

Melihat judul tersebut di atas tentu Anda bertanya apanya yang selesai dan apanya yang belum?
Melihat dalam nas dalam Injil Yohanes tentang kematian Yesus di atas kayu salib. Dalam tulisan ini kita fokus dengan  kematian Yesus. Perkataan Yesus di atas kayu salib yang berkata "Sudah selesai." Apa yang Yesus telah lakukan dengan mati di atas kayu salib untuk menyelesaikan apa yang harus digenapi-Nya. Yesus mati tidak hanya untuk dosa-dosa dan kutuk kita tetapi kematiannya untuk menyatakan kemuliaan Allah Bapa. Yesus telah menang dan kita sebagai orang percaya juga menjadi pemenang dan bebas dari maut. Apa yang sudah selesai dari orang percaya adalah merdeka dari dosa namun belum selesai karena memiliki tanggung jawab untuk memberitakan kematian-Nya untuk memuliakan nama-Nya.

Orang percaya harus menyelesaikan tugasnya di muka bumi dan menjalankan misi Yesus kepada semua orang.

Seminar Sehari: Meningkatkan Motivasi Dosen Dalam Melaksanakan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat oleh Hengki Wijaya

Hari ini Kementrian Riset , Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kopertis Wilayah IX mengadakan seminar sehari dengan tema: Meningkatkan Motivasi Dosen Dalam Melaksanakan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Lokasi seminar di THE RINRA HOTEL pada tanggal 17 Februari 2017. Acara ini menghadirkan dua tokoh pimpinan  Ditjen Penelitian dan Pengabdian Masyarakat RISTEKDIKTI. Tujuan seminar sehari ini adalah untuk mengembangkan potensi SDM dosen dan juga memotivasi dosen-dosen yang dahulunya bersemangat untuk meneliti dan memberikan pengabdian kepada masyarakat. Dalam smbutan dan laporannya, Prof. Dr. Ir. Andi Niartiningsih, MP melaporkan jumlah PTS aktif 353 dan ada 10 PTS yang bermasalah atau status pembinaan. Di Sulawesi Selatan yang terbanyak PTS. Jumalah Guru Besar masih  62 Guru Besar. Dari segi penelitian yang terlibat dalam penelitian. Tahun 2015 808; tahun 2016 924; tahun 2017 1326 dosen. PT yang terlibat dalam penelitian pada tahun 2015: 55 PTS; 2016 77 PTS dan 2017 102 PTS.
Untuk pengabdian masyarakat dosen yang terlibat 7,5% dari tiga tahun terakhir.
Permasalahan Penelitian:
Kualitas dan jabatan fungsional dosen masih rendah --- peneliti pemula
Fokus PTS tidak sama. Belum fokus ke penelitian, aktivitas pendidikan dan pengajaran lebih dominan.
PTS belum memiliki UNGGULAN untuk dikembangkan untuk dikembangkan.

Minggu, 12 Februari 2017

Lyric: Shout Your Fame oleh Hillsongs

"Shout Your Fame"

Some say You're just a good man
Some say You were kind
Some say You are in the grave
But I say You're alive

Some say You're just a prophet
Some say You were wise
Some say You were just a man
But I say You are God
You are my God

Khotbah: Siapa Yesus sebenarnya? oleh Hengki Wijaya

Banyak sebutan untuk Yesus di masa lalu dan bahkan sekarang. Bahkan saat ini banyak pemimpin dunia yang mengagumi Yesus sebagai guru yang mulia, pemimpin yang bijaksana, orang yang rela mengorbankan diri-Nya bagi banyak orang, raja orang Yahudi, imamat yang rajani, Anak Allah dan banyak lagi sebutan Yesus. Dalam khotbah ini dipaparkan anggapan banyak banyak tentang Yesus yang disimpulkan dalam empat pernyataan:

Tips membuat BAB I Latar Belakang oleh Hengki Wijaya

 19:1       Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.
19:2        Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu,
19:3        dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.
19:4        Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
19:5        Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!"
19:6        Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
19:7        Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."
19:8        Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia,
19:9        lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.
19:10     Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"
19:11     Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
19:12     Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."
19:13     Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata.
19:14     Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"
19:15     Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"
19:16     Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. (19-16b) Mereka menerima Yesus.
Percakapan  Yesus dan Pontius Pilatus adalah kebenaran yang tidak diketahui oleh banyak orang yang hadir pada saat itu. Orang banyak yang menghendaki Dia mati dan disalibkan melalui pemerintahan Pontius Pilatus. Dalam Injil Yohanes, Yesus mengalami penghinaan dari prajurit yang menyamatkan mahkota duri dan menyebut Dia Raja Yahudi dengan maksud menghina. Namun, memang Dia adalah Raja di atas segala raja karena kekuasaannya nantinya tidak hanya di bumi tetapi juga di Surga. Yesus mengalami penderitaan dalam pemerintahan Pontius Pilatus. Mengapa Yesus berjumpa dengan Pontius Pilatus? Karena Pontius Pilatus adalah wakil kaisar yang memiliki otoritas di wilayah di mana Yesus diadili. Orang-orang yang berteriak “Yesus harus disalibkan” merasa melanggar hukum mereka apabila mereka mengadili  Yesus, padahal mereka sudah memiliki niat untuk membunuh Yesus. Paradoks ingin membunuh, tetapi orang lain yang diharapkan mengambil keputusan tersebut. Dalam hal ini, seorang Pontius Pilatus memiliki peranan penting dalam penggenapan nubuatan Yesaya 53.  
Pontius Pilatus memiliki otoritas untuk membebaskan dan menghukum dalam pengambilan keputusan. Pontius hendak membebaskan Yesus, namun orang-orang Yahudi menghendaki  Yesus Barabas dibebaskan. Meskipun Barabas adalah pemberontak , namun dibebaskan. Pemberontakan merekalah yang ditanggung oleh Yesus melalui penderitaannya. Penderitaan Yesus adalah kehendak Allah. Penderitaan Yesus adalah sebuah proses dimulai pemberitaan oleh Yesus  tentang penderitaannya. Sebelum memasuki penderitaan oleh kehendak Tuhan, Yesus sebagai manusia mengalami pergumulan. Pergumulan itu dimulai dari taman Getsemani. Yesus berdoa kepada Bapa Bila dapat cawan itu lalu dari pada-Nya. Suatu pergumulan yang berpeluh dan sangat berat. Ada suatu tekanan batin yang menyakitkan daripada penderitaan fisik yang mana Dia disesah oleh prajurit. Penderitaan Yesus adalah kemenangan bagi-Nya dan bagi banyak orang. Kemenangan ini membawa kita yang dulunya berdosa kepada kehidupan kekal yaitu keselamatan umat manusia. Allah telah menempatkan Pontius Pilatus pada situasi yang sulit yang mana dia belum pernah mengalami  ketakutan dalam batinnya ketika berjumpa dengan Yesus.
Ketika orang banyak mencari kesalahannya dan tidak ada pikiran lain selain salibkan Dia dan enyahkan Di sebab Dia mengaku Anak Allah. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan dosa sudah melingkupi hati orang banyak sehingga mereka sepakat mewujudkan hal tersebut sekalipun harus melanggar hukum Tuhan. Hukum yang ada tidak mendapati kesalahannya sehingga Pontius Pilatus ingin membebaskan Dia dengan berbagai cara yaitu dengan cara menyesah Dia dengan harapan orang banyak berbelas kasihan dan mau memberikan kebebasan. Justru penderitaan yang Yesus alami adalah pembebasan bagi banyak orang. Yesus telah menyerahkan nyawa-Nya bagi banyak orang. “Maka kata Pilatus kepada-Nya: “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?” Yesus menjawab: “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.” Yesus mengetahui bahwa yang menyerahkannya dosanya lebih besar daripada orang yang memberi keputusan dalam hal ini Pontius Pilatus. Allah yang Mahakuasa yang memiliki kuasa untuk menyatakan kehendak-Nya terjadi di muka bumi sebab Dia lebih berkuasa dari segala kuasa yang ada di bumi.


Waspada dengan ajaran guru-guru Hukum Taurat
Berdasarkan 1 Timotius 1:1-11  tentang guru-guru palsu. Paulus menasihatkan kepada Timotius untuk tidak mengajarkan ajaran yang lain atupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya.  Hal ini terjadi karena guru-guru tersebut tidak mengajarkan tentang hidup tertib keselamatan yang diberikan Allah dalam iman Kristus. Nasihat Paulus bertujuan menimbulkan kasih dari hati yang tulus dan iman yang tulus. Tidak ada kebohongan dari ajaran tersebut. Bukan bualan dan omongan yang sia-sia. Banyak pengajar pada zaman Paulus mengajarkan untuk hidup berdasarkan hukum Taurat kembali pada mereka sudah hidup atas hukum kasih karunia oleh Yesus Kristus.  Guru-guru itu mengajarkan hukum taurat tanpa mengerti apa yang mereka ajarkan. Hukum taurat mengajarkan hal yang baik bila diajarkan dengan tepat.
Bagian ayat-ayat ini dalam nas ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a.         Hamba Kristus (1:1-2)
Paulus menyebut dirinya rasul bukan hanya sebutan yang berhubungan dengan pelayanan melainkan juga sebagai panggilan langsung dari Yesus Kristus. Paulus menasihatkan Timotius untuk mewaspadai ajaran-ajaran guru-guru palsu yang mengajarkan ajaran lain yang tidak ada hubungannya dengan ajaran Yesus Kristus.
b.        Menghindari  guru-guru palsu (1:3-11)
Paulus mengingatkan Timotius dalam suratnya supaya mewasoadai orang-orang yang mengajarkan hukum taurat secara dangkal sehingga dapat menyebabkan orang-orang percaya hidup kembali dalam hukum taurat sementara mereka sudah dibawa untuk hidup dalam hukum kasih karunia. Ketidakmengertian guru-guru yang mengajarkan hukum taurat dapat menyebabkan orang-orang yang sudah menjadi benar di dalam iman berubah menjadi orang berdosa. Dalam gereja saat ini banyak ajaran-ajaran yang membuat jemaat terjebak dalam aturan hukum taurat sementara tidak satu pun yang mampu melakukan hukum taurat dengan sempurna. Lain lagi dengan ajaran-ajaran yang tidak berhubungan dengan firman Tuhan dengan janji-janji manis yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

















Membuat latar belakang masalah
Merumuskan masalah dengan pendekatan teori yang sudah dipublikasikan di dalam jurnal. Penulis perlu membedakan masalah dan penyebab masalah. Penyebab masalah dapat ditemukan dalam literatur kepustakaan dan jurnal. Misalnya dalam jurnal ada penyebab masalah dan solusinya maka apa yang Anda tawarkan dalam penelitian Anda sebagai kebaruan ilmu. Dalam kecerdasan emosional ditemukan bahwa untuk meningkatkan kecerdasan emosional diperlukan empati maka diperlukan juga konseling dan manajemen konflik supaya dapat mewujudkan tujuan tersebut. Maka penelitian ini menggunakan dua metode penanganan kecerdasan emosional dapat ditingkatkan. Contoh yang lain jurnal 1) Pengaruh motivasi dalam meningkatkan penguasaan pengetahuan; Jurnal 2) Pengaruh motivasi dalam meningkatkan kecakapan interpersonal; 3) Pegaruh motivasi dalam meningkatkan kecakapan intrapersornal.
Intrapersonal adalah hubungan dengan diri sendiri; Interpersonal adalah hubungan dengan pribadi yang lain.
Tips penelitian: Mencari dan membaca jurnal-jurnal  dengan tema tertentu misalnya tentang motivasi. Dari jurnal-jurnal tersebut dapat masalah baru yang belum dipecahkan dan tentunya akan menghasilkan topik/judul yang baru.
Misalnya ada masalah bahwa kesejahteraan memengaruhi motivasi belajar siswa. Setelah  itu kita mendapatkan ide untuk mendapatkan judul baru. Perlu Anda menyatakan latar belakang (4W + 1H). Pentingnya kesejahteraan dengan prestasi mahasiswa. Dalam latar belakang perlu ada fakta, teori (jurnal, penelitian dan riset). Apa alasan Anda untuk meneliti sesuatu yang Anda anggap penting?

Apa masalah dalam memahami keselamatan. Keselamatan adalah anugerah dan bukan oleh perbuatan. Misalnya dalam gereja terdapat kritik yang membangun, tidak taat kepada gembala maka ada stigma bahwa orang yang memberontak diragukan keselamatan. Ada hamba Tuhan menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk mengontrol jemaat dan melindungi jabatan atau otoritas dalam gereja. Oleh karena itu perlu memahami otoritas sesuai dengan Alkitab. Ada fakta, ada penyebabnya dan solusi. Dari masalah ini akan timbul dua tema yaitu: Pemahaman otoritas berdasarkan Alkitab. Hubungan otoritas dan keselamatan: Keselamatan meneguhkan otoritas Allah dalam Diri orang Percaya.

Sabtu, 11 Februari 2017

Lord, Make Me More Bold by Jon Bloom

Lord, Make Me More Bold by Jon Bloom 
10 Februari 2017
Do you want to live and speak more boldly for Jesus Christ? I do.
How badly do we want it? Do we want it enough to ask, seek, and knock until God answers us and to take risks that press on our timidity? Or, if we’re honest, would we rather just keep wishing we were bolder — admiring bold people, being inspired by biographies about bold people, talking with our friends and small group members about our struggles with fear of man — all the while staying where we feel safe and relatively comfortable and letting fear go unchallenged?
My flesh likes the second option with a more flattering description. The Spirit says, “If you want to walk with me, choose the first.”
There’s the battle line. “The desires of the flesh are against the Spirit, and the desires of the Spirit are against the flesh, for these are opposed to each other, to keep you from doing the things you want to do” (Galatians 5:17). But in this battle, there’s no stalemate. One side always holds sway. So, “choose this day whom you will serve” (Joshua 24:15).
If we are serious about choosing the Spirit, God will grant us our request (Luke 11:13; John 15:7), and enable us to “walk by the Spirit [so we] will not gratify the desires of the flesh” (Galatians 5:16).
What Is Christian Boldness?
Boldness, in the biblical sense, is not a personality trait. A typically soft-spoken, introverted, calm person can be bold at a time when a typically driven, outspoken, brash person shrinks back. Boldness is acting, by the power of the Holy Spirit, on an urgent conviction in the face of some threat.
That last sentence contains the three ingredients to Christian boldness: Spirit-empowered conviction, courage, and urgency.
If one of the ingredients is missing, we won’t act boldly. Without sufficient conviction that something ought to be said or done, what’s there to be bold about? Without sufficient courage, we don’t have enough fiber in our conviction to face opposition or threats. Without a sufficient sense of urgency, we lack the fire under our feet to get us moving. People who are halfhearted, fearful, or indifferent are, by definition, not bold.

But if you’re aware of deficiencies in any of these three areas, take heart. The Bible gives us every reason to hope for transformation, and no reason to keep living with debilitating fear.
Jesus Bought Boldness
In Christ, “we have boldness and access with confidence through our faith” to God our Father (Ephesians 3:12).
The truth is there’s no power in heaven or on earth or under the earth that remotely approaches the power of God. He is the only one we need to fear (Luke 12:4–5). And Jesus took upon himself every reason we have to be terrified of God. Now in Christ God is for us. And,
If God is for us, who can be against us? He who did not spare his own Son but gave him up for us all, how will he not also with him graciously give us all things? (Romans 8:31–32)
If we can now “with confidence draw near to the throne of grace” (Hebrews 4:16), who then should we fear (Psalm 27:1)? Jesus did not die on the cross to have us quivering in a corner because some human being might say something mean, or stop our paychecks, or sever a relationship, or even kill us (Luke 12:4). No! For Jesus has ensured that,
neither death nor life, nor angels nor rulers, nor things present nor things to come, nor powers, nor height nor depth, nor anything else in all creation, will be able to separate us from the love of God in Christ Jesus our Lord. (Romans 8:38–39)
The only reason fear-based timidity remains in us is that we don’t believe these mind-blowing promises. What freezing fears might melt away, like snow in April, if we let the bright rays of Romans 8 shine on our shadowy places of unbelief, even for just a week?
The Spirit Empowers Boldness
After sunbathing in Romans 8, we should take an invigorating walk through the book of Acts and watch how Spirit emboldened the early Christians were.

Peter and John, once frozen with fear, when filled with the Holy Spirit, were out preaching the gospel for everyone to hear (see Acts 2:14–41). This soon got them arrested — the very thing that had terrified them before — and their boldness astonished the Jewish authorities, who then “recognized that they had been with Jesus” (Acts 4:13).
Don’t you want to bear that bold spiritual family resemblance? It requires the Spirit of Jesus (Philippians 1:19).
Pray for Boldness!
The early Christians knew this. Post-Pentecost they didn’t always feel bold. In fact, in Acts 4, when the disciples came back from the astonished authorities, they told the church of the threats they received. Everyone understood the implication: persecution and possible execution. So, did they flee back into hiding? No, they prayed for boldness:
“And now, Lord, look upon their threats and grant to your servants to continue to speak your word with all boldness.” . . . And when they had prayed, the place in which they were gathered together was shaken, and they were all filled with the Holy Spirit and continued to speak the word of God with boldness. (Acts 4:29, 31)
In answer to prayer, fear melted away and they received a fresh filling of the Holy Spirit and renewed boldness to keep speaking.
Boldness is not constant or taken for granted. We must keep praying for it whenever we need it. Even the apostle Paul experienced this. That’s why he asked the Ephesians to pray that he “may declare [the gospel] boldly, as [he] ought to speak” (Ephesians 6:20). Boldness is not an option for us, but it’s also not a given. Since it is not a constant gift of the Spirit, we must pray for it frequently.
Act the Miracle
But we should not think every time boldness is required we will feel some heroic swell of confidence. God often gives us Spirit-empowered boldness when, in spite of feeling fear, we step out in faith that the Spirit will provide the measure of boldness we need in that moment.

If we look, Acts is full of instances where boldness was given in situations where no doubt the speakers were tempted with fear:
In Antioch Pisidia, Paul and Barnabas “spoke out boldly” when the Jews publicly reviled them (Acts 13:46).
In Iconium, they were also vigorously opposed, “so they remained for a long time, speaking boldly for the Lord” (Acts 14:3).
In Ephesus, Apollos spoke “boldly in the synagogue” (Acts 18:26).
In Ephesus, Paul taught in the synagogue “and for three months spoke boldly, reasoning and persuading them about the kingdom of God” (Acts 19:8).
In Caesarea, when Paul was imprisoned, he spoke “boldly” to King Agrippa (Acts 26:26).
And the last thing we know about Paul is that, while under house arrest in Rome, he went on “proclaiming the kingdom of God and teaching about the Lord Jesus Christ with all boldness and without hindrance” (Acts 28:31).
Yes, we should pray to be filled with the Spirit. But when boldness is needed in fearful situations, and we act in spite of sweaty palms and pounding hearts, Jesus promises to fill our mouths by the Spirit (Matthew 10:20). And so we act the miracle.
Boldness Is Contagious
And a wonderful thing happens when we act the miracle: others begin to act it, too. Paul described this phenomenon:
And most of the brothers, having become confident in the Lord by my imprisonment, are much more bold to speak the word without fear. (Philippians 1:14)
Paul’s imprisonment for being bold for Christ emboldened other Christians. And we’ve all experienced this in some way. The best way to start a movement of bold witness is to step out in boldness ourselves.

Silabus Metodologi penelitian teologi/Sosial oleh Hengki Wijaya

Deskripsi Mata Kuliah:
       Mata Kuliah ini membahas tentang pengertian-pengertian dalam metode penelitian. Dalam perkuliahan ini mahasiswa dapat memahami proses penelitian dan pembuatan laporan penelitian yang dimulai dengan pendahuluan, tinjauan pustaka/literatur/kepustakaan latar belakang kitab dan selanjutnya melalui tahap metode penelitian. Merumuskan hasil penelitian, membuat kesimpulan dan saran serta menuliskan kepustakaan yang benar. Secara khusus mata kuliah ini akan menjawab perbedaan penelitian kuantitatif, kualitatif dan biblika.

Tujuan Mata Kuliah:
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa akan dapat:
1.        Menjadikan mahasiswa STT Jaffray yang terampil dalam melakukan penelitian yang benar untuk mengembangkan Tri Dharma Perguruan Tinggi terutama bidang penelitian yang bermanfaat bagi studi, gereja dan masyarakat.
2.        Mengetahui dan memahami: pengertian metode penelitian; manfaat metode penelitian; teknik dan prosedur penelitian.
3.        Mengetahui dan memahami: desain penelitian; perencanaan dan pelaksanaan penelitian; jenis disain penelitian; proposal penelitian.
4.        Mengetahui dan memahami: studi kepustakaan; fungsi studi kepustakaan; kerangka berpikir.
5.        Mengetahui dan memahami: cara menyusun hipotesis; kegunaan hipotesis; rumusan hipotesis; pengujian hipotesis.
6.        Mengetahui dan memahami: alasan pemilihan sampel, syarat-syarat, teknik sampling.
7.        Mengetahui dan memahami: pengumpulan, pengolahan dan penyajian data.
8.        Mengetahui dan memahami: analisis hubungan; analisis komparasi; analisis deskriptif; interpretasi analisis data; genaralisasi dan kesimpulan.
9.        Mengetahui dan memahami: aturan penulisan; format; manfaat penulisan laporan penelitian; perbedaan skripsi; tesis; dan disertasi dan jurnal.
10.    Pemahaman yang benar tentang plagiarisme sebagai jawaban anti plagiat dalam penelitian.
11.    Membuat laporan makalah,karya ilmiah dan skripsi yang baik dan benar serta memiliki nilai ganda bagi perkembangan penelitian teologi, pendidikan dan sosial.

Garis Besar Mata Kuliah
1.        Pengertian dan jenis-jenis penelitian teologi/sosial.
2.        Pengertian Metode Penelitian dan bagian-bagian dalam metode penelitian
3.        Pemahaman tentang kepustakaan penelitian dan hubungan pendahuluan dan tinjauan pustaka serta teknik penulisan catatan kaki dan kepustakaan.
4.        Penyusunan kerangka berpikir, hipotesis, logika berpikir, ide penelitian dan hasil penelitian terdahulu menjadi kesatuan utuh untuk menghasilkan penelitian yang baik dan benar.
5.        Pembuatan proposal penelitian termasuk di dalamnya format penulisan, pendahuluan, tinjauan pustaka/kitab/surat dan metode penelitian; analisis data, hasil pembahasan serta kesimpulan dan saran yang dilengkapi dengan kepustakaan dan lampiran-lampiran.
6.        Pemahaman yang benar tentang tindakan plagiarisme serta sanksi yang diberikan kepada plagiator.
7.        Mengembangkan ide penelitian atau suatu ide menjadi makalah dan proposal penelitian yang terbaru dengan kepustakaan yang mutakhir.

Silabus Kepemimpinan Kristen oleh Pdt. Dr. Daniel Ronda

Visi Pembelajaran:
            Menjadikan mahasiswa sebagai pemimpin yang memiliki karakter Kristus dan kompetensi dasar-dasar kepemimpinan yang diperlukan dunia saat ini, baik di dunia sekuler maupun gereja.

Deskripsi Mata Kuliah:
Mata Kuliah ini membahas prinsip Alkitabiah tentang Kepemimpinan Kristen.  Dunia dan gereja mengalami krisis kepemimpinan dan memerlukan pemimpin yang berkualitas dalam memimpin gereja maupun organisasi.  Ketika tren perkembangan kepemimpinan telah berkembang sedemikian pesat, maka seringkali kita dibingungkan dengan berbagai macam teori dan aplikasi kepemimpinan baik sekular maupun rohani.  Mata kuliah ini mencoba kembali ke prinsip Alkitab tentang kepemimpinan dan aplikasinya ke dalam dunia gereja dan masyarakat saat ini, sehingga menghasilkan pemimpin yang berhasil dalam memimpin.

Tujuan Mata Kuliah:
Setelah menyelesaikan perkuliahan ini mahasiswa akan dapat:
  1. Memahami definisi kepemimpinan dan memiliki wawasan yang luas tentang makna kepemimpinan.
  2. Memiliki dasar Alkitab yang kokoh tentang kepemimpinan.
  3. Menguasai prinsip-prinsip kepemimpinan tentang visi dan penetapan gol.
  4. Memiliki integritas sebagai seorang pemimpin.
  5. Menjadi pemimpin yang memiliki wibawa dan rohani.
  6. Menjadi pemimpin yang dapat mengembangkan dirinya dalam menghadapi tuntutan zaman.
  7. Menjadi pemimpin yang mengembangkan orang lain.

Garis Besar Mata Kuliah
  1. Definisi Kepemimpinan
  2. Dasar Alkitab Kepemimpinan
  3. The Power of Vision
  4. Goal Settings
  5. Rahasia Kepemimpinan Efektif
  6. Integritas
  7. Pemimpin dan Spiritualitasnya
  8. Pemimpin yang memobilisasi dan bermultiplikasi (pemuridan, coaching, dan mentoring)
  9. Pemimpin dan keluarganya
  10. Penatalayanan


Penilaian:
1. Tugas-tugas kelompok        40%
2. Ujian Akhir                         30%
3.  Interaksi Bacaan                20%
4. Kehadiran                           10%

Tugas-Tugas Kelompok
            Akan dibuatkan tugas kelompok dalam bentuk pembuatan materi pembelajaran kepemimpinan serta wawancara dalam bentuk film yang kemudian diupload di youtube.

Tugas Bacaan
            Buatlah ringkasan dari buku ini, terutama poin-poin penting tentang prinsip kepemimpinannya, sehingga Saudara bisa pakai di kemudian hari dalam pelayanan Anda:
  1. Daniel Ronda, Leadership Wisdom (Bandung: Kalam Hidup, 2015) (cetakan kedua)
  2. Oswald Sanders, Kepemimpinan Rohani (Batam Press atau Kalam Hidup).
  3. Daniel Ronda, Belajar Menjadi Pemimpin (Tangerang: Matana Publishing, 2015).

Silabus Entrepreneurship oleh Hengki Wijaya

DESKRIPSI MATA KULIAH


Tujuan dari mata kuliah ini adalah untuk mempelajari bagaimana para hamba Tuhan dan jemaat dapat mempromosikan dan mendukung  pembentukan bisnis baru yang nantinya meningkatkan pendapatan jemaat yang berdampak pada gereja secara umum. Daripada mencari bisnis yang ada atau mengandalkan bantuan instansi pemerintah untuk menghasilkan lapangan  pekerjaan,  maka melalui kuliah ini ada pertanyaan yang harus digumuli oleh mahasiswa “apa yang bisa dilakukan gereja?” Tidak adanya kesempatan kerja dalam jemaat terutama jemaat di daerah urban (pinggiran kota) dan pedalaman menimbulkan kesenjangan dan kemiskinan.  Oleh karena itu, perlu adanya pemberdayaan jemaat lokal dengan memanfaatkan karunia-karunia dan keterampilan untuk menjadi usaha melalui kewirausahaan (entrepreneurship). Di mulai dari insiatif  gereja untuk mengembangkan jemaatnya dengan keterampilan, pengalaman, jaringan, sumber daya untuk membantu saudara-saudara mereka menemukan atau membuat yang bisnis baru dan peluang kerja. Kuliah  ini akan meletakkan dasar untuk kewirausahaan berdasarkan studi Alkitab, teologi, dan etika. Apa yang Alkitab ajarkan tentang realitas dan tujuan kerja, kepemimpinan, uang, komunikasi dan topik-topik terkait? Dan apa etika Kristen mengajarkan kita tentang membangun budaya kerja yang sehat, mengatasi kesulitan, dan melakukan hal yang benar di mata Allah? Berdasarkan landasan teologis yang kuat ini akan menjadi program lokakarya praktis bagi para hamba Tuhan saat ini dan masa depan dan pemimpin gereja untuk membantu orang percaya menciptakan lapangan kerja dan perusahaan.

TUJUAN MATA KULIAH

1.       Mahasiswa dapat menjelaskan ruang lingkup Entrepreneurship
2.       Mahasiswa dapat menjelaskan nilai-nilai kewirausahaan yang mungkin dapat dikembangkan dari potensi dirinya dan perspektif etika Kristen tentang hamba Tuhan dan kewirausahaan.
3.       Mahasiswa dapat mengembangkan ide-ide menjadi wadah entrepreneurship.
4.       Mahasiswa mampu membuat produk atau konsep yang dapat dikembangkan oleh gereja dan jemaat.
5.       Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk pelayanan yang diberikan
6.       Mahasiswa mampu melakukan perencanaan,pengelolaan.pengembangan dan sistem pengawasan bagi sumber daya manusia termasuk di dalamnya tim kerja untuk mendukung usaha yang dilakukan.
7.       Mahasiswa mampu mengidentifikasi kepemimpinan  yang dibutuhkan di wirausaha.
8.        Mahasiswa mampu mengidentifikasi potensi diri sebagai wirausaha.
9.        Mahasiswa mampu mengidentifikasi faktor-faktor pemicu suksesnya wirausaha
10.    Mahasiswa mampu mengidentifikasi peluang usaha.
11.    Mahasiswa mampu menganalisis terhadap suatu usaha dengan metode SWOT.
12.    Mahasiswa mampu membuat rancangan Usaha (Bisnis Plan).
13.     Mahasiswa mampu mempresentasikan rancangan usaha sehingga dapat mendapatkan dukungan dana atau franchise.
14.     Mahasiswa dapat membuat proposal usaha dalam bentuk laporan untuk mencari tambahan dana yang nantinya dapat memperluas jangkauan usaha.

III. KEPUSTAKAAN


Drucker, Peter F. Innovation and Entrepreneurship Practice and Principles. New York: HarperCollins Publisher Inc., 1985.
Matheus, Jonathan. “Laporan Kewirausahaan Kopertis IX.” Makassar: STT Jaffray, 2016.
Rusdiana, H. A. Kewirausahaan Teori dan Praktik. Bandung: Pustaka Setia, 2014.
Scherdin, M. and Ivo Zander. Ed. Art Entrepreneurship. Massachusetts: Edwar Elgar Publishing Limited, 2011.
Slamet, F., Hetty Karunia Tanjungsari, Mei le. Dasar-dasar Kewirausahaan Teori dan Praktik. Jakarta: Indeks, 2016.
Stückelberger, Ch., Cui Wantian, Teodorina Lessidrenska, Wang Dan, Liu Yang, Zhang Yu, Entrepreneurs with Christian Values Training Handbook for 12 Modules. Geneva: Globethics.net, 2016.
Suharyadi, Arissetyanto Nugroho, Purwanto S. K., Maman Faturohman. Kewirausahaan: Membangun Usaha SuksesSejak usia Muda. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2007.
Zimmerer, Thomas W., Norman M. Scarborough dan Doug Wilson. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil  Edisi 5 Buku 1. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2008.
Zimmerer, Thomas W., Norman M. Scarborough dan Doug Wilson. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil  Edisi 5 Buku 2. Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2009.

IV. PENILAIAN

Butir penilaian terdiri dari :
A.     Tugas mandiri (Teori & Praktik)
Mahasiswa mampu mengerjakan membuat resume tentang mata kuliah Kewirausahaan dari awal sampai akhir
B.     Tugas kelompok (Teori & praktik)
Mahasiswa secara kelompok membuat rancangan usaha.
C.     Presentasi Kelompok
Presentasi kelompok dari rancangan usaha kelompok
D.     Laporan Akhir
Ujian akhir semester dilaksanakan diakhir perkuliahan bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian kompetensi mahasiswa.

TABEL BOBOT PENILAIAN

No.
Jenis Penilaian
Skor Maksimum
1
Kehadiran dan partisipasi kuliah/praktik
10
2
Tugas mandiri
10
3
Tugas kelompok
20
4
Presentasi Kelompok
20
5
Laporan Akhir
40
Jumlah tambahan
100


Silabus Pertumbuhan Gereja oleh Pdt. Daniel Keum, M, Th.

Matakuliah                               : Pertumbuhan Gereja
Instruktur                                 : Pdt. Daniel Keum, M, Th.
Semester/Tahun                       : Genap/2016-2017

Hari Pertemuan/Jam                 : Kamis, 09:00-11:00


Manfaat Matakuliah

Saat Gereja berbeda dengan dunia secara jelas, Gereja bisa menarik perhatian dunia. Awalnya, Dunia membenci Gereja, Akhirnya Dunia akan mendengar Message dari Gereja. (D. Martin Llyod Jones)               
Gereja bukan tempat untuk menarik orang banyak lewat berbagai program dan bukan tempat untuk bersaing dengan dunia melalui marketing budaya.
Gereja adalah untuk kerajaan Allah, bukan untuk manusia. Di dalam Gereja harus timbul penyataan Firman Tuhan dan pengakuan dosa manusia.  Matakuliah ini membuat kita menyadari identitas Gereja pada masa modern ini dan mengingatkan hakekat Gereja.
Lewat itu, mempelajari peranan Gereja lebih penting dari pada pertumbuhan Gereja.

Deskripsi Matakuliah

Pertumbuhan Gereja adalah kehendak Allah.  Tetapi, pepatah ini menyebabkan banyak masalah, karena, sudah bertumuh, tapi tidak sehat. Kita lupa bahwa pertumbuhan selalu membawa penderitaan.   Dulu, Gereja dan Pendeta berfokus pada pertumbuhan Gereja, maka muncul banyak Gereja yang besar melalui berbagai program dan Healing Ministry. Oleh karena walaupun ada banyak gereja yang besar, tetapi masalah di dalam gereja juga tetap ada.
    Pada masa modern ini, kita harus menuju ke gereja yang sehat daripada gereja yang besar. Kalau gereja sehat, pasti pertumbuhan mengikuti.

Tujuan Instruksional

A.    Umum
Setelah mahasiswa menyelesaikan matakuliah ini, mahasiswa akan dapat memahami secara benar identitas Gereja, sehingga mahasiswa bisa membayangkan Gereja masa depan.
B.    Khusus
1.      Mahasiswa dapat menjelaskan permulaan pertumbuhan Gereja.
2.      Mahasiswa dapat menjelaskan aliran pertumbuhan Gereja.
3.      Mahasiswa dapat menjelaskan gambaran Gereja mula-mulanya.
4.      Mahasiswa dapat menjelaskan topik-topik penting tentang pertumbuhan gereja.
5.      Mahasiswa dapat memjelaskan Identitas Gereja pada masa modern ini.

Kerangka Matakuliah

A.    Pengantar Pertumbuhan Gereja
1.    Pemahaman tentang Pertumbuhan Gereja.
2.    Latarbelakang Alkitab
B.    Prinsip tentang Pertumbuhan Gereja
1.    Pandangan Gereja yang sehat
2.    Apakah Gereja itu?
3.    Komunikasi yang efektif
4.    Peranan Roh Kudus
C.    Membangunkan Gereja
1.    Dari hidup dengan damai
2.    Dari Popularitas yang sensitive pada dunia
3.    Dari Berbagai strategi untuk Pertumbuhan
4.    Dari Ibadah yang formal
D.    Proyek untuk membangun Gereja yang sehat
1.    Perubahan Paradigma
2.    Khotbah Alkitabiah
3.    Ibadah Rohani
4.    Sel Grup
5.    Pemuridan


Strategi Perkuliahan

Metode perkuliahan matakuliah ini menggunakan ceramah dan diskusi di kelas, penyelidikan Alkitab secara pribadi, penyelidikan perpustakaan sehubungan dengan nas yang dipelajari, dan evaluasi matakuliah (pengerjaan Tugas Akhir).  Untuk itu setiap mahasiswa yang mengambil matakuliah ini diharuskan untuk membaca buku-buku yang berhubungan dengan setiap pokok bahasan yang akan dibahas di kelas, agar dapat memberikan gagasan dan pendapat yang berhubungan dengan materi yang dibahas di kelas.

Tugas-Tugas

1.     Setiap mahasiswa diharuskan untuk terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar di kelas.  Penilaian dilaksanakan berdasarkan kehadiran, sikap, persiapan-persiapan sebelum kelas dimulai, dan kontribusi dalam pertemuan-pertemuan di kelas.
2.     Tugas Bacaan. (Rick Warren- Pertumbuhan Gereja Masa kini)
3.     Mahasiswa diharuskan untuk mengerjakan tugas-tugas sesuai dengan pokok bahasan yang dipelajari di kelas.
4.     Proyek akhir semester.  Mahasiswa diharuskan untuk membuat tugas akhir sesuai dengan soal penuntun yang akan diberikan oleh dosen.  Pengerjaan tugas ini harus disesuaikan dengan pedoman penulisan karya ilmiah yang berlaku di STT Jaffray.  Tugas ini dikumpulkan paling lambat pada saat pelaksanaan ujian akhir.  Jika terdapat kecurigaan bahwa tugas yang dikerjakan adalah sama, maka tugas dikembalikan dan nilai tidak dimasukkan sampai ada klarifikasi dari pemilik makalah.
5.     Mahasiswa diharuskan untuk mengikuti kuis/ujian yang akan dilaksanakan di kelas.

Kriteria Penilaian
Dalam menentukan nilai akhir akan digunakan pembobotan sebagai berikut:
1.     Kehadiran/Interaksi                                      15 %
2.     Pembacaan                                                    15 %
3.     Tugas-tugas & Makalah                               20 %
4.     Ujian Tengah  Semester                               25 %
5.     Ujian akhir semester                                    25 %


Daftar Pustaka

Donald A. McGavran. Ten Empahases of the Church Growth Movement. William Carey Library, 1984.
Ebbie C. Smith, Balanced Church Growth. Nashville :Broadman, 1984.
John Bronnert, The Value of  Church Growth Thinking in Contemporary Britain. University of Manchester: England,1983.
J. Herbert Kane. The Christian World Mission Today and Tomorrow. Grand Rapids : Baker,1981.
J. Wascom Pickett, Christian Mass Movements in India. Lucknow: Lucknow publishing House,1933.
Ralph H. Elliot, Church Growth that Counts. Valley Forge : Judson, 1982.
Warren, Rick. Pertumbuhan Gereja masa kini. Malang : Yayasan Penerbit Gandum Mas, 2000.