Good News

Minggu, 23 November 2014

Tesis: Penanggalan Manusia Lama dan Pengenaan Manusia Baru Berdasarkan Perspektif Surat Efesus 4:17-32 By Hengki Wijaya



ABSTRAK

Hengki Wijaya : “Analisis Biblika Mengenai Penanggalan Manusia Lama dan Pengenaan Manusia Baru Berdasarkan Perspektif Surat Efesus 4:17-32 .” (Dibimbing oleh Pdt. Dr. Daniel Ronda).


Kontras antara manusia lama dan manusia baru telah begitu sering ditafsirkan sebagai kontras antara manusia baru dan manusia lama di dalam orang percaya. Pergumulan ini dialami oleh orang percaya karena tidak memahami maksud Paulus tentang penangggalan manusia lama dan pengenaan manusia baru, sehingga jemaat tidak  bertumbuh seperti yang Tuhan kehendaki. Oleh karena itu tujuan penulisan ini adalah: Pertama, menganalisis secara biblika tentang penanggalan manusia lama dan pengenaan manusia baru berdasarkan perspektif Surat Efesus 4:17-32; Kedua, untuk mengetahui apakah manusia lama dan manusia baru, kedua-duanya dimiliki oleh orang percaya; Ketiga, mengetahui implikasi teologis dan praktis tentang pengenaan manusia baru berdasarkan Efesus 4:17-32.

Protokol Kerajaan Surga berbeda jauh dengan sistem demokrasi by Hengki wijaya

Sistem demokrasi dunia memberikan kesempatan kepada rakyat untuk menyuarakan isi hatinya kepada pemerintah. Namun banyak orang melanggar aturan demokrasi dengan menyatakan kebenaran sekelompok orang untuk menyatakan kebenaran pribadi mereka. Dengan mengatasnamakan rakyat, walaupun tidak semua rakyat mendukung hal tersebut. Demokrasi juga dipengaruhi oleh pengambilan keputusan dengan suara yang terbanyak. Jadi hal itu menjadi subjektif ketika demokrasi terbeli oleh oknum yang berkuasa atau pengaruh besar dari segelintir orang. Bagaimana kalau kita menerapkan sistem kerajaan? Sistem kerajaan Inggris misalnya adalah sistem yang ada di dunia yang memiliki aturan/protokol yang ketat yang masih ada di muka bumi ini. Masih teringat dalam pikiran kita bahwa Pangeran Charles hingga kini (saat ini akhir tahun 2014) belum naik takhta. Apa penyebabnya?

Kamis, 13 November 2014

BIOGRAFI PENULIS DASAR TEOLOGI YANG TEGUH By Daniel Ronda

Pdt. Dr. Daniel Ronda, Th.M. adalah dosen bidang Teologi Sistematika dan Teologi Praktika (termasuk mata kuliah Konseling Pastoral) di STT Jaffray Makassar. Pendidikan S1 (S.Th) diselesaikan di STT Jaffray Makassar tahun 1990, yang selanjutnya ditugaskan mula-mula  sebagai Gembala Jemaat di GKII Ubud-Bali. Sejak 1994 kembali ke almamater untuk mengajar sampai sekarang. Pendidikan lanjutan yang diselesaikan adalah program M.Div. Pastoral Studies di Alliance Biblical Seminary (sekarang bernama Alliance Graduate School) dan Th.M. bidang Teologi Sistematika di Asia Graduate School of Theology (keduanya di Filipina). Dan untuk program Doktor diselesaikan di Asbury Theological Seminary di Wilmore Kentucky USA pada bidang Doctor of Ministry- Church Leadership (Biblical Preaching) dan program D.Th. (Teologi) di STT Jaffray Jakarta dengan ujian negara. Saat ini menjadi Ketua (Rektor) STT Jaffray sejak tahun 2006 dan dilanjutkan periode kedua (2011-2016).

Ketaatan yang benar By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Ketaatan yang benar
Tanggal                :  06 Oktober  2015
Nats                     :  Keluaran 40:17-33
Tujuan          :  mengajarkan jemaat tentang konsep ketaatan yang benar yang diaplikasikan dalam kehidupan jemaat supaya kehendak Allah dan rencana-Nya tergenapi dalam hidup jemaat/gereja

Hidup dalam ketaatan adalah hal yang mudah bila kita memiliki sikap seperti anak kecil yang polos, namun seringkali kita tidak taat karena dihalangi oleh pikiran kita sendiri dengan segala argumentasi yang menolak firman-nya.  Sebagai pemimpin Israel, dan sebagai perwakilan Allah bagi Israel, Musa melakukan segala yang diperintahkan, Musa melakukan segala yang diperintahkan Allah kepadanya. Ini adalah gambaran ketaatan tertinggi Kristus yang akan datang, yang ketaatan-Nya mendatangkan keselamatan bagi kita. Allah menghendaki ketaatan yang sempurna (ay. 17-21) seperti yang Tuhan kehendaki dan ketaatan yang tanpa henti yaitu integritas seseorang dalam ketaatan selamanya kepada Allah hingga Tuhan memanggilnya kembali ke surga.

Tema Khotbah: Kebebasan Baru yang Mulia By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Kebebasan Baru yang Mulia
Tanggal                :  29 September  2015
Nats                     :  Roma 7:1-12
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang arti kebebasan dari Hukum Taurat dan kebebasan dalam Kristus supaya dapat melayani dalam keadaan baru dalam Roh

Akhir-akhir ini banyak orang percaya berusaha hidup kudus dengan menaati Hukum Taurat. Ketika mereka tidak dapat taat kepada Hukum Taurat mereka meninggalkan pelayanan karena merasa tidak layak melayani Tuhan. Dalam nats Roma 7:1-12 memberikan wawasan tentang kebebasan yang baru bagi orang percaya. Kebebasan yang diberikan oleh Allah adalah kebebasan dari Hukum Taurat dan ada kebebasan dalam Kristus.

Berterima kasih kepada Tuhan By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Berterima kasih kepada Tuhan
Tanggal                :  22 September  2015
Nats                     :  Filipi 4:14-23
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang bagaimana menerapkan rasa berterima kasih kepada Tuhan melalui sesama kita supaya kasih Kristus mengalir dalam kehidupan kita

Dalam nats Filipi 4:14-23 ini, Paulus telah menerima pemberian dari gereja Filipi beberapa kali. Ia mengatakan bahwa pemberian yang telah ia terima dari Epafroditus seperti kurban yang harum. Allah akan memenuhi semua kebutuhan kekayaan kemuliaan-Nya dalam Kristus Yesus. Dalam hal ini jemaat menunjukkan rasa terima kasihnya dengan memberi bagi pekerjaan Tuhan dan berani berbagi yang menunjukkan kepedulian terhadap sesama.

Tema Khotbah: Hidup yang Penuh Pengharapan By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Hidup yang Penuh Pengharapan
Tanggal                :  15 September  2015
Nats                     :  1 Petrus 1:3-9
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang arti hidup yang penuh pengharapan dalam iman kepada Kristus supaya jemaat tetap memiliki pengharapan dalam situasi dan ujian yang tersulit sekalipun

Hidup yang penuh dengan pengharapan merupakan suatu tema yang membawa alam pikiran kita kepada suatu fenomena khusus tentang arti sebuah iman. Firman Tuhan ini datang kepada jemaat yang ada pada saat itu, justru pada saat mereka kehilangan pengharapan. Dunia dengan kemegahannya tidak dapat membeli dan memiliki pengharapan yang pasti tetapi menjadi sukacita bagi seseorang yang percaya kepada Kristus karena ada pengharapan yang pasti ketika dia mendapat tempat dan waktu untuk bertemu Tuhan Yesus di surga.

Menjadi Alat yang Mulia By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Menjadi Alat yang Mulia
Tanggal                :  08 September  2015
Nats                     :  2 Timotius 2:14-26
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang bagaimana menjadi alat yang mulia di hadapan Allah supaya jemaat memuliakan Allah

Dalam nats 2 Timotius 2:14-26ini Paulus menasihatkan kepada Timotius bahwa dia tidak menginginkan hanya sekedar alat, atau bejana dalam tangan Tuhan, melainkan supaya menjadi bejana yang mulia. Paulus mengemukakan bahwa untuk menjadi bejana yang mulia, ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi:

Tema Khotbah : Pelayanan Pendewasaan By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Pelayanan Pendewasaan
Tanggal                :  01 September  2015
Nats                     :  Kolose 1:15-29
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang maksud misi kedatangan Yesus ke dalam dunia sebagai pelayanan pendewasaan supaya jemaat juga mengambil tanggung jawab dan bertumbuh kearah dewasa rohani

Rasul Paulus membentangkan secar luas dan dalam dan panjang lebar tentang misi Kristus di dalam dunia ini. Kita dapat menyimpulkan dua hal yang menyangkut misi Kristus datang ke dalam dunia ini.

Kejatuhan Pelayan Tuhan BY Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Kejatuhan Pelayan Tuhan
Tanggal                :  25 Agustus 2013
Nats                     :  2 Tawarikh 26:16
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang tanda-tanda kejatuhan pelayan Tuhan dalam suasana pelayanan yang baik dan berhasil supaya jemaat dapat mewaspadai dan memiliki kerendahan hati dan hati hamba

Semakin kita berada di atas ketinggian maka anginnya pun semakin kuat. Hal ini adalah sangat cocok untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang sukses atau berhasil dalam pelayanan. “Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal-hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan Allahnya dan memasuki bait Tuhan untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan (2 Tawarikh 26:16). Ada tiga hal yang harus diwaspadai oleh pelayan Tuhan supaya tidak mengalami kejatuhan di saat pelayananannya semakin berhasil. 

Jebakan dalam Pelayanan (Next Level) By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Jebakan dalam Pelayanan (Next Level)
Tanggal                :  18 Agustus 2013
Nats                     :  2 Tawarikh 26:4-5
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang jebakan yang terjadi dalam tingkat pelayanan yang lebih tinggi supaya jemaat dapat bergantung sepenuhnya dengan pimpinan dan pertolongan Tuhan dan tidak memegahkan diri mereka

Saat kita sedang mau dibawa naik dalam rencana Allah, otomatis aka nada banyak musuh yang berusaha menghalangi dan kita harus menghadapinya. Tetapi Tuhan mau membuat kita lebih dari pemenang. Tuhan mau menundukkan semua musuh kita di bawah kaki kita. Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari kegagalan raja Uzia agar kita tidak terjebak. Sejak awal dinobatkan menjadi raja atas bangsa Yehuda, Uzia membangun dasar dan memperkuat dirinya, Uzia ‘terjebak’ dengan ketidaktepatannya dan ketergantungannya kepada manusia, sehingga sangat rapuh dan tidak siap saat dibawa Tuhan naik.[1]

4 Hukum Rohani dari Saat Teduh (Intimacy with God) By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  4 Hukum Rohani dari Saat Teduh (Intimacy with God)
Tanggal                :  11 Agustus 2015
Nats                     :  Yesaya 28:23; Mazmur 119:15-16;33-34; Yohanes 14:15
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang prinsip-prinsip hukum rohani dalam saat teduh supaya jemaat memiliki disiplin rohani dan bertumbuh imannya dalam Yesus Kristus

 Disiplin rohani sangat penting untuk membuktikan ketaatan kita kepada Tuhan dan kebergantungan kita kepada Allah. Banyak istilah dalam doa pribadi seperti doa syafaat, doa permohonan, doa dalam hadirat Tuhan dan doa saat teduh. Namun, yang sering kita dengar doa pribadi adalah doa saat teduh. Saat teduh adalah hal yang harus dilakukan oleh semua orang Kristen yang sudah diselamatkan melalui iman di dalam Yesus. Saat teduh adalah waktu untuk berjumpa dengan Allah melalui Alkitab. Apakah anda mengetahui 4 hukum rohani dari saat teduh?

Berdoa di dalam Roh Kudus By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Berdoa di dalam Roh Kudus
Tanggal                :  04 Agustus 2015
Nats                     :  Efesus 6:18;Yudas 1:20
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang pemahaman yang benar tentang arti berdoa di dalam Roh Kudus supaya jemaat tidak disesatkan dengan pengajaran yang keliru

Secara umum, arti kata “doa” mudah dimengerti oleh umat Tuhan, tetapi “berdoa di dalam Roh Kudus” tentu saja menimbulkan beberapa pertanyaan. Apakah yang dimaksud Alkitab tentang berdoa di dalam Roh Kudus?  Alkitab tidak saja mengajarkan agar umat Tuhan bertekun di dalam doa, tetapi juga memerintahkan supaya mereka melakukannya “di dalam Roh Kudus.” Misalnya, perintah ini sangat jelas di dalam surat Paulus kepada jemaat Tuhan di Efesus. Ia mengatakan: “Berdoalah setiap waktu di dalam Roh Kudus” (Ef. 6:18). Kata “setiap waktu” (Yunani pantote) memiliki kesetaraan dengan kata “terus menerus” atau “selalu” (Yunani adialeptos) di dalam 1 Tesalonika 5:17.[1] Dengan kata lain, pemakaian kata “setiap waktu” menegaskan bahwa berdoa di dalam Roh Kudus juga dilakukan secara tekun atau terus menerus. Meskipun perintah berdoa di dalam Roh Kudus adalah sangat penting, namun di dalam PB, perintah tersebut hanya terdapat di dalam Efesus 6:18 dan Yudas 1:20. Oleh karena itu, kita perlu mengerti arti berdoa di dalam Roh Kudus dalam konteksnya.

Perpuluhan: Pemberian bagi Tuhan By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Perpuluhan: Pemberian bagi Tuhan
Tanggal                :  28 Juli 2015
Nats                     :  Imamat 27:30-34; 2 Korintus 9:6-8
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat/hamba Tuhan/pelayan Tuhan tentang perspektif yang benar mengenai perpuluhan dan tujuan perpuluhan supaya jemaat Tuhan memiliki sikap yang rela memberi dan berkorban untuk pekerjaan Tuhan

Kuasa sebagai Godaan Pelayanan By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Kuasa sebagai Godaan Pelayanan
Tanggal                :  21 Juli 2015
Nats                     :  Yohanes 13:4-5, 13-16
Tujuan               :  mengajarkan jemaat/hamba Tuhan/pelayan Tuhan tentang perspektif yang benar mengenai hubungan kekuasaan dengan tugas pelayanan supaya hamba-hamba-Nya melayani-Nya hanya bagi kemuliaan-Nya dan bukan karena kekuasaan

Konsep Orang Percaya tidak mungkin dirasuk setan by Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Konsep Orang Percaya tidak mungkin dirasuk setan
Tanggal                :  14 Juli 2015
Nats                     :  Roma 8:9;10:9-10
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang perspektif yang benar tentang orang percaya yang tidak mungkin dirasuk setan menurut Alkitab supaya mereka mengetahui pengajaran yang benar sebagai orang yang percaya kepada Tuhan Yesus

Mengandalkan Hikmat Dunia By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Mengandalkan Hikmat Dunia
Tanggal                :  07 Juli 2013
Nats                     :  1 Korintus 3:18-23
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang perspektif yang mengandalkan hikmat dunia sehingga mereka dapat membedakannya dengan hikmat Allah yang bersandar sepenuhnya dengan Allah supaya mereka melayani Tuhan di dalam gereja dengan hikmat-Nya

Paulus ingin menasehati jemaat Korintus supaya tidak menganggap diri mereka berhikmat dan supaya memiliki perspektif yang benar tentang para pemimpin yang pernah melayani mereka. Alur pemikiran Paulus di pasal 3:18-23 cukup mudah untuk diikuti. Pemunculan ungkapan “janganlah ada orang yang...” di ayat 18 dan 21 secara jelas membagi perikop ini menjadi dua bagian. Ayat 18-20 membahas tentang larangan untuk menipu diri sendiri dengan menganggap diri berhikmat, sedangkan ayat 21-23 berisi larangan untuk memegahkan diri pada manusia.[1]

Khotbah Yesus tentang Akhir Zaman By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Khotbah Yesus tentang Akhir Zaman
Tanggal                :  30 Juni 2015
Nats                     :  Matius 24:3-14
Tujuan        :  mengajarkan jemaat tentang khotbah Yesus tentang akhir zaman supaya jemaat mempersiapkan diri mereka ketika saat itu tiba untuk kehidupan yang kekal

Injil Matius 24:3-14 adalah bagian Injil Matius yang menyoroti peristiwa-peristiwa sekitar kedatangan Kerajaan Allah. Adegan mengenai wejangan dikemukakan dalam ayat 1-3. Yesus telah memasuki wilayah Bait Allah dalam Matius 21:23 dan menubuatkan bahwa Allah akan meninggalkan Bait-Nya dalam Matius 23:38. Nubuat-Nya mengenai kehancuran Bait Allah dalam Matius 24:2 akan menjadi kenyataan bagi jemaat sesudah tahun 70 Masehi.[1] Yesus berbicara dengan para murid-Nya . Mereka bertanya kepada-Nya: pertama, mengenai kapan Bait Allah akan dihancurkan; dan kedua, mengenai kapan Ia datang sebagai Anak Manusia dan dengan demikian dunia akan berakhir. Dalam jawaban-Nya, Yesus berhati-hati untuk membedakan anatara dua kejadian ini (bdg. Markus 3:5-13;Lukas 21:8-19). Dalam Matius 24:3-14, Yesus membicarakan tentang tanda-tanda yang akan terjadi di zaman mereka dan tanda keadaan manusia dan kebenaran Allah menjelang saat kedatangan-Nya kembali.[2]

Etika Kerajaan Allah By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Etika Kerajaan Allah
Tanggal                :  23 Juni 2015
Nats                     :  Matius 5:3-12
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang etika Kerajaan Allah dan karakter warga Kerajaan Allah yang harus dimiliki jemaat untuk menjadi garam dan terang dunia


Pandangan Yesus yang menekankan agar kehidupan keagamaan anggota-anggota kerajaan-Nya harus lebih benar daripada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi (Matius 5:20). Hal itu dinyatakan Yesus karena ajaran Yesus menekankan pentingnya dorongan hati dan menuntut orang Kristen memikul salib dan mengikut Dia, berbeda dengan ajaran etika lainnya yang menekankan kepada kebaikan sebagai standar etikanya. Dengan demikian tentunya ajaran Yesus memiliki perbedaan yang mendasar yang tidak dipahami oleh orang Kristen sendiri sehingga terjebak dalam keduniawian seperti  yang  dikatakan  Yesus  tentang  ahli-ahli  Taurat  dan orang-orang Farisi ataukah kita yang mengaku Kristen ini yang seharusnya berbeda dengan etika yang berlaku di dunia. Walaupun tidak ada aturan yang tertulis yang disahkan oleh Yesus, namun dari pengajarannya kita dapat belajar lebih mendalam tentang etika Yesus.

Pola Pendidikan Kristen By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Pola Pendidikan Kristen
Tanggal                :  16 Juni 2015
Nats                     :  Ulangan 6:4-9
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang prinsip-prinsip mengajar pendidikan Kristen berdasarkan Alkitab supaya jemaat mengajarkan kepada anak-anaknya sejak dini di dalam kelurga mereka

Alkitab sebagai sumber bagi dasar dan prinsip hidup Kristiani menjelaskan bahwa di dalam membimbing manusia untuk lebih mengenal Dia, Allah telah berperan sebagai pengajar. Sebagai pengajar Ia aktif memberitahukan kebenaran. Kebenaran itu sendiri adalah pribadi-Nya, firman-Nya bahkan perbuatan-Nya.[1] Umat Yahudi pada umumnya dan setiap keluarga pada khususnya ditugaskan untuk menyampaikan kekayaan iman bangsa pilihan Allah ini kepada generasi baru.  Pusat pendidikan agama terletak pada keluarga, terutama ayah yang bertanggung jawab dalam pendidikan agama pada keluarganya.[2]

Doa dan Urapan By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Doa dan Urapan
Tanggal                :  09 Juni 2015
Nats                     :  Hakim-hakim 16:18-20
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat bahwa kedisiplinan berdoa yang benar menghasilkan urapan Allah yang berguna dalam kesatuan persekutuan dengan Allah dan pelayanan-Nya

Pertama, Firman Allah menyatakan bahwa urapan Roh Kudus menyanggupkan kita untuk melayani Allah (Keluaran 40:15). Doa saya tiap hari ialah, “Tuhan, janganlah sekali-kali Engkau mengangkat urapan-Mu dari diriku.” Saya menyadari bahaya yang terjadi bila urapan itu sampai terangkap. Pernyataan serupa dari hamba-Nya Billy Graham di tahun1950 berbunyi:

Allah yang Benar dan Mengasihi By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Allah yang Benar dan Mengasihi
Tanggal                :  02 Juni 2015
Nats                     :  Roma 5:8-11
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat bahwa Allah yang kita percayai dalam Yesus Kristus adalah Allah yang penuh dengan kebenaran dan kasih supaya kita menghargai pengorbanan darah-Nya


Dapatkah Allah yang adalah sempurna dan suci menjadi benar dan tetap membenarkan orang berdosa? Jika demikian, bagaimana hal ini dilakukan?
“Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. Lebih-lebih, karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darah-Nya, kita pasti akan diselamatkan dari murka Allah. Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya! Dan bukan hanya itu saja! Kita malah bermegah dalam Allah oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, sebab oleh Dia kita telah menerima pendamaian itu” (Roma 5:8-11).

Hakikat Pola Hidup Baru By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Hakikat Pola Hidup Baru
Tanggal                :  26 Mei 2015
Nats                     :  Kolose 3:1-17
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang hakikat pola hidup baru setelah percaya kepada Tuhan Yesus supaya dapat hidup kudus dalam kehidupan orang percaya

Banyak kasus dalam jemaat yang terjadi yaitu ketika mereka bersedia bertobat dan menyatakan diri untuk percaya kepada Tuhan Yesus dan menjadi jemaat lokal mengalami masalah dengan kehidupan barunya karena mereka tidak mengerti hakikat pola hidup baru di dalam Kristus sehingga pertumbuhan rohaninya hanya sampai pada level kanak-kanank dan tidak menjadi dewasa.  Alkitab memberi beberapa petunjuk praktis untuk menghadapi setiap lembaran hari yang terbentang di hadapan kita. Kita akan memusatkan perhatian kita untuk mempelajari petunjuk-petunjuk tersebut.

Menjadi Jemaat Teladan By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Menjadi Jemaat Teladan
Tanggal                :  19 Mei 2015
Nats                     :  1 Tesalonika 1:1-10
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang teladan jemaat Tesalonika supaya jemaat juga dapat menjadi teladan dalam gereja, sesama seiman dan masyarakat

Hampir tidak dapat dipercaya bilakita membaca dalam ayat 7, bahwa jemaat Tesalonika dapat menjadi teladan untuk jemaat di wilayah Makedonia dan Akhaya. Dari segi usia, jemaat ini masih sangat muda, baru berusia kurang dari dua tahun. Tepatnya jemaat ini dibuka tahun 50 M dan surat ini dikirim tahun 52 M. Kalau begitu dalam hal apakah jemaat Tesalonika menjadi teladan kepada jemaat-jemaat lain atau orang-orang lain? Perhatikan ayat 3 maka kita akan menemukan beberapa aspek keteladanan jemaat Tesalonika.

Rabu, 12 November 2014

Makna Kebangkitan Bagi Orang Percaya By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Makna Kebangkitan Bagi Orang Percaya
Tanggal                :  12 Mei 2015
Nats                     :  1 Korintus 15:12-23
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang makna kebangkitan bagi orang percaya supaya jemaat dapat memaknai kebangkitan dalam implementasi kehidupan orang percaya

Kematian yang memungkinkan adanya kebangkitan dan kebangkitan dimungkinkan adanya kematian. Peristiwa kematian merupakan peristiwa penaburan dan peristiwa kebangkitan merupakan peristiwa pertumbuhan. Kebenaran inilah yang diungkapkan Tuhan Yesus ketika Ia berkata: “Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja, tetapi jika ia mati, ia kan menghasilkan banyak buah.” Bertitik tolak pada nats I Kor 15:12-58 kita akan mempelajari beberapa makna kebangkitan bagi orang percaya yaitu:

Kristus Mati dan Bangkit Bagimu By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Kristus Mati dan Bangkit Bagimu
Tanggal                :  05 Mei 2013
Nats                     :  Matius 27:45-56
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang makna Paskah bagi orang percaya supaya jemaat menghargai pengorbanan Yesus yang mati di atas kayu salib dan bangkit untuk menyatakan kemuliaan-Nya

Kata “paskah” yang sudah dikenal luas dalam agama Kristen berakar dari bahasa Ibrani pesah atau pasha. Secara literal kata ini berarti “lewat” atau “lalu”. Bagi masyarakat Yahudi, perayaan paskah adalah perayaan agamawi yang biasa dirayakan setiap tahun untuk memeringati “lewatnya” malaikat maut yang membunuh semua anak sulung orang Mesir. Maka dapat dipahami bahwa perayaan Paskah Yahudi tidak dapat dipisahkan dari peristiwa pencurahan darah Anak Domba. Dalam bahasa Yunani paskho yaitu kata kerja yang berarti “menderita”. Dengan demikian, perayaan paskah Kristen berkaitan erat dengan “penderitaan” Kristus (1 Petrus 1:18,19). Dengan memerhatikan teks dalam Injil Matius 27:45-56, kita menemukan beberapa makana Paskah bagi orang percaya:

Penyembahan yang benar By Ev. Hengki Wijaya, M.Th



Tema Khotbah     :  Penyembahan yang benar
Tanggal                :  28 April 2015
Nats                     :  Yohanes 4:21-26
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang penyembahan yang benar dan cara penyembahan yang benar kepada Tuhan Yesus


Apa yang menjadi pokok pembicaraan antara Yesus dan wanita ini adalah berkisar pada penyembahan yang benar dan menurut Tuhan Yesus, apakah penyembahan yang benar?[1]
I.         Dilakukan oleh orang benar (4:23)
Siapakah penyembah benar tersebut? Penyembah benar itu adalah orang benar yang percaya kepada Allah yang Esa (Ulangan 6:4), percaya kepada satu Allha saja; yang percaya bahwa Yesus adalah Mesias (Isa Almasih), Kristus Juruselamat (Yohanes 4:25-26); yang memiliki pola hidup yang benar yang tercermin lewat pola hidup kudus, hidup rukun dengan sesama dan tidak ada unsur dendam, benci dan permusuhan (bdg. Matius 5:23-24).

Kebenaran yang Menyelamatkan By Ev. Hengki Wijaya, M.Th



Tema Khotbah     :  Kebenaran yang Menyelamatkan
Tanggal                :  21 April 2015
Nats                     :  Roma 10:1-21
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat bahwa kebenaran yang menyelamatkan hanya berasal dari Allah saja melalui Anak-Nya yang disalurkan kepada manusia

Pada umumnya manusia menganggap kebenaran sebagai hal yang relatif artinya: kebenaran di suatu daerah belum tentu menjadi kebenaran di daerah lain; kebenaran di suatu budaya belum tentu menjadi kebenaran pada budaya lain; kebenaran di dalam suatu agama belum tentu menjadi kebenaran agama yang lain. Dalam konteks agama Kristen, kita dapat membandingkan mitos dengan dogma, ritus dengan liturgy, dan etika dengan etika Kristen. Mitos mewakili dimensi kognitif atau keyakinan, ritus mewakili dimensi ekspresif penyembahan atau kegiatan peribadatan dan etika mewakili dimensi praktis atau praktik kehidupan sehari-hari. Dalam nats Roma 10:1-21 ini kita akan memelajari beberapa ciri dari kebenaran yang menyelamatkan. Kebenaran yang menyelamatkan ialah:[1]

Kasih yang Semula By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Kasih yang Semula
Tanggal                :  14 April 2013
Nats                     :  Wahyu 2:1-7
Tujuan                 :  Menyadarkan jemaat/para hamba Tuhan bahwa bagi Tuhan kasih kepada-Nya adalah jauh lebih penting daripada pemahaman doktrin dan pelayanan kita bagi Dia. Dengan demikian jemaat diharapkan kembali mengasihi Allah

Teguran ini datang di saat jemaat Efesus dalam keadaan yang baik dalam pandangan manusia. Jemaat Efesus memunyai kegiatan pelayanan yang tak habis-habisnya, memiliki tiang-tiang doktrin dan pengajaran yang begitu kokoh, jemaat yag tahan menderita, dicela dan dikucilkan demi nama Kristus. Mereka mengira bahwa semua yang mereka lakukan itu menyenangkan hati Tuhan.  Namun TuhanYesus berkata, “Aku mencela engkau, hai jemaat Efesus! Karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula!” (Wahyu 2:4).[1] Mengapa kasih yang mula-mula menjadi ukuran kejatuhan seorang hamba Tuhan?

INTERAKSI PENDAMPINGAN PASTORAL BY HENGKI WIJAYA



      Kata pendampingan pastoral adalah gabungan dua kata yang mempunyai makna pelayanan, yaitu kata pendampingan dan kata pastoral. Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab perlu didampingi. Istilah pendampingan memiliki arti kegiatan kemitraan, bahu-membahu, menemani, membagi/berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan. Sedangkan istilah pastoral dalam bahasa Yunani disebut “poimen” artinya “gembala” (Yohanes 10). Dalam pelayanan, terdapat beberapa istilah untuk menggambarkan pelayanan pastoral yang dikenal sebagai “penggembalaan”. Suatu istilah struktural untuk mempersiapkan para rohaniawan untuk tugas “pastoral” atau tugas penggembalaan.[1]
         Ada beberapa tipe penggembalaan yang merupakan pengertian tentang penggembalaan di masyarakat Kristen Indonesia: Pertama, ada yang berpendapat bahwa penggembalaan merupakan pembinaan, yaitu tugas membentuk watak seseorang dan mendidik mereka untuk menjadi murid Kristus yang baik; Kedua, penggembalaan sebagi pemberitaan Firman Allah, melalui pertemuan antar pribadi atau dalam kelompok kecil, walaupun juga dapat dilakukan dalam khotbah dan liturgi; Ketiga, khususnya dilingkungan Katolik, bahwa penggembalaan berarti pelayanan yang berhubungan dengan Sakramen; Keempat, khususnya anggota dari kelompok Karismatik, bahwa penggembalaan adalah pelayanan penyembuhan, yaitu rohani yang mengakibatkan penyembuhan fisik dan lain-lain; Kelima, pelayanan kepada masyarakat, yaitu pelayaan sosial dan pelayanan berjuang melawan ketidakadilan; Keenam, ada yang melihat penggembalaan sebagai pelayanan di mana manusia yang terlibat dalam interaksi menantikan dan menerimakehadiran Tuhan Allah, yaitu pernyataan dari Allah; Ketujuh, konseling pastoral yang menggunakan teknik-teknik khusus yang dipinjam dari ilmu-ilmu manusia khususnya psikologis.[2] Dapat saya simpulkan bahwa penggembalaan adalah suatu pelayanan holistis (menyeluruh) yang diberikan kepada jemaat yang melibatkan seorang pastor sebagai gembala yang membimbing jemaat kearah pengenalan akan Tuhan dan bermanfaat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:13).
Aart van Beek menilai bahwa ada masalah dengan tipe-tipe penggembalaan yang ada karena dapat timbul kesan kita perlu memilih salah satu aliran, maka beliau lebih tertarik mengikuti pendapat guru mereka, Howard Clinebell, yang melihat fungsi dari penggembalaan itu yaitu fungsi membimbing, mendamaikan/memperbaiki hubungan, menopang/menyokong, menyembuhkan dan mengasuh (mendorong kea rah pertumbuhan secara holistis).
Donald Capps dalam bukunya Biblical Approaches to Pastoral Counseling, menyampaikan tiga pedoman pastoral untuk pendampingan pastoral: [3]
a.       Mazmur: Mazmur, khususnya mazmur ratapan, menunjukkan proses pengungkapan emosional (pendekatan kepada Allah, keluhan, ungkapan kepercayaan, permohonan, kata-kata penghiburan dan penguatan (assurance), dan janji untuk memuji).
b.      Amsal menunjukkan cara berkomunikasi yang banyak menekankan nasihat dan teguran. Pendekatan “nouthetis” dari Jay Adams (Anda pun Boleh Membimbing) adalah sesuai dengan pendekatan ini. Pengikut pendekatan ini sangat percaya pada aturan-aturan moral kehidupan, menekankan pengembangan moral seseorang dan tanggung jawab moral dari mereka yang membina orang lain. Menurut saya itu dicontohkan dalam perkataan Amsal, “Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, dan pertengkaran adalah seperti palang gapura sebuah puri” (Amsal 18:19). Amsal ini mengambarkan betapa sulitnya menasihati orang yang bertengkar dan sakit hati.
c.       Perumpamaan-perumpamaan dalam Perjanjian Baru menunjukkan pendekatan Yesus dalam mengarahkan. Pendekatan ini berfokus pada perubahan perspektif total. Tekanannya adalah pada perubahan perspektif emosional serta tingkah lakuyang menyusul. Pendekatan ini paling mencerminkan fungsi mengutuhkan karena cerita dapat dipakai secara tidak langsung, tidak mengancam penderita dan menghargai pengalamannya.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi ialah: a) struktur dan perkembangan kepribadian; b) lingkungan sosial asal; c) latar belakang kehidupan; d) pra-anggapan;perasaan; e) norma-norma dan nilai-nilai; f) jenis kelamin; h) kode-kode budaya; i) kebutuhan; j) harapan-harapan; k) bahasa; l) ketermapilan dalam memakai perangkat; m) tujuan yang ingin dicapai.[4] Faktor-faktor tersebut diatas adalah hubungan komunikasi antar manusia. Komunikasi juga perlu diarahkan pada hubungan atau relasi dengan Tuhan melalui doa dan saling mendoakan.
Ada bebrapa tingkat dalam komunikasi adalah: 1) konvensional: pada tingkat ini komunikasi berupa basa-basi untuk menciptakan suasana saja; 2) exploratif: pada tingkat ini dicari dan diberikan fakta-fakta saja; 3) partisipatif: pada tingkat ini sudah ada sharing informasi mengenai diri sendiri; 4) konfrontatif: pada tingkat ini ada komunikasi mengenai hubuungan antar pribadi. [5] Dalam praktikknya saya menggambarkan seorang pendamping atau pastor melakukan komunikasi dengan menanyakan hal-hal yang biasa, selanjutnya menanyakan hal-hal yang umum, kemudian lebih dalam masuk dalam masalah dan sharing. Apabila ada hal yang tidak benar yang bertentangan dengan kebenaran maka pendamping harus siap mengkonfrontasikan dengan konseli atau jemaat dengan hikmat dan teguran yang lemah lembut.


[1] Aart van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 9-11.
[2] Aart van Beek, 11-12.
[3] Ibid., 36.
[4] Ibid., 85.
[5] Ibid.