Beberapa orang beranggapan, yang dimaksud dengan
percakapan pastoral ialah percakapan yang diadakan oleh pastor dengan anggota
jemaat. Selain itu, orang lebih suka merumuskan percakapan pastoral sebagai
pelayanan yang ditugaskan gereja dan melalui gereja oleh Pastor Agung: Yesus
Kristus. Pastor yang menjalankan pelayanan itu tidak melakukannya atas nama dan
berdasarkan kewibawaannya sendiri, tetapi atas nama dan berdasarkan kewibawaan
Yesus Kristus. Dalam tahap permulaan dalam percakapan pastoral. Tahap permulaan
ini penting, tetapi tidak mudah, terutama bagi pastor-pastor yang belum
mempunyai pengalaman. Dalam tahap ini,
pastor dan anggota jemaat berada dalam ketegangan. Suasana tegang tidak begitu
terasa kalau pastor dan anggota jemaat telah saling mengenal, karena pastor
telah lama melayani dalam jemaat, di mana anggota jemaat tinggal.
Tahap pertengahan ini adalah tahap
yang paling penting. Kita memulai dengan “mendengarkan”. Mendengarkan dengan
seksama dan ia berusaha mengertinya. Melalui kasih dan pengertian dan tidak
bisa betul-betul objektif. Mendengar yang dimaksudkan bukan saja mendengarkan apa yang anggopta jemaat ucapkan dengan
kata-kata, tetapi mendengarkan juga apa yang tidak diucapkan dengan kata-kata:
“mendengarkan” perasaan-perasaannya yang harus dilakukan pastor.[1] Seorang
pastor sebaiknya memiliki sikap: “…hendaklah
cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat
untuk marah” (Yakobus 1:19). Percakapan pastoral juga adalah suatu pertemuan: pertemuan pastor dengan anggota
jemaat yang membutuhkan bantuan dan pelayanannya dan pertemuan mereka berdua
dengan Allah yang sebenarnya memimpin dan memberi isi kepada percakapan itu.[2]
Seorang pastor harus memiliki empati tepat yang
dasariah. Seorang pastor dapat dikatakan
mempunyai empati yang akurat kalau dia sanggup: a) Discriminate yaitu memasuki ke dalam pribadi orang lain, melihat
dunia konseli melalui perspektif konseli dan merasakan perasaan bagaimana
bentuk dunia konseli; b) Communicate
yaitu mengkomunikasikan kepada konseli pengertian tersebut diatas sedemikian
rupa sehingga menunjukkan kepada konseli bahwa penolong telah menangkap
keduanya, perasaannya dan tingkah laku serta pengalaman yang menggaris bawahi
perasaan-perasaan tersebut.[3]
Tahap
kedua ialah “mengakseptasi”. Yang dimaksudkan dengan mengakseptasi di sini
ialah penerimaan yang ditatang oleh toleransiyang mengakui hak orang yang
diakseptasi itu untuk mempunyai keyakinan sendiri, juga keyakinan yang lain,
malahan yang bertentangan dengan keyakinan pastor. Mengakseptasiterletak antara
dua ekstremitas: antara menyetujui dan meolak atau mempersalahkan.Mengakseptasi
tidak sama dengan menyetujui perbuatan atau hidupnya.[4] Sikap
seorang pastor adalah mempertimbangkan setiap kasus dengan hikmat Allah dan
tidak bersikap menilai dan cepat mengambil kesimpulan, dan menghakimi. Banyak
hal yang harus dipahami oleh seorang pastor dalam mengungkapkan nasihat atau
jawaban untuk mengakseptasi konseli (anggota jemaat).
Disamping
mendengarkan dan mengakseptasi anggota jemaat, pastor juga harus memusatkan
pikiran dan perhatian pada persoalannya, kemudian berempati yaitu berusaha
mengindentifikasi diri kita dengan patner percakapan. Hal lain yang pastor
perlu perhatikan adalah pembelaan diri dari anggota jemaat, dan tentunya pastor
tidak boleh memakai pembelaan diri untuk menyelesaikan persoalan jemaat. Pastor
juga memberikan kebebasan untuk berbicara dan berpendapat kepada anggota jemaat
supaya pastor dapat memperoleh data dan masukan.
Aspek-aspek
percakapan pastoral meliputi pemberitaan Firman Allah, habitus pastoral, relasi
yang benar dengan Allah, doa, pengakuan dosa, pemberitaan anugerah, pembacaan
Alkitab dan berkat Tuhan. Aspek-aspek tersebut juga dilakukan dalam suatu
kelompok pendalaman Alkitab (PA), tetapi percakapan pastoral ini hanya terdiri
atas dua atau tiga orang (suamu istri atau orang tua dan anak). Dalam
percakapan pastoral tentunya ada pemberitaan Firman Allah karena Firman Allah yang disampaikan itulah
kuasa-Nya hadir dan bukan karena keberadaan pastornya. Dan yang terpenting
adalah memperbaiki hubungan yang rusak dengan Tuhan kembali dengan berdoa dan
mengakui dosa dan minta pengampunan kepada Tuhan.
Satu
hal lain yang berhubungan erat dengan pengakuan dosa ialah pemberitaan
anugerah. Bukan pemberian anugerah itu bukan berasal dari pastor. Anugerah itu
berasal dari Allah. Sebagai hamba Yesus Kristus, pastor hanya dapat
menyampaikan, memberitakan anugerah kepada anggota jemaat yang ia gembalakan.[5]
Anugerah Yesus Kristus sebab kematian-Nya di kayu salib untuk dosa-dosa kita.
Paulus berkata, “Sebab jikalau kita, ketika masih seteru, diperdamaikan dengan
Allah oleh kematian Anak-Nya, lebih-lebih kita, yang sekarang telah diperdamaikan,
pasti akan diselamatkan oleh hidup-Nya!” (Roma 5:10).
Dalam percakapan pastoral, pastor
perlu juga memberitakan kepada jemaat tentang berkat Tuhan. Berkat terdiri atas
kata-kata (Alkitabiah atau liturgis
yang diucapkan) dan suatu akta (peletakan tangan di kepala orang yang menerima
berkat). Peletakan tangan di kepala orang yang menerima berkat adalah suatu
akta simbolis yang menyatakan persekutuan antara Allah sebagai pemberi berkat,
penyerahan diri dari anggota jemaat sebagai hamba kepada Tuhan, dan penguasaan
Roh Kudus atas diri anggota jemaat yang Ia pimpin dan baharui.[6]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar