Good News

Kamis, 13 November 2014

Menjadi Alat yang Mulia By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Menjadi Alat yang Mulia
Tanggal                :  08 September  2015
Nats                     :  2 Timotius 2:14-26
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang bagaimana menjadi alat yang mulia di hadapan Allah supaya jemaat memuliakan Allah

Dalam nats 2 Timotius 2:14-26ini Paulus menasihatkan kepada Timotius bahwa dia tidak menginginkan hanya sekedar alat, atau bejana dalam tangan Tuhan, melainkan supaya menjadi bejana yang mulia. Paulus mengemukakan bahwa untuk menjadi bejana yang mulia, ada kriteria tertentu yang harus dipenuhi:

I.         Layak dalam pandangan Allah (ay. 15)
Apa arti kata “layak” di sini? Kata ini berarti mentest, menguji dan membuktikan (approve-KJV). Dalam bentuk kata benda berarti: ujian, testing, pembuktian dan uji coba. Paulus menganjurkan supaya Timotius memperhadapkan dirinya layak di hadapan Tuhan. Menurut hemat Paulus, seorang yang layak di hadapan Tuhan adalah seorang yang telah lulus ujian dan menunjukkan dirinya sejati, asli dan murni di hadapan Tuhan. Dan orang yang sudah lulus ujian ini akan menjadi seorang pelayan yang tidak dapat dipermalukan atau sebagai seorang pelayan yang tidak ada alas an untuk dipermalukan. Selanjutnya untuk layak dihadapan Tuhan adalah seorang yang berterus terang memberitakan perkataan kebenaran. Ungkapan ini sebenarnya berkembang dari kata orthotomein artinya membagi sama rata, memotong secara tepat. Paulus meminjam istilah ini dengan maksud supaya Timotius mampu memberitakan Firman Tuhan secara tepat dalam hal analisis, tafsir dan penerapannya.
II.      Berguna dalam tangan Allah (ay. 21)
Selain kehidupan kita layak di hadapan Tuhan (ay. 15), namun juga harus berguna di hadapan Tuhan (ay. 21). Untuk berguna dipakai Allah, ada beberapan hal yang perlu diperhatikan yaitu: 1) suci dalam kehidupan (ay. 21-24). Paulus menekankan beberapa hal dalam kekudusan yaitu menjauhkan diri dari nafsu orang muda, keinginan yang tak terkendali, menghindarkan diri dari soal-soal yang dicari-cari, melakukan hal-hal yang bodoh. Sebaiknya kita mengejar keadilan dan buah-buah Roh; 2) terampil dalam pelayanan (ay. 24). Paulus berkata bahwa seorang hamba Tuhan harus cakap mengajar dan terampil untuk membimbing orang kepada kesadaran dan pertobatan (ay. 25-26).[1]


[1] Maurits Silalahi, Siraman Rohani: Kumpulan Khotbah Ekspositori (Makassar: Lembaga Penerbitan STT Jaffray, 2007), 45-49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar