Good News

Kamis, 13 November 2014

Ketaatan yang benar By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Ketaatan yang benar
Tanggal                :  06 Oktober  2015
Nats                     :  Keluaran 40:17-33
Tujuan          :  mengajarkan jemaat tentang konsep ketaatan yang benar yang diaplikasikan dalam kehidupan jemaat supaya kehendak Allah dan rencana-Nya tergenapi dalam hidup jemaat/gereja

Hidup dalam ketaatan adalah hal yang mudah bila kita memiliki sikap seperti anak kecil yang polos, namun seringkali kita tidak taat karena dihalangi oleh pikiran kita sendiri dengan segala argumentasi yang menolak firman-nya.  Sebagai pemimpin Israel, dan sebagai perwakilan Allah bagi Israel, Musa melakukan segala yang diperintahkan, Musa melakukan segala yang diperintahkan Allah kepadanya. Ini adalah gambaran ketaatan tertinggi Kristus yang akan datang, yang ketaatan-Nya mendatangkan keselamatan bagi kita. Allah menghendaki ketaatan yang sempurna (ay. 17-21) seperti yang Tuhan kehendaki dan ketaatan yang tanpa henti yaitu integritas seseorang dalam ketaatan selamanya kepada Allah hingga Tuhan memanggilnya kembali ke surga.
Pertama, ketaatan yang sempurna. Dalam ayat 18-21 merangkum mengenai cara kerangka, tirai, dan penutup kemah suci dirangkai. Ayat-ayat ini juga menjelaskan penempatan Sepuluh Perintah Allah dalam tabut, dan penempatan tabut dalam tempat Mahakudus. Keduanya dilakukan seperti yang diperintahkan oleh Tuhan kepada Musa. Ketaatan yang sempuna berarti ketaatan yang sesuai dengan maksud dan kehendak Allah. Bila dahulu Musa mendapat firman Allah maka sekarang ketaatan kita dengan Tuhan melalui firman Allah dan penyataan melalui Roh Kudus melalui hubungan pribadi kita dengan Allah. Ketaatan yang sempurna adalah ketaatan yang dipimpin Roh Allah dan bukan hasil usaha manusia sebagaimana halnya hidup dalam kekudusan. Kedua, ketaatan tanpa henti. Kita taat kepada Allah tidak hanya berkali-kali tetapi ketaatan sampai selama-lamanya. Dalam nats ini disebutkan lebih dari lima kali bahwa Musa mengerjakan sesuatu tepat seperti yang diperintahkan Tuhan (ay. 23, 25, 27, 29, 32). Inti menarik dalam bacaan ini adalah Musa melayani sebagai imam sebelum Harun dikuduskan menjadi imam. Hal ini nampak dalam pembakaran ukupan di atas mezbah ukupan dari emas dan korban bakaran serta korban sajian di atas mezbah korban bakaran, yang pada akhirnya menjadi tugas para imam. Ayat 33 menyatakannya demikian, “Demikianlah diselesaikan Musa pekerjaan itu.”[1] Oleh karena itu kita harus mulai belajar taat terhadap hal-hal yang kecil yang Allah perintahkan bagi kita jemaat-Nya supaya kita dapat menggenapi rencana-Nya bagi kita.


[1] Living Life Jurnal Pembentukan & Refleksi Rohani (Surabaya: Living Life Indonesia, Juni 2012), 156-157.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar