Tema Khotbah : Ketaatan yang benar
Tanggal : 06
Oktober 2015
Nats : Keluaran 40:17-33
Tujuan : mengajarkan jemaat tentang konsep ketaatan
yang benar yang diaplikasikan dalam kehidupan jemaat supaya kehendak Allah dan
rencana-Nya tergenapi dalam hidup jemaat/gereja
Hidup dalam ketaatan
adalah hal yang mudah bila kita memiliki sikap seperti anak kecil yang polos,
namun seringkali kita tidak taat karena dihalangi oleh pikiran kita sendiri
dengan segala argumentasi yang menolak firman-nya. Sebagai pemimpin Israel, dan sebagai
perwakilan Allah bagi Israel, Musa melakukan segala yang diperintahkan, Musa
melakukan segala yang diperintahkan Allah kepadanya. Ini adalah gambaran
ketaatan tertinggi Kristus yang akan datang, yang ketaatan-Nya mendatangkan
keselamatan bagi kita. Allah menghendaki ketaatan yang sempurna (ay. 17-21)
seperti yang Tuhan kehendaki dan ketaatan yang tanpa henti yaitu integritas
seseorang dalam ketaatan selamanya kepada Allah hingga Tuhan memanggilnya
kembali ke surga.
Pertama,
ketaatan yang sempurna. Dalam ayat
18-21 merangkum mengenai cara kerangka, tirai, dan penutup kemah suci
dirangkai. Ayat-ayat ini juga menjelaskan penempatan Sepuluh Perintah Allah
dalam tabut, dan penempatan tabut dalam tempat Mahakudus. Keduanya dilakukan
seperti yang diperintahkan oleh Tuhan kepada Musa. Ketaatan yang sempuna
berarti ketaatan yang sesuai dengan maksud dan kehendak Allah. Bila dahulu Musa
mendapat firman Allah maka sekarang ketaatan kita dengan Tuhan melalui firman
Allah dan penyataan melalui Roh Kudus melalui hubungan pribadi kita dengan
Allah. Ketaatan yang sempurna adalah ketaatan yang dipimpin Roh Allah dan bukan
hasil usaha manusia sebagaimana halnya hidup dalam kekudusan. Kedua, ketaatan tanpa henti. Kita taat kepada Allah tidak hanya
berkali-kali tetapi ketaatan sampai selama-lamanya. Dalam nats ini disebutkan
lebih dari lima kali bahwa Musa mengerjakan sesuatu tepat seperti yang
diperintahkan Tuhan (ay. 23, 25, 27, 29, 32). Inti menarik dalam bacaan ini
adalah Musa melayani sebagai imam sebelum Harun dikuduskan menjadi imam. Hal
ini nampak dalam pembakaran ukupan di atas mezbah ukupan dari emas dan korban
bakaran serta korban sajian di atas mezbah korban bakaran, yang pada akhirnya menjadi
tugas para imam. Ayat 33 menyatakannya demikian, “Demikianlah diselesaikan Musa
pekerjaan itu.”[1]
Oleh karena itu kita harus mulai belajar taat terhadap hal-hal yang kecil yang
Allah perintahkan bagi kita jemaat-Nya supaya kita dapat menggenapi rencana-Nya
bagi kita.
[1] Living Life Jurnal Pembentukan & Refleksi Rohani (Surabaya:
Living Life Indonesia, Juni 2012), 156-157.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar