Good News

Rabu, 12 November 2014

Kasih yang Semula By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Kasih yang Semula
Tanggal                :  14 April 2013
Nats                     :  Wahyu 2:1-7
Tujuan                 :  Menyadarkan jemaat/para hamba Tuhan bahwa bagi Tuhan kasih kepada-Nya adalah jauh lebih penting daripada pemahaman doktrin dan pelayanan kita bagi Dia. Dengan demikian jemaat diharapkan kembali mengasihi Allah

Teguran ini datang di saat jemaat Efesus dalam keadaan yang baik dalam pandangan manusia. Jemaat Efesus memunyai kegiatan pelayanan yang tak habis-habisnya, memiliki tiang-tiang doktrin dan pengajaran yang begitu kokoh, jemaat yag tahan menderita, dicela dan dikucilkan demi nama Kristus. Mereka mengira bahwa semua yang mereka lakukan itu menyenangkan hati Tuhan.  Namun TuhanYesus berkata, “Aku mencela engkau, hai jemaat Efesus! Karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula!” (Wahyu 2:4).[1] Mengapa kasih yang mula-mula menjadi ukuran kejatuhan seorang hamba Tuhan?

I.         Karena seseorang yang telah kehilangan kasih yang semula tidak lagi menempatkan Allah menjadi fokus penyembahan dan pelayanannya

Saat Yohanes menulis surat teguran ini, generasi kedua dari jemaat Efesus ini hanya memiliki sisa-sisa kejayaan rohani. Memang mereka masih memilikidoktrin yang kuat, bahkan mungkin lebih solid lagi; memang mereka masih mampu menyeleksi setiap ajaran sesat, seperti ajaran bidat Nikolaus (ay. 6), tetapi justru di dalam keadaan demikian mereka dicela oleh Allah. Persoalannya bukan terletak pada isi kepala mereka, tetapi pada isi hati mereka yang mana kasih mereka pudar. Hal itu mengindikasikan bahwa Allah tidak lagi menjadi fokus hidup mereka.[2]
II.      Karena seseorang yang telah meninggalkan kasih yang semula tidak lagi memunyai kepekaan untuk mendengar terguran Allah. Hatinya semakin degil dan degil

Di tengah-tengah badai pencobaan itu, jemaat Efesus masih tetap bertahan dan memegang panji Kristus. Karenanya, wajarlah bila kita membayangkan bahwa samapai ayat ini jemaat Efesus bersyukur dan berbangga menerima pujian Tuhan. Tetapi memasuki ayat ke-4 mereka terkejut sekali. Tuhan Yesus berkata, “Namun demikian, Aku mencela engkau.” Bahkan dalam ayat 5 Tuhan Yesus mengancam mereka dengan keras, “Jika kamu tidak bertobat, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya.” Tetapi, karena mereka telah meninggalkan kasih semula, maka mereka tidak lagi peka untuk mendengarkan suara Allah yang menegur, menasihati mereka. Hati mereka telah degil, bahkan mungkin kehadiran Allah menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan mereka.[3]


[1] Benny Solihin, 7 Langkah Menyusun Khotbah yang Mengubah Kehidupan: Khotbah Ekspositori, cet. Ke-2 (Malang: LITERATUR SAAT, 2010),  274-275.
[2] Solihin, 275-276.
[3] Ibid., 280-281.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar