Tema Khotbah : Kasih yang Semula
Tanggal : 14 April
2013
Nats : Wahyu 2:1-7
Tujuan : Menyadarkan jemaat/para hamba Tuhan bahwa bagi
Tuhan kasih kepada-Nya adalah jauh lebih penting daripada pemahaman doktrin dan
pelayanan kita bagi Dia. Dengan demikian jemaat diharapkan kembali mengasihi
Allah
Teguran ini datang di saat jemaat Efesus
dalam keadaan yang baik dalam pandangan manusia. Jemaat Efesus memunyai
kegiatan pelayanan yang tak habis-habisnya, memiliki tiang-tiang doktrin dan
pengajaran yang begitu kokoh, jemaat yag tahan menderita, dicela dan dikucilkan
demi nama Kristus. Mereka mengira bahwa semua yang mereka lakukan itu
menyenangkan hati Tuhan. Namun TuhanYesus
berkata, “Aku mencela engkau, hai jemaat Efesus! Karena engkau telah
meninggalkan kasihmu yang semula!” (Wahyu 2:4).[1]
Mengapa kasih yang mula-mula menjadi ukuran kejatuhan seorang hamba Tuhan?
I.
Karena
seseorang yang telah kehilangan kasih yang semula tidak lagi menempatkan Allah
menjadi fokus penyembahan dan pelayanannya
Saat
Yohanes menulis surat teguran ini, generasi kedua dari jemaat Efesus ini hanya
memiliki sisa-sisa kejayaan rohani. Memang mereka masih memilikidoktrin yang
kuat, bahkan mungkin lebih solid lagi; memang mereka masih mampu menyeleksi
setiap ajaran sesat, seperti ajaran bidat Nikolaus (ay. 6), tetapi justru di
dalam keadaan demikian mereka dicela oleh Allah. Persoalannya bukan terletak
pada isi kepala mereka, tetapi pada isi hati mereka yang mana kasih mereka
pudar. Hal itu mengindikasikan bahwa Allah tidak lagi menjadi fokus hidup
mereka.[2]
II.
Karena
seseorang yang telah meninggalkan kasih yang semula tidak lagi memunyai
kepekaan untuk mendengar terguran Allah. Hatinya semakin degil dan degil
Di
tengah-tengah badai pencobaan itu, jemaat Efesus masih tetap bertahan dan
memegang panji Kristus. Karenanya, wajarlah bila kita membayangkan bahwa
samapai ayat ini jemaat Efesus bersyukur dan berbangga menerima pujian Tuhan.
Tetapi memasuki ayat ke-4 mereka terkejut sekali. Tuhan Yesus berkata, “Namun
demikian, Aku mencela engkau.” Bahkan dalam ayat 5 Tuhan Yesus mengancam mereka
dengan keras, “Jika kamu tidak bertobat, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan
mengambil kaki dianmu dari tempatnya.” Tetapi, karena mereka telah meninggalkan
kasih semula, maka mereka tidak lagi peka untuk mendengarkan suara Allah yang
menegur, menasihati mereka. Hati mereka telah degil, bahkan mungkin kehadiran
Allah menjadi sesuatu yang tidak menyenangkan mereka.[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar