Good News

Rabu, 12 November 2014

Perempuan Samaria Seorang Penginjil By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Perempuan Samaria Seorang Penginjil
Tanggal                :  10 April  2015
Nats                     :  Yohanes 4:4-42
Tujuan                 :  Mengajarkan jemaat tentang tanggung jawab jemaat untuk penginjilan dan mengetahui tindakan perempuan Samaria yang bertobat dan bersaksi untuk Tuhan supaya jemaat giat melakukan Amanat Agung Tuhan Yesus

Penginjilan merupakan tanggungjawab setiap orang percaya untuk memberitakan karya keselamatan Allah melalui Kristus. J. I Packer berpendapat bahwa “Penginjilan adalah bagian dari rencana kekal Allah yang termanifestasi dalam penyataan Yesus Kristus dan karya-Nya kepada manusia yang berdosa sebagai satu-satunya harapan baik di dunia maupun dunia yang akan datang”.
Berdasarkan Yohanes 4, kita akan mendapat gambaran sebuah cerita tentang perjumpaan Yesus dengan seorang perempuan Samaria. Kebenaran yang terjadi adalah bahwa Yesus membangun persahabatan dengan perempuan Samaria dimana pada zaman itu adalah bertentangan dengan kebiasaan orang Yahudi karena orang Samaria dianggap sebagai orang asing. Selanjutnya dari perbincangan tersebut Yesus mulai menyadarkan tentang ketidakwajaran hidup perempuan Samaria dan memberitakan bahwa diri-Nya adalah Mesias. Tanggapan perempuan Samaria terhadap berita menjadi perjumpamaannya dengan Mesias dan membuahkan pertobatan. Sudah sepantasnya kalau kita menyebut perempuan Samaria itu sebagai penginjil. Namun, sebelum ia menjadi seorang penginjil-Nya Tuhan hal apa sajakah yang telah terjadi pada saat perjumpaannya dengan Yesus?.
Ada beberapa sikap yang harus dimiliki oleh seorang penginjil yang dijabarkan dalam kehidupan perempuan Samaria yaitu: Pertama, mengalami perjumpaan dengan Kristus. Perjumpaan dan pembicaraan dengan Tuhan Yesus telah mengubah hidup perempuan Samaria itu secara radikal.  Hidupnya tidak seperti hari-hari sebelumnya.  Sesuatu telah terjadi dalam hidupnya sebagai akibat perjumpaan dan pembicaraannya dengan Tuhan Yesus. Kedua, perempuan Samaria mengalami pertobatan. Perjumpaan dengan Yesus membuat wanita Samaria ini tidak dapat menyembunyikan sesuatu dosa pun dari hadapan Tuhan.  Ketiga, hidup dalam penyembahan. Allah harus menjadi yang paling pertama dan pusat dalam seluruh kegiatan hidup orang percaya. Keempat, bersaksi tentang Kristus. Seorang pendosa, betapapun buruknya, ia tetap bisa menjadi saluran berkat keselamatan bagi banyak orang, perempuan Samaria ini sudah membuktikannya.[1] 


[1] Stefany J.R. Abrahamsz dan P. Nelly Tuhumury, Model Penginjilan Dalam Yohanes 4:4-42 Dan Implementasionya pada Masa Kini (Makassar: Jurnal Teologi dan Pastoral Jaffray Vol. 10, No. 2, Oktober 2012), 132-135.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar