Tema Khotbah : Perempuan Samaria Seorang
Penginjil
Tanggal : 10 April 2015
Nats : Yohanes 4:4-42
Tujuan : Mengajarkan jemaat tentang tanggung jawab
jemaat untuk penginjilan dan mengetahui tindakan perempuan Samaria yang
bertobat dan bersaksi untuk Tuhan supaya jemaat giat melakukan Amanat Agung
Tuhan Yesus
Penginjilan merupakan tanggungjawab
setiap orang percaya untuk memberitakan karya keselamatan Allah melalui
Kristus. J. I Packer berpendapat bahwa “Penginjilan adalah bagian dari rencana
kekal Allah yang termanifestasi dalam penyataan Yesus Kristus dan karya-Nya
kepada manusia yang berdosa sebagai satu-satunya harapan baik di dunia maupun
dunia yang akan datang”.
Berdasarkan Yohanes 4, kita akan
mendapat gambaran sebuah cerita tentang perjumpaan Yesus dengan seorang
perempuan Samaria. Kebenaran yang terjadi adalah bahwa Yesus membangun
persahabatan dengan perempuan Samaria dimana pada zaman itu adalah bertentangan
dengan kebiasaan orang Yahudi karena orang Samaria dianggap sebagai orang
asing. Selanjutnya dari perbincangan tersebut Yesus mulai menyadarkan tentang
ketidakwajaran hidup perempuan Samaria dan memberitakan bahwa diri-Nya adalah
Mesias. Tanggapan perempuan Samaria terhadap berita menjadi perjumpamaannya
dengan Mesias dan membuahkan pertobatan. Sudah sepantasnya kalau kita menyebut
perempuan Samaria itu sebagai penginjil. Namun, sebelum ia menjadi seorang
penginjil-Nya Tuhan hal apa sajakah yang telah terjadi pada saat perjumpaannya
dengan Yesus?.
Ada beberapa sikap yang harus dimiliki
oleh seorang penginjil yang dijabarkan dalam kehidupan perempuan Samaria yaitu:
Pertama, mengalami perjumpaan dengan
Kristus. Perjumpaan dan pembicaraan dengan Tuhan Yesus telah mengubah hidup
perempuan Samaria itu secara radikal.
Hidupnya tidak seperti hari-hari sebelumnya. Sesuatu telah terjadi dalam hidupnya sebagai
akibat perjumpaan dan pembicaraannya dengan Tuhan Yesus. Kedua, perempuan Samaria mengalami pertobatan. Perjumpaan
dengan Yesus membuat wanita Samaria ini tidak dapat menyembunyikan sesuatu dosa
pun dari hadapan Tuhan. Ketiga, hidup dalam penyembahan. Allah
harus menjadi yang paling pertama dan pusat dalam seluruh kegiatan hidup orang
percaya. Keempat, bersaksi tentang
Kristus. Seorang pendosa, betapapun buruknya, ia tetap bisa menjadi saluran
berkat keselamatan bagi banyak orang, perempuan Samaria ini sudah
membuktikannya.[1]
[1] Stefany J.R. Abrahamsz dan P.
Nelly Tuhumury, Model Penginjilan Dalam
Yohanes 4:4-42 Dan Implementasionya pada Masa Kini (Makassar: Jurnal
Teologi dan Pastoral Jaffray Vol. 10, No. 2, Oktober 2012), 132-135.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar