Good News

Kamis, 13 November 2014

Jebakan dalam Pelayanan (Next Level) By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Jebakan dalam Pelayanan (Next Level)
Tanggal                :  18 Agustus 2013
Nats                     :  2 Tawarikh 26:4-5
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang jebakan yang terjadi dalam tingkat pelayanan yang lebih tinggi supaya jemaat dapat bergantung sepenuhnya dengan pimpinan dan pertolongan Tuhan dan tidak memegahkan diri mereka

Saat kita sedang mau dibawa naik dalam rencana Allah, otomatis aka nada banyak musuh yang berusaha menghalangi dan kita harus menghadapinya. Tetapi Tuhan mau membuat kita lebih dari pemenang. Tuhan mau menundukkan semua musuh kita di bawah kaki kita. Ada dua hal yang dapat kita pelajari dari kegagalan raja Uzia agar kita tidak terjebak. Sejak awal dinobatkan menjadi raja atas bangsa Yehuda, Uzia membangun dasar dan memperkuat dirinya, Uzia ‘terjebak’ dengan ketidaktepatannya dan ketergantungannya kepada manusia, sehingga sangat rapuh dan tidak siap saat dibawa Tuhan naik.[1]

I.         Ketidaktepatan adalah pelanggaran
“Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya” (2Tawarikh 26:4). Namun yang dimaksudkan kata “tepat” seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Itu justru tidak tepat karena Amazia, ayah Uzia hanya melakukan sebatas apa yang benar di mata TUHAN tetapi tidak dengan segenap hati. “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, hanya tidak denan segenap hati (2 Tawarikh 25:2). Hari-hari ini Tuhan mau untuk kita belajar bukan hanya melakukan apa yang benar namun disertai dengan ketepatan.[2] Dengan kata lain, apa yang kita anggap sudah benar dalam ketepatan manusia namun dihadapan Tuhan tidak tepat waktu dan sasarannya (God’s timing).
II.      Dibatasi dengan kata “selama…”
“Ia mencari Allah selama hidup Zakharia. Yang mengajarnya takut akan Allah…” (2Tawarikh 26:5). Yang mengerikan dari hidup raja Uzia ialah pengalamannya dengan Tuhan itu hanya karena tudung rohaninya, iman Zakharia, pengalamannya dengan Tuhan itu karena dia menerima efek dari seseorang (tudung rohani). Artinya jemaat harus keluar dari zona nyaman mereka untuk bersekutu dengan-Nya dan memiliki disiplin rohani sehingga mereka benar-benar mengalami Tuhan tanpa selalu bergantung dengan tudung rohani hamba-Nya.


[1] Iin Tjipto, Next Level Mencapai Level Raja-Raja (Bekasi:Mahanaim, 2010), 57 .
[2] Iin Tjipto,  57-63.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar