Tema Khotbah : Jebakan dalam Pelayanan
(Next Level)
Tanggal : 18 Agustus
2013
Nats : 2 Tawarikh 26:4-5
Tujuan : mengajarkan jemaat tentang jebakan yang
terjadi dalam tingkat pelayanan yang lebih tinggi supaya jemaat dapat
bergantung sepenuhnya dengan pimpinan dan pertolongan Tuhan dan tidak
memegahkan diri mereka
Saat kita sedang mau dibawa naik
dalam rencana Allah, otomatis aka nada banyak musuh yang berusaha menghalangi
dan kita harus menghadapinya. Tetapi Tuhan mau membuat kita lebih dari
pemenang. Tuhan mau menundukkan semua musuh kita di bawah kaki kita. Ada dua
hal yang dapat kita pelajari dari kegagalan raja Uzia agar kita tidak terjebak.
Sejak awal dinobatkan menjadi raja atas bangsa Yehuda, Uzia membangun dasar dan
memperkuat dirinya, Uzia ‘terjebak’ dengan ketidaktepatannya
dan ketergantungannya kepada manusia,
sehingga sangat rapuh dan tidak siap saat dibawa Tuhan naik.[1]
I.
Ketidaktepatan
adalah pelanggaran
“Ia
melakukan apa yang benar di mata TUHAN, tepat
seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya” (2Tawarikh 26:4). Namun yang
dimaksudkan kata “tepat” seperti yang dilakukan Amazia, ayahnya. Itu justru
tidak tepat karena Amazia, ayah Uzia hanya melakukan sebatas apa yang benar di
mata TUHAN tetapi tidak dengan segenap hati. “Ia melakukan apa yang benar di mata TUHAN, hanya tidak denan segenap
hati (2 Tawarikh 25:2). Hari-hari ini Tuhan mau untuk kita belajar bukan
hanya melakukan apa yang benar namun disertai dengan ketepatan.[2]
Dengan kata lain, apa yang kita anggap sudah benar dalam ketepatan manusia
namun dihadapan Tuhan tidak tepat waktu dan sasarannya (God’s timing).
II. Dibatasi dengan kata “selama…”
“Ia mencari
Allah selama hidup Zakharia. Yang
mengajarnya takut akan Allah…” (2Tawarikh 26:5). Yang
mengerikan dari hidup raja Uzia ialah pengalamannya dengan Tuhan itu hanya
karena tudung rohaninya, iman Zakharia, pengalamannya dengan Tuhan itu karena
dia menerima efek dari seseorang (tudung rohani). Artinya jemaat harus keluar
dari zona nyaman mereka untuk bersekutu dengan-Nya dan memiliki disiplin rohani
sehingga mereka benar-benar mengalami Tuhan tanpa selalu bergantung dengan
tudung rohani hamba-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar