Good News

Rabu, 12 November 2014

Kebenaran yang Menyelamatkan By Ev. Hengki Wijaya, M.Th



Tema Khotbah     :  Kebenaran yang Menyelamatkan
Tanggal                :  21 April 2015
Nats                     :  Roma 10:1-21
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat bahwa kebenaran yang menyelamatkan hanya berasal dari Allah saja melalui Anak-Nya yang disalurkan kepada manusia

Pada umumnya manusia menganggap kebenaran sebagai hal yang relatif artinya: kebenaran di suatu daerah belum tentu menjadi kebenaran di daerah lain; kebenaran di suatu budaya belum tentu menjadi kebenaran pada budaya lain; kebenaran di dalam suatu agama belum tentu menjadi kebenaran agama yang lain. Dalam konteks agama Kristen, kita dapat membandingkan mitos dengan dogma, ritus dengan liturgy, dan etika dengan etika Kristen. Mitos mewakili dimensi kognitif atau keyakinan, ritus mewakili dimensi ekspresif penyembahan atau kegiatan peribadatan dan etika mewakili dimensi praktis atau praktik kehidupan sehari-hari. Dalam nats Roma 10:1-21 ini kita akan memelajari beberapa ciri dari kebenaran yang menyelamatkan. Kebenaran yang menyelamatkan ialah:[1]
Pertama, kebenaran yang terpancar dari Allah (10:1-3). Kebenaran yang menyelamatkan adalah kebenaran yang bersumber dari Allah, berasal dari Allah atau terpancar dari Allah (ay. 3). Sungguh tepat yang dikatakan oleh Salomo: “Ada jalan yang disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut” (Amsal 14:12). Kedua, kebenaran yang terpusat kepada Kristus (10:4-8). Paulus berkata dalam ayat 4: “Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat sehingga kebenaran diuperoleh oleh tiap-tiap orang.” Apa arti “Kristus adalah kegenapan hukum Taurat?” Tidak dapat disangkal bahwa hukum Taurat adalah berasal dari Allah dan memunyai nilai-nilai kebenaran. Namun, kebenaran yang terkandung dalam hukum Taurat bukanlah hakikat keselamatan, melainkan bayangan dari keselamatan. Ketiga, kebenaran yang tersalur melalui iman (10:9-21). Dalam ayat-ayat selanjutnya dijelaskan bahwa kebenaran yang menyelamatkan adalah kebenaran yang disalurkan melalui iman. Patut dijelaskan bahwa kedudukan iman dalam keselamatan bukanlah sebagai pelaku. Kita tidak diselamatkan oleh iman, melainkan oleh Yesus Kristus. Kedudukan iman bukan pula sebagai obyek. Kita tidak diselamatkan dengan iman tetapi kita diselamatkan melalui iman. Jadi iman adalah sarana, saluran atau channel keselamatan. Kesimpulannya, kebenaran yang menyelamatkan adalah kebenaran yang berasal dari Allah yang diproyeksikan dalam Yesus Kristus dan disalurkan kepada manusia melalui iman. Apakah kita sudah memiliki iman terhadap Yesus Kristus?


[1] Maurits Silalahi, Siraman Rohani: Kumpulan Khotbah Ekspositori (Makassar: Lembaga Penerbitan STT Jaffray, 2007), 6-11.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar