Kata pendampingan pastoral
adalah gabungan dua kata yang mempunyai makna pelayanan, yaitu kata pendampingan dan kata pastoral. Mendampingi merupakan suatu
kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab perlu didampingi. Istilah
pendampingan memiliki arti kegiatan kemitraan, bahu-membahu, menemani,
membagi/berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan. Sedangkan
istilah pastoral dalam bahasa Yunani
disebut “poimen” artinya “gembala” (Yohanes 10). Dalam pelayanan, terdapat
beberapa istilah untuk menggambarkan pelayanan pastoral yang dikenal sebagai
“penggembalaan”. Suatu istilah struktural untuk mempersiapkan para rohaniawan
untuk tugas “pastoral” atau tugas penggembalaan.[1]
Ada
beberapa tipe penggembalaan yang merupakan pengertian tentang penggembalaan di
masyarakat Kristen Indonesia: Pertama,
ada yang berpendapat bahwa penggembalaan merupakan pembinaan, yaitu tugas membentuk watak seseorang dan mendidik
mereka untuk menjadi murid Kristus yang baik; Kedua, penggembalaan sebagi pemberitaan
Firman Allah, melalui pertemuan antar pribadi atau dalam kelompok kecil,
walaupun juga dapat dilakukan dalam khotbah dan liturgi; Ketiga, khususnya dilingkungan Katolik, bahwa penggembalaan berarti
pelayanan yang berhubungan dengan
Sakramen; Keempat, khususnya
anggota dari kelompok Karismatik, bahwa penggembalaan adalah pelayanan penyembuhan, yaitu rohani yang
mengakibatkan penyembuhan fisik dan lain-lain; Kelima, pelayanan kepada
masyarakat, yaitu pelayaan sosial dan pelayanan berjuang melawan
ketidakadilan; Keenam, ada yang
melihat penggembalaan sebagai pelayanan di mana manusia yang terlibat dalam
interaksi menantikan dan menerimakehadiran Tuhan Allah, yaitu pernyataan dari
Allah; Ketujuh, konseling pastoral yang menggunakan teknik-teknik khusus yang
dipinjam dari ilmu-ilmu manusia khususnya psikologis.[2] Dapat
saya simpulkan bahwa penggembalaan adalah suatu pelayanan holistis (menyeluruh) yang diberikan kepada jemaat yang
melibatkan seorang pastor sebagai gembala yang membimbing jemaat kearah
pengenalan akan Tuhan dan bermanfaat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan
yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai
dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:13).
Aart van Beek
menilai bahwa ada masalah dengan tipe-tipe penggembalaan yang ada karena dapat
timbul kesan kita perlu memilih salah satu aliran, maka beliau lebih tertarik
mengikuti pendapat guru mereka, Howard Clinebell, yang melihat fungsi dari penggembalaan itu yaitu
fungsi membimbing, mendamaikan/memperbaiki hubungan, menopang/menyokong,
menyembuhkan dan mengasuh (mendorong kea rah pertumbuhan secara holistis).
Donald Capps
dalam bukunya Biblical Approaches to
Pastoral Counseling, menyampaikan tiga pedoman pastoral untuk pendampingan
pastoral: [3]
a. Mazmur: Mazmur, khususnya mazmur ratapan, menunjukkan proses
pengungkapan emosional (pendekatan kepada Allah, keluhan, ungkapan kepercayaan,
permohonan, kata-kata penghiburan dan penguatan (assurance), dan janji untuk memuji).
b. Amsal menunjukkan cara berkomunikasi yang banyak menekankan nasihat dan
teguran. Pendekatan “nouthetis” dari Jay Adams (Anda pun Boleh Membimbing) adalah sesuai dengan pendekatan ini.
Pengikut pendekatan ini sangat percaya pada aturan-aturan moral kehidupan,
menekankan pengembangan moral seseorang dan tanggung jawab moral dari mereka
yang membina orang lain. Menurut saya itu dicontohkan dalam perkataan Amsal, “Saudara
yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, dan
pertengkaran adalah seperti palang gapura sebuah puri” (Amsal 18:19). Amsal ini
mengambarkan betapa sulitnya menasihati orang yang bertengkar dan sakit hati.
c. Perumpamaan-perumpamaan dalam Perjanjian Baru menunjukkan pendekatan
Yesus dalam mengarahkan. Pendekatan ini berfokus pada perubahan perspektif
total. Tekanannya adalah pada perubahan perspektif emosional serta tingkah
lakuyang menyusul. Pendekatan ini paling mencerminkan fungsi mengutuhkan karena
cerita dapat dipakai secara tidak langsung, tidak mengancam penderita dan menghargai
pengalamannya.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi ialah: a) struktur dan perkembangan
kepribadian; b) lingkungan sosial asal; c) latar belakang kehidupan; d)
pra-anggapan;perasaan; e) norma-norma dan nilai-nilai; f) jenis kelamin; h)
kode-kode budaya; i) kebutuhan; j) harapan-harapan; k) bahasa; l) ketermapilan
dalam memakai perangkat; m) tujuan yang ingin dicapai.[4]
Faktor-faktor tersebut diatas adalah hubungan komunikasi antar manusia. Komunikasi
juga perlu diarahkan pada hubungan atau relasi dengan Tuhan melalui doa dan
saling mendoakan.
Ada bebrapa tingkat dalam komunikasi adalah: 1) konvensional: pada tingkat ini komunikasi berupa basa-basi untuk
menciptakan suasana saja; 2) exploratif:
pada tingkat ini dicari dan diberikan fakta-fakta saja; 3) partisipatif: pada tingkat ini sudah ada sharing informasi mengenai diri sendiri; 4) konfrontatif: pada tingkat ini ada komunikasi mengenai hubuungan
antar pribadi. [5]
Dalam praktikknya saya menggambarkan seorang pendamping atau pastor melakukan
komunikasi dengan menanyakan hal-hal yang biasa, selanjutnya menanyakan hal-hal
yang umum, kemudian lebih dalam masuk dalam masalah dan sharing. Apabila ada hal yang tidak benar yang bertentangan dengan
kebenaran maka pendamping harus siap mengkonfrontasikan dengan konseli atau
jemaat dengan hikmat dan teguran yang lemah lembut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar