Good News

Rabu, 12 November 2014

INTERAKSI PENDAMPINGAN PASTORAL BY HENGKI WIJAYA



      Kata pendampingan pastoral adalah gabungan dua kata yang mempunyai makna pelayanan, yaitu kata pendampingan dan kata pastoral. Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu sebab perlu didampingi. Istilah pendampingan memiliki arti kegiatan kemitraan, bahu-membahu, menemani, membagi/berbagi dengan tujuan saling menumbuhkan dan mengutuhkan. Sedangkan istilah pastoral dalam bahasa Yunani disebut “poimen” artinya “gembala” (Yohanes 10). Dalam pelayanan, terdapat beberapa istilah untuk menggambarkan pelayanan pastoral yang dikenal sebagai “penggembalaan”. Suatu istilah struktural untuk mempersiapkan para rohaniawan untuk tugas “pastoral” atau tugas penggembalaan.[1]
         Ada beberapa tipe penggembalaan yang merupakan pengertian tentang penggembalaan di masyarakat Kristen Indonesia: Pertama, ada yang berpendapat bahwa penggembalaan merupakan pembinaan, yaitu tugas membentuk watak seseorang dan mendidik mereka untuk menjadi murid Kristus yang baik; Kedua, penggembalaan sebagi pemberitaan Firman Allah, melalui pertemuan antar pribadi atau dalam kelompok kecil, walaupun juga dapat dilakukan dalam khotbah dan liturgi; Ketiga, khususnya dilingkungan Katolik, bahwa penggembalaan berarti pelayanan yang berhubungan dengan Sakramen; Keempat, khususnya anggota dari kelompok Karismatik, bahwa penggembalaan adalah pelayanan penyembuhan, yaitu rohani yang mengakibatkan penyembuhan fisik dan lain-lain; Kelima, pelayanan kepada masyarakat, yaitu pelayaan sosial dan pelayanan berjuang melawan ketidakadilan; Keenam, ada yang melihat penggembalaan sebagai pelayanan di mana manusia yang terlibat dalam interaksi menantikan dan menerimakehadiran Tuhan Allah, yaitu pernyataan dari Allah; Ketujuh, konseling pastoral yang menggunakan teknik-teknik khusus yang dipinjam dari ilmu-ilmu manusia khususnya psikologis.[2] Dapat saya simpulkan bahwa penggembalaan adalah suatu pelayanan holistis (menyeluruh) yang diberikan kepada jemaat yang melibatkan seorang pastor sebagai gembala yang membimbing jemaat kearah pengenalan akan Tuhan dan bermanfaat mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus (Efesus 4:13).
Aart van Beek menilai bahwa ada masalah dengan tipe-tipe penggembalaan yang ada karena dapat timbul kesan kita perlu memilih salah satu aliran, maka beliau lebih tertarik mengikuti pendapat guru mereka, Howard Clinebell, yang melihat fungsi dari penggembalaan itu yaitu fungsi membimbing, mendamaikan/memperbaiki hubungan, menopang/menyokong, menyembuhkan dan mengasuh (mendorong kea rah pertumbuhan secara holistis).
Donald Capps dalam bukunya Biblical Approaches to Pastoral Counseling, menyampaikan tiga pedoman pastoral untuk pendampingan pastoral: [3]
a.       Mazmur: Mazmur, khususnya mazmur ratapan, menunjukkan proses pengungkapan emosional (pendekatan kepada Allah, keluhan, ungkapan kepercayaan, permohonan, kata-kata penghiburan dan penguatan (assurance), dan janji untuk memuji).
b.      Amsal menunjukkan cara berkomunikasi yang banyak menekankan nasihat dan teguran. Pendekatan “nouthetis” dari Jay Adams (Anda pun Boleh Membimbing) adalah sesuai dengan pendekatan ini. Pengikut pendekatan ini sangat percaya pada aturan-aturan moral kehidupan, menekankan pengembangan moral seseorang dan tanggung jawab moral dari mereka yang membina orang lain. Menurut saya itu dicontohkan dalam perkataan Amsal, “Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri dari pada kota yang kuat, dan pertengkaran adalah seperti palang gapura sebuah puri” (Amsal 18:19). Amsal ini mengambarkan betapa sulitnya menasihati orang yang bertengkar dan sakit hati.
c.       Perumpamaan-perumpamaan dalam Perjanjian Baru menunjukkan pendekatan Yesus dalam mengarahkan. Pendekatan ini berfokus pada perubahan perspektif total. Tekanannya adalah pada perubahan perspektif emosional serta tingkah lakuyang menyusul. Pendekatan ini paling mencerminkan fungsi mengutuhkan karena cerita dapat dipakai secara tidak langsung, tidak mengancam penderita dan menghargai pengalamannya.
Faktor yang mempengaruhi komunikasi ialah: a) struktur dan perkembangan kepribadian; b) lingkungan sosial asal; c) latar belakang kehidupan; d) pra-anggapan;perasaan; e) norma-norma dan nilai-nilai; f) jenis kelamin; h) kode-kode budaya; i) kebutuhan; j) harapan-harapan; k) bahasa; l) ketermapilan dalam memakai perangkat; m) tujuan yang ingin dicapai.[4] Faktor-faktor tersebut diatas adalah hubungan komunikasi antar manusia. Komunikasi juga perlu diarahkan pada hubungan atau relasi dengan Tuhan melalui doa dan saling mendoakan.
Ada bebrapa tingkat dalam komunikasi adalah: 1) konvensional: pada tingkat ini komunikasi berupa basa-basi untuk menciptakan suasana saja; 2) exploratif: pada tingkat ini dicari dan diberikan fakta-fakta saja; 3) partisipatif: pada tingkat ini sudah ada sharing informasi mengenai diri sendiri; 4) konfrontatif: pada tingkat ini ada komunikasi mengenai hubuungan antar pribadi. [5] Dalam praktikknya saya menggambarkan seorang pendamping atau pastor melakukan komunikasi dengan menanyakan hal-hal yang biasa, selanjutnya menanyakan hal-hal yang umum, kemudian lebih dalam masuk dalam masalah dan sharing. Apabila ada hal yang tidak benar yang bertentangan dengan kebenaran maka pendamping harus siap mengkonfrontasikan dengan konseli atau jemaat dengan hikmat dan teguran yang lemah lembut.


[1] Aart van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), 9-11.
[2] Aart van Beek, 11-12.
[3] Ibid., 36.
[4] Ibid., 85.
[5] Ibid.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar