Good News

Kamis, 13 November 2014

Kejatuhan Pelayan Tuhan BY Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Kejatuhan Pelayan Tuhan
Tanggal                :  25 Agustus 2013
Nats                     :  2 Tawarikh 26:16
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang tanda-tanda kejatuhan pelayan Tuhan dalam suasana pelayanan yang baik dan berhasil supaya jemaat dapat mewaspadai dan memiliki kerendahan hati dan hati hamba

Semakin kita berada di atas ketinggian maka anginnya pun semakin kuat. Hal ini adalah sangat cocok untuk menggambarkan keadaan seseorang yang sedang sukses atau berhasil dalam pelayanan. “Setelah ia menjadi kuat, ia menjadi tinggi hati sehingga ia melakukan hal-hal yang merusak. Ia berubah setia kepada Tuhan Allahnya dan memasuki bait Tuhan untuk membakar ukupan di atas mezbah pembakaran ukupan (2 Tawarikh 26:16). Ada tiga hal yang harus diwaspadai oleh pelayan Tuhan supaya tidak mengalami kejatuhan di saat pelayananannya semakin berhasil. 

Pertama, tinggi hati. Sering kali tanpa sadar kita dapat menjadi tinggi hati. Cara yang paling mudah untuk kita bisa mengecek hati ini yaitu, kalau kita mendengarkan Firman kita bisa merasakan bisa ‘makan’ atau tidak, kalau bisa ‘makan’ rasanya seperti sesuatu masuk dalam hidup kita maka itu berarti hati kita masih ‘sehat’. Tetapi kalau kita mendengarkan Firman dan di dalam hati bereaksi atau beragumentasi seakan-akan Firman itu sudah kita mengetahui dan merasa Firman itu untuk orang lain berarti kita sudah tinggi hati. Kedua, melakukan hal yang merusak. Hal kedua juga dapat dengan mudah saudara kenali, misalnya kalau saudara berbicara dengan orang lain, apakah orang itu dibangun oleh kata-kata saudara atau sebaliknya. Kemudian apakah kalau saudara memegang atau mengusahakan sesuatu semakin meningkat dan berhasil atau menurun bahkan gagal?. Tuhan memberikan nasib yang baik bukan nasib yang buruk. “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan (Yeremia 29:11). Ketiga, berubah setia. Raja Uzia mulai melakukan yang bukan bagiannya, keluar dari panggilan atau istilah saya keluar dari pagar yang digariskan, keluar dari jalur. Raja Uzia telah mengambil bagian sebagai imam yang bukan menjadi haknya dan kewajibannya karena ia seorang raja. Bagi setiap kita kesetiaan adalah hal yang sangat penting. Hanya mereka yang setia yang akan menang bersama dengan Tuhan (Wahyu 17:14b).[1]


[1] Iin Tjipto, Next Level Mencapai Level Raja-Raja (Bekasi:Mahanaim, 2010), 68-73.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar