Resume[1]
Metode kualitatif “ala Frans Wijsen” yang disebut “Lingkaran Pastoral”.[2] Metode
ini disebut Lingkaran Pastoral karena
didasarkan atas 4 prinsip tahapan yang berbentuk lingkaran, maju bertahap
sebagai proses menuju problem solving.
Lingkaran pastoral tidak jelas awal maupun akhirnya terjadi secara terus menerus
antara praksis dan refleksi dan aksi pastoral yang tak pernah berhenti. Tahap-tahap
Lingkaran Pastoral terdiri dari 4 tahap penelitian yaitu: Observasi Partisipan, Analisis Sosial, Refleksi Theologis dan
Perencanaan Pastoral.
Observasi
partisipan merupakan metode penelitian kualitatif yang dibangun dengan skema
“melihat” dan “mendengarkan” apa yang dilakukan, diucapkan, dipikirkan dan yang
digunakan oleh kelompok, tanpa prasangka terhadap situasi sosial yang
problematik dalam suatu kelompok. Dalam mengajukan pertanyaan, Wijsen
membedakan tiga macam pertanyaan yaitu: Pertanyaan
Deskriptif, Pertanyaan Terstruktur, Pertanyaan Kontras. Saya berpendapat bahwa
pertanyaan ini juga sering dilakukan dalam proses konseling pastoral dimana
konselor mencari pokok masalah konseli dan menggali lebih dalam untuk
memperoleh akar permasalahan dan pertentangan yang terjadi dalam diri konseli.
Perbedaannya melalui pertanyaan kontras akan ditemukan diharapkan menemukan
pola-pola tingkah laku yang disebut sebagai pengetahuan budaya yang diwariskan
kepada geberasi berikutnya.
Analisis sosial ini dapat digolongkan dalam 4 macam yaitu: Analisis Domain, Analisis Taksonomi,
Analisis Komponensial dan Analisis Tema. Saya menyimpulkan dengan sebuah
contoh: Dalam sebuah kebaktian Minggu
terdapat objek yang terlibat dalam ibadah
(domain) dan objek tersebut memiliki beberapa bagia seperti sebutan pendeta
(taksonomi) dan mendefenisikan dan
menemukan makna sebutan pendeta (komponensial)
dan menemukan tema-tema budaya dalam sebuah gereja misalnya pengambilan
keputusan ada sepenuhnya pada pendeta dan bukan warga jemaat (analisis tema).
Dalam upaya membangun refleksi
theologis, Wijsen menyebutkan 4 langkah yaitu: perspektif empiris, perspektif teoritis, interlasi kritis dan gagasan
ideal. Menurut saya refleksi theologis menekankan penelitian situasi yang
nyata yang sedang terjadi dalam suatu gereja (empiris) dan tradisi yang telah
terbangun dalam tradisi gereja (teoritis) yang kemudiaan ditelaah secara kritis
sesuai perkembangan zaman (interlasi kritis) dan selanjutkan menemukan gagasan
ideal untuk suatu aksi yang mengacu kepada masa depan gereja melalui tindak
konkrit. Dengan kata lain melalui refleksi theologis terjadi pendewasaan gereja
menuju pertumbuhan gereja. Dalam refleksi ini dapat menemukan makna tema-tema
atau kebutuhan dalam gereja serta perbaikan menuju suatu gereja masa depan
sesuai dengan gagasan ideal.
Selanjutnya tahap akhir dari
lingkaran pastoral yaitu perencanaan pastoral. Perencanaan pastoral menuju aksi
pastoral dilakukan dalam beberapa langkah yaitu: merumuskan kebijakan umum, perencanaan strategi, rencana pelaksanaan
dan pelaksanaan kegiatan. Menurut saya pada tahap ini dapat dikatakan problem solving dan akan menghasilkan
suatu output dari suatu lingkaran
pastoral atau spiral pastoral. Saya
dapat katakan bahwa melalui lingkaran pastoral ini diharapkan sesuatu terobosan
baru yang terus dibaharui terus menerus yang tentunya dengan pertolongan Tuhan.
Resume yang baik
BalasHapus