Good News

Kamis, 13 November 2014

Hakikat Pola Hidup Baru By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Hakikat Pola Hidup Baru
Tanggal                :  26 Mei 2015
Nats                     :  Kolose 3:1-17
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang hakikat pola hidup baru setelah percaya kepada Tuhan Yesus supaya dapat hidup kudus dalam kehidupan orang percaya

Banyak kasus dalam jemaat yang terjadi yaitu ketika mereka bersedia bertobat dan menyatakan diri untuk percaya kepada Tuhan Yesus dan menjadi jemaat lokal mengalami masalah dengan kehidupan barunya karena mereka tidak mengerti hakikat pola hidup baru di dalam Kristus sehingga pertumbuhan rohaninya hanya sampai pada level kanak-kanank dan tidak menjadi dewasa.  Alkitab memberi beberapa petunjuk praktis untuk menghadapi setiap lembaran hari yang terbentang di hadapan kita. Kita akan memusatkan perhatian kita untuk mempelajari petunjuk-petunjuk tersebut.

I.         Perubahan Pola Pikir (ay. 1-4)
Dasarnya adalah kebangkitan bersama Yesus Kristus, berarti Yesus telah mati bagi dosa artinya kita telah ditebus dan saatnya kita bangkit dan menjalani hidup kita bersama teladan Kristus. Caranya dengan memikirkan perkara yang di atas.  Seperti orang-orang yang memikirkan hal-hal dunia akan menjadi orang dunia. Kita telah bangkit dan kita telah menjadi warga Kerajaan sorga, mari kita memikirkan hal-hal rohani yang sumbernya dari sorga yaitu bersumber dari Bapa.
II.      Perubahan Pola Hidup (ay. 5-17)
Ciri-ciri hidup baru (ay. 10-11) adalah manusia baru yang menutut gambar Allah, yang mengutamakan Kristus. Orang yang hidup baru tidak lagi hidup menurut kebiasaan lama yang tidak berkenan di hadapan Allah. Ayat 5-9,12-17 dalam pasal 3 Kolose adalah mematikan keinginan duniawi (ay. 5-7) menunjukkan penekanan untuk mematikan keinginan daging yaitu yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala. Membuang sifat duniawi (ay. 8-9) yaitu: yaitu marah, geram, kejahatan, fitnah dan kata-kata kotor yang keluar dari mulutmu. Selanjutnya mengenakan sifat sorgawi (ay.10-17). “…kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran. Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian” (ay. 12-13). [1]


[1] Maurits Silalahi, Siraman Rohani: Kumpulan Khotbah Ekspositori (Makassar: Lembaga Penerbitan STT Jaffray, 2007), 84-85.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar