Good News

Selasa, 11 November 2014

Dr. Marthin Billa: Pemimpin Visioner Transformator Futuristik Menyibak Pengembaraan Kepemimpinan dari Nahakramo Apaukayan, Kalimantan Timur ke Jakarta (Dr. Yakob Tomatala)



LOG BUKU              : Dr. Marthin Billa: Pemimpin Visioner Transformator Futuristik  Menyibak Pengembaraan Kepemimpinan dari Nahakramo Apaukayan, Kalimantan Timur ke Jakarta
ISI                              : Hal-hal yang menarik, falsafah, inspiratif dalam buku ini
PENULIS                   : DR. YAKOB TOMATALA, M. Div., M.I.S., M.A., D. Miss.
PENERBIT                 : YT Leadership Foundation
TAHUN TERBIT       : 2012 Cetakan Pertama
TEBAL BUKU          : 368 halaman

By Hengki Wijaya

BAGIAN PERTAMA: MENEMUKAN RAHASIA PEMIMPIN VISIONER TRANSFORMATIF FUTURISTIK

Setiap orang terlahir dengan destini bawaannya. Istilah destini yang digunakan di sini lebih berarti “sudah ditentukan demikian oleh Sang Pencipta,” dan merupakan faktor permanen yang tidak bisa diubah. Destini melibatkan unsur genetika, kehidupan sosial-budaya, pengalaman khas berbekas, lingkungan kehidupan dan sebagainya yang merupakan faktor penentu kehidupan serta perkembangan hidup setiap individu.
Tindakan ayahnya, Billa Larung ini diawalinya dengan penyerahan anaknya kepada TUHAN, yang diberi nama Marthin Billa. Nama Marthin ini berakar dari semangat reformator Protestan Marthin Luther (1517). Nama ini merujuk kepada doa serta kerinduan Billa Larung bagi anaknya ini, agar kelak menjadi “manusia pembaharu, pemimpin transformator” di masa depan. Kerinduan ini didukung oleh semangat juangnya sebagai seorang pemimpin umat, ayah, dan pribadi.

Ibunda Marthin Billa bernama Bawing Bid terkenal karena kerendahan hati, kesabaran, keramahan dan kerajinannya yang mewarnai karakter keibuannya. Ia selalu mendukung dan mengimani harapan dan iman suaminya, yang selalu mengatakan ”TUHAN akan memberikan yang lain, Ia akan mencukupkan pada waktu-Nya.” Ia telah menjadi pendukung utama bagi suaminya, yang membenarkan prinsip, “Di belakang seorang laki-laki yang hebat, pasti ada perempuan yang hebat.” Sifat rendah hati, penyabar, dan penuh kasih sayang yang ada padanya selalu mendegungkan nasihat kepada anak-anaknya: ”Jadilah orang yang selalu menghargai orang lain.
BAB I   VISI YANG BERAWAL DARI NAHAKRAMO
Marthin Billa berkata, “Kunci utama untuk memahami pemimpin, terletak pada visinya.” Marthin Billa membuat refleksi tentang visi yang menyemangati daya juang kakeknya dengan mengatakan,
Visi adalah ciri utama seorang pemimpin. Kisah munculnya pemimpin-pemimpin besar berawal dari keberhasilannya membangun, mempertahankan dan menggerakkan visi. Kunci utama untuk memahami pemimpin, terletak pada visinya.

Mencermati kehidupan serta kepemimpinan Billa Larung, maka warisan kepemimpinan yang telah mengkristal itu dapat dikategorikan didalam tiga sisi, yaitu: Kepribadian, Pengabdian dan Kepemimpinan. Pertama, Kepribadian. Pendeta Billa Larung selalu berupaya menanamkan kebenaran yang terfokus pada membangun kepribadian Kristen yang berintegritas teguh. Faktor-faktor penting yang mewarnai kehidupan dan kepribadian Kristen ini, adalah antara lain: a) Pendeta Billa Larung sebagai seorang pemimpin rohani selalu menekankan sikap “mengutamakan TUHAN Yesus Kristus” dalam segala kehidupan; b) Pendeta Billa Larung juga menekankan pentingnya disiplin memegang dan melakukan prinsip Firman TUHAN sesuai ajaran Kitab Suci Alkitab. Sebagai contoh, hasil buruan yang diperolehnya selalu dibagikan terlebih dahulu kepada anggota Jemaat yang memerlukan, dan sisanya barulah untuk memenuhi kebutuhan keluarganya (Galatia 6:1-10). Ia juga menekankan sikap rendah hati dan tidak mementingkan diri sendiri sebagaimana seharusnya bagi seorang bagi seorang Kristen (Filipi 2:3-5). Mengasihi dan mengampuni sesama ini  haruslah dilakukan dengan “tidak membalas kejahatan dengan kejahatan,” seperti yang diajarkan oleh Yesus Kristus (matius 7:12; 5:38-48); c)  Pendeta Billa Larung juga menekankan kesetiaan dalam rumah tangga dan tekun memperjuangkan kepentingan keluarga dengan bekerja keras. Pendeta Billa Larung sebagai Pendeta yang bersikap tegas menunjukkan bagaimana mereka membangun keluarga yang harmonis serta melayani jemaat.
Kedua, Pengabdian. Pendeta Billa Larung sangat menyadari bahwa pelayanan yang diembannya harus dilakukan dengan sikap mengabdi dan melayani berdasarkan kasih (Markus 10:41-45). Pendeta Billa Larung biasanya mengingatkan agar belajar dari Yesus Kristus dan melakukan ajaran-Nya dalam Injil yang mengatakan, “Belajarlah dari pada-Ku karena Aku lemah lembut dan rendah hati” (Matius 11:28-30). Hidup di dalam kebenaran ini dibuktikannya dengan “membawa damai kepada sesama” (Matius 5:9; Yohanes 14:27; Yesaya 32:1-2,8,17). Ia juga selalu mengatakan “upayakan perdamaian” dan “jadilah berkat” kepada sesama. Sikap lain yang tidak kalah penting yang diajarkan Billa Larung ialah memiliki hati yang terbuka dengan rasa sudi untuk menolong tanpa pamrih. Ia juga memberi contoh tentang itikad baik untuk melayani daripada dilayani dan suka selalu memilih untuk menopang dan memperjuangkan pemenuhan kebutuhan. Sikap ini diwujudkannya dengan kemauan baik untuk terus berbagi kepada orang lain.
Ketiga, Kepemimpinan. Sikap beliau sebagai pemimpin rohani yang berupaya membuktikan diri sebagai Bapak bagi anggota-anggota Jemaatnya ini dilakukannya dengan cara meneguhkan, antara lain sebagai berikut ini: a) Pendeta Billa Larung sebagai seorang “pemimpin rohani,” selalu berusaha untuk mengedepankan faktor iman di atas segalanya dalam mengisi kehidupan dan pelayanan. Dalam kesulitan sekalipun, beliau mengedepankan tuntutan Firman untuk mendahulukan pelayanan kepada orang lain. Ia selalu mengatakan “Dahulukan kehendak TUHAN, karena TUHAN-lah yang akan mencukupkan (Matius 6:33); b) Pendeta Billa Larung sewaktu mengupayakan penanganan ancaman kelaparan yang dialami masyarakat dan Jemaat, ia selalu bersikap: “Memberi apa yang ada dan berbagilah, TUHAN akan membalas mencukupkan dan Ia akan membalas mencukupkan dan Ia akan membalas kepada kita dengan memberikan yang terbaik.”; c) Pendeta Billa Larung berupaya mendidik keluarga dan Jemaat untuk mencukupkan diri atau berpada, yaitu “selalu merasa cukup” dengan apa yang ada.
BAB II MELETAKKAN LANDASAN MENGEMBANGKAN PEMIMPIN VISIONER TRANSFORMATIF FUTURISTIK ANDAL

Marthin Billa mengatakan, “Saya mempunyai tanggung jawab besar untuk membangun masyarakat dan daerah yang sangat tertinggal dalam segala aspek. Saya akan sangat bangga melihat masyarakat dan daerah saya maju.
Aspek-aspek kompetensi yang meliputi integritas, kapasitas, dan kapabilitas. Ketiga aspek dari kompetensi dasar ini selanjutnya akan diuraikan sebagai berikut:
Integritas adalah landasan terkuat bagi kredibilitas etika, moral, sifat, sikap kata dan perbuatan atau tindakan yang berhubungan erta dengan nilai-nilai kehidupan setiap orang. Sumber otoritas integritas terpenting adalah TUHAN Allah, Kitab Suci, orangtua, tetua adat, guru. Sumber otoritas inilah yang memberikan nilai dasar hidup bagi diri setiap orang. Implikasi dari hal dan atau faktor nilai dasar hidup yang merupakan warisan yang sangat berpengaruh dalam kehidupan setiap orang dapat diurutkan sebagai berikut ini: Pertama, Nilai-nilai kehidupan yang diwariskan akan meneguhkan untuk berjuang, bertekun, maju dan berhasil, sehingga setiap orang sesunguhnya dapat bersikap teguh dan menjadi contoh yang hidup bagi keluarga, kelompok dan masyarakat banyak, agar mereka sadar dan bangkit bahwa mereka juga dapat memberikan yng terbaik bagi siapa saja. Kedua, Pendidikan adalah sarana yang sangat penting untuk membangun, memelihara dan meneruskan nilai-nilai luhur kehidupan. Ketiga, secara khusus dapat dikatakan bahwa pendidikan berbasis nilai luhur keluarga dan otoritas spiritualitas pada tingkat tertentu dapat meneguhkan untuk menghasilkan manusia berakhlak mulia, cerdas dengan kompetensi tinggi.
Istilah kapasitas atau capacity dalam Teori Pengembangan Kepemimpinan harus dipahami dari dua sisi. Pertama, yang dimaksudkan dengan kapasitas adalah “potensi lengkap” dari seseorang pemimpin yang menjelaskan mengenai kelengkapan dirinya yang membuatnya kompeten sebagai seorang pemimpin. Dalam penggunaan kapasitas ini, apabila seseorang pemimpin disebut berkapasitas, berarti ia memiliki “kemampuan pengetahuan andal sebagai dasar bagi kapabilitasnya.” Kedua, istilah kapasitas digunakan untuk menjelaskan tentang “isi atau konten dari otak seseorang” yang berisi pengetahuan.
Istilah kapabilitas dalam tulisan ini adalah kemampuan untuk berbuat, atau keandalan untuk melakukan pekerjaan. Kemampuan berbuat ini menjelaskan tentang “kadar kecakapan” atau “keahlian” yang menyentuh dua sisi, yaitu kecakapan sosial dan kecakapan teknis. Kecakapan sosial menjelaskan tentang kemampuan untuk menyikapi serta mengembangkan hubungan-hubungan personal, sosial maupun professional dalam lingkup kehidupan umum dan kepemimpinan. Kecakapan teknis pada sisi lain, juga dibangun di atas kapasitas pengetahuan tentang faktor-faktor manajerial.
Peluang bagi Marthin Billa menjadi anggota PASKIBRAKA sebagai pelajar teladan adalah afirmasi dari Tuhan Allah bagi kebenaran visi masa depan yang ditanamkan di dalam hati kakek Larung Ajan dan diteruskan kepadanya. Menjadi Pelajar teladan, anggota PASKIBRAKA tahun 1973 adalah victorius moment yang memberikan reinforcement kepemimpinan kepada Marthin Billa. Pengalaman belajar ini bukan saja sebagai suatu penghargaan, tetapi memberikan “victorius experience” (pengalaman keberhasilan). Victorius experience inilah yang meneguhkan Marthin Billa dengan “victorius spirit” yang memberikan keyakinan penuh bahwa tidak ada hal yang tidak bisa diraih yang dibangun di atas visi yang jelas, integritas, ketekunan dan kerja keras dan perjuangan yang gigih. Marthin Billa selama ini yang membangun dalam dirinya karakter seorang entrepreneur. Karakter entrepreneur ini ditandai oleh faktor kemandirian, yang menunjuk kepada adanya nilai entrepreneur yaitu antara lain: Berani berpikir unggul; berani bersikap unggul dengan menangkap peluang; dan berani bertindak dengan kepiawaian merekayasa cara (yang menggunakan strategi dan taktik) unggul.
BAB III  MENEGUHKAN PEMIMPIN VISIONER TRANSFORMATIF FUTURISTIK DENGAN KINERJA UNGGULAN

   Marthin Billa menetapkan sikap (attitude) awal yaitu melakonkan perannya sebagai pemimpin efektif yang dapat memenuhi harapan dan kebutuhan masyarakat (quality role model). Marthin Billa menetapkan untuk mengedepankan komitmennya membangun masyarakat berlandaskan pengorbanan dari semua segi kehidupan. Komitmen dirinya ini ternyata mendorong gairah masyarakat untuk terlibat dalam proses pembangunan sebagai respons atas ketulusan, kesungguhan dan kemauan baik serta tindakannya.
Bagi Marthin Billa, pemekaran Wilayah Kabupaten Bulungan ini adalah momentum bersejarah di mana Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur menetapkan untuk menunjuk dirinya sebagai Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malinau. Melalui peran ini TUHAN akhirnya membuka jalan bagi Marthin Billa, sehingga ia memperoleh kepercayaan masyarakat menjadi Bapati Malinau. Bupati Marthin Billa menetapkan visi Pembangunan Kabupaten Malinau yaitu: “Menjadikan desa-desa di Kabupaten Malinau menjadi Desa Mandiri pada tahun 2010 lewat Program Gerakan Pembangunan Desa Mandiri” yang disingkat: GerBang DeMa-GERBANG DEMA. Melalui Program GERBANG DEMA ini, Merthin Billa berketetapan untuk “memberdayakan masyarakat, meningkatkan kesejahteraan mereka dan memajukan daerahnya, serta menjaga keamanan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Bagi kebanyakan orang , menyelesaikan tugas dari suatu jabatan merupakan beban berat, karena faktor “post power syndrome” (sindroma sesudah berkuasa) dan ekses lain yang mengikutinya. Setelah menyelesaikan kepemimpinannya dengan benar dan baik sebagai Bupati Malinau, Marthin Billa melanjutkan pengembaraan kepemimpinannya dengan mengambil Samarinda sebagi pusat kegiatannya. Dari Samarinda inilah ia membuktikan diri sebagai entrepreneur sejati dengan jiwa kemandirian yang tinggi.
BAB IV MARTHIN BILLA SUATU MODEL PEMIMPIN TRANSFORMATOR FUTURISTIK DENGAN FALSAFAH KEPEMIMPINAN UNGGUL

Unsur Destini Azali ini terfokus kepada pembentukan format diri. Format diri yang dimaksudkan disini, berarti “bentuk kepribadian yang menggambarkan hakikat personalitas dengan kadar sifat, keteguhan, kekuatan dan keanggunan nilai kehidupan yang terbentuk dalam diri serta mempengaruhi karakter atau kepribadian setiap orang secara menyeluruh yang diwarnai dengan nilai-nilai kehidupan.
Aspek Pengalaman Khas Berbekas. Kehidupan Marthin Billa sebagai individu yang dibesarkan di dalam keluarga hamba TUHAN yang melayani di desa-desa sangatlah mempengaruhi hidup dan karirnya. Dari sejak dini, Marthin Billa telah merasakan “pahitnya hidup” sebagai seorang anak pelayan TUHAN yang hidup untuk melayani anggota jemaat, yang kebanyakan adalah orang-orang yang berada di bawah garis kemiskinan pada masa itu. Afirmasi nilai itu ialah bahwa “perjuangan berlandaskan visi dan misiyang jelas diisi dengan komitmen tinggi serta kerja keras dan kerja cerdas, baik belajar maupun bekerja akan menghasilkan hasil nyata dalam kehidupan.”
Sikap positivisasi ini perlu didukung dengan komitmen yang dalam dan kuat untuk menetapkan postur diri. Postur diri akan nampak dalam pencitraan melalui sifat, sikap, pikiran perasaan , perkataan dan perbuatan. Salah satu contoh yang menarik tentang kekuatan entrepreneurial ini ialah tentang kiprahnya membangun Kaltim Aviation Holdings di Samarinda. Kaltim Aviation Holdings dalam kehidupan dan karir Dr. Marthin Billa adalah cerita baru yang sedang menuju ke suatu akhir yang kiranya “finishing well seutuhnya.”  Berdasarkan pengalaman Marthin Billa yang biasa hidup dalam kesederhanaan ini, ia telah membuktikan bahwa dengan belajar, setiap orang dapat menjadi mandiri dan dilengkapi untuk mengisi kehidupan secara berkualitas.

Menurut Marthin Billa, kriteria kepemimpinan visioner itu antara lain:
a.         Pemimpin visioner adalah pribadi yang hidup dan berkembang di dalam keluarga yang berkualitas. Pemimpin yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat memiliki harga diri tinggi dengan gambaran diri yang benar yang menggambarkan adanya mentalitas pemenang pada dirinya, sehingga ia akan terbukti bersikap teguh sebagai pemimpin sejati.
b.        Pemimpin yang visioner memiliki kharisma kepemimpinan dengan benar, baik dan sehat. Kharisma kepemimpinan inilah yang menyiapkan kapasitas khusus yang meneguhkan pemimpin untuk berkiprah dalam kepemimpinannya secara berkualitas dan berhasil.
c.         Pemimpin visioner memiliki integritas teguh. Pemimpin visioner adalah pribadi yang membangun dirinya di atas integritas yang teguh. Integritas diri ini menyebabkan pemimpin memiliki ketahanan wtika-moral yang ditandai dengan komitmen yang teguh dan dalam sehingga ia rela berkorban, bersikap altruis serta siap untuk bekerja keras membangun orang banyak.
d.        Pemimpin yang visioner mampu mengembangkan kehidupan ekonominya sehingga ia menjadi sejahtera. Pemimpin visioner dalam hal ini terbukti mampu mengembangkan kehidupan ekonominya sebegitu rupa sehingga ia siap dan dapat membantu orang lain.
e.         Pemimpin visioner melahirkan pemimpin baru. Pemimpin yang visioner harus melahirkan pemimpin baru untuk meneruskan estafet kepemimpinan.
f.         Pemimpin visioner memiliki jejaring sosial yang luas. Pemimpin visioner haruslah mampu untuk mengembangkan jejaring sosial kemasyarakatan sebagai bagian dari upaya menopang kepemimpinannya.
g.        Pemimpin visioner memiliki kemandirian tinggi. Pemimpin yang visioner sesungguhnya memiliki kemandirian tinggi sebagai ciri entrepreneurial.
BAB V MARTHIN BILLA DENGAN FALSAFAH KEPEMIMPINAN VISIONER TRANSFORMATIF FUTURISTIK UNIK

Pemimpin adalah dia yang melayani bukan dilayani, yang mampu membuktikan diri sebagai orang yang tangguh yang dapat melewati banyak tantangan, kejatuhan serta kegagalan dan bangkit kembali. Baginya, pemimpin adalah tanggung jawab pengabdian yang tiada henti, yang akan terus mengalir bersama perubahan”(Marthin Billa).

Marthin Billa dalam kepemimpinannya telah membuktikan gaya kepemimpinan yang melayani. Penekanan dengan melayani “leading by serving”. Penekanan ini menggambarkan bahwa dalam upaya memimpin yang dilakukannya dapat dikatakan bahwa “untuk memimpin, ia melayani dan sementara melayani, ia memimpin.” Memimpin dengan melayani ini didasarkan atas ajaran Yesus Kristus yang mengajarkan dalam Injil bahwa “Anak manusia juga datang untuk melayani, bukan untuk dilayani” (Markus 10:45).
Kebenaran tentang theistic orientation of leadership behavior yang iterapkan oleh Marthin Billa ini berakar pada ajaran yang diterima dan dipahami dari ayahnya, Pendeta Billa Larung, yang selalu mengajarkan kepada anak-anaknya, “dahulukan TUHAN.” Ajaran Billa Larung ini dibangun di atas kebenaran Injil “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua itu ditambahkan kepadamu” (Matius 6:33). Kebenaran Injil inilah yang dipegang teguh oleh Marthin Billa sebagai motto kehidupan dan kepemimpinannya. Sikap mendahulukan TUHAN ini memberikan kekuatan spiritualitas kepada Marthin Billa yang pada gilirannya mempraktikkan bahwa “Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian” (Amsal 9:10). Sikap ini juga memberikan kekuatan integritas yang ditandai oleh hikmat yang ada pada Marthin Billa, yang meneguhkannya untuk membenarkan kebenaran Sabda Allah, “Sesungguhnya takut akan TUHAN itulah hikmat, dan menjauhi kejahatan itulah akal budi” (Ayub 28:28).

Keluarga Marthin Billa menegaskan prinsip mereka membangun keluarga berdasarkan Injil dengan mengatakan, “Prinsip kami membangun keluarga ini dapat diringkas sebagai berikut: “Iman, krja keras dan keteladanan.” Pertama, Iman berarti mengutamakan TUHAN (Matius 6:33) dan bersandar pada Allah sepanjang kehidupan keluarga kami dari segala aspek kehidupan (Filipi 4:13). Kedua, Bekerja keras untuk menggapai prestasi. Kenyataan hidup sangatlah menuntut bahwa “prestasi hidup dan kerja hanya dapat dicapai secara maksimal apabila kita bekerja keras.” Ketiga, keteladan hidup diwujudkan dengan menjadi contoh, mulai dari rumah ke rumah sampai ke tempat kerja.
Pengabdian Marthin Billa sebagai pemimpin yang terfokus kepada membangun masyarakat ini diwujudkannya dengan “sikap melayani” yang diawalinya dengan menetapkan beberapa hal penting: Pertama, Marthin Billa menegaskan komitmennya bahwa ia adalah “Pelayan Masyarakat” (civil servant) di mana ia ada sebagai pemimpin untuk melayani mereka. Secara pribadi, ia menolak untuk bersikap sebagai bos yang menuntut untuk dilayani masyarakatnya. Ia sangat menyadari kebenaran Prinsip Emas yang menegaskan, “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Matius 7:12).
Pendekatan bottom up-top down yang diterapkan Marthin Billa ini juga didukung oleh sikap kepemimpinan dan subgaya kepemimpinannya yang demokratis, akomodatif, partisipatif, kolaboratif, serta insipiratif yang bertarget kepada sukses dalam seluruh proses kepemimpinannya, yang dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) demokratis. Marthin Billa menekankan prinsip demokratis yang taat hukum dalam kepemimpinannya. Prinsip ini diterapkan dengan memberikan tempat seluas-luasnya kepada para bawahannya bahkan anggota masyarakat untuk mengemukakan pendapat mereka melalui forom resmi atau pendekatan pribadi dilandasi penuntun yang jelas; 2) Akomodatif. Gaya akomodatif adalah pendekatan berbasis sikap terbuka untuk menerima gagasan, nasihat dan pendapat serta aspirasi yang diajukan oleh orang yang dipimpin. Fokus kepemimpinannya adalah kemandirian masyarakat  dalam membangun daerah di semua sector pembangunan; 3) Partisipasif. Pendekatan partisipatif yang diterapkan Marthin Billa dalam kepemimpinannya didasarkan atas kesadaran bahwa pembangunan hanya dapat dilaksanakan dengan benar apabila ada partisipasi aktif dari masyarakat. Hal ini ditegaskan Marthin Billa sendiri yang mengatakan “Pembangunan tanpa partisipasi masyarakat akan menimbulkan ketergantungan” kepada pemerintah dan pihak luar; 4) Kolaboratif. Bupati Marthin Billa sesungguhnya sangat piawai dalam kolaborasi mewujudkan hasratnya membangun daerah. Pendekatan kolaboratif ini dilakukan oleh Marthin Billa berlandaskan kesadaran bahwa adalah “lebih baik melibatkan peran serta banyak pihak dalam membangun Kabupaten Malinau yang dipimpinnya guna mensegerakan proses pembangunan”; 5) Inspiratif. Menjelaskan tentang sikap insipiratif dari Marthin Billa, Pendeta Elly Djuk, M.Div mengatakan, “Saya sangat terkesan dengan kemampuan sahabat saya ini dalam memimpin. Dia pandai membangkitkan semangat orang untuk bekerja dan meningkatkan kreativitas. Marthin Billa pandai mengatur waktu, memanage kegiatan dan mengorganisasikan baik orang, kegiatan dan lainnya”; 6) Target sukses. Marthin Billa adalah pemimpin yang bertujuan yang selalu mencanangkan tujuan kerja dengan target yang jelas. Kesuksesan Marthin Billa dibangun di atas sikapnya yang selalu menargetkan sukses dalam kepemimpinannya; 7) Orientasi kerja. Terlaksananya rencana kerja yang dibangun di atas visi dan misi yang jelas adalah bekerja atau bertindak. Sebuah pernyataan yang diungkapkan secara anonym menegaskan, “Jangan mengharapkan sesuatu terjadi apabila Anda tidak melakukan apa-apa.” Pernyataan David K. Hatch yang menyatakan, “Pekerjaan membawa impian menjadi tindakan. Keberhasilan sejati diraih dengan keringat.” Dalam hubungan ini, dapatlah dikatakan bahwa Marthin Billa sebagai seorang pribadi telah membangun dirinya sebagai manusia pekerja sejak usia dini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar