Tema Khotbah : Panggilan Pelayanan
Tanggal : 01 Februari 2015
Nats : Yesaya 6:1-13
Tujuan : Mengajar jemaat tentang implikasi panggilan
pelayanan untuk mengenal secara benar Tuhan yang memanggil mereka, diri mereka
sebagai pribadi sesuai dengan apa yang dikehendaki Tuhan
By Hengki Wijaya
Langkah pertama dalam
memenuhi panggilan pelayanan seorang hamba Tuhan adalah penyataan diri Tuhan kepadanya
tentang jati diri Tuhan yang memanggilnya. Perjumpaan dengan Tuhan akan
menolong orang itu untuk mengenal Tuhan secara benar dan menjamin bahwa dirinya
akan memenuhi panggilan yang diterimanya. Perjumpaannya dengan Tuhan ditandai
dengan pengakuan terhadap kebesaran, kekudusan dan kemahakuasaan Tuhan. Settelah
mengalaminya, ia tidak akan memaksa diri untuk menerima panggilan Allah, tetapi
dengan rela memenuhi panggilan yang dinyatakan kepadanya dan siap untuk
melaksanakan pelayanan dalam bentuk apa pun yang dipercayakan kepadanya.[1]
Beberapa pengajaran
yang dapat diperoleh dari nats Yesaya 6:1-13 yaitu: Pertama, pengajaran tentang Allah. Keberadaan TUHAN yang seperti
itu menjamin seorang hamba Tuhan untuk melayani dengan setia karena Tuhan yang
memanggilnya adalah Tuhan yang selalu ada, setia dan selalu menyatakan diri
kepada hamba-hamba-Nya. Kedua, pengajaran
tentang hamba Tuhan. Panggilan Allah terhadap seseorang untuk menjadi
hamba-Nya dimulai dengan pengenalannya tentang Allah, pengakuan akan
dosa-dosanya, kesadaran akan anugerah pengampunan dan penebusan segala dosanya,
penerimaan akan panggilan Alla, serta diakhiri dengan kesiapan untuk
melaksanakan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya. Seorang hamba Tuhan yang
jujur akan kesalahan dan kekurangannya, yang menilai dirinya secara benar tanpa
melelmpar kesalahannya kepada orang lain. Ketiga,
pengajaran tentang pelayanan. Pelayanan adalah kepercayaan yang diberikan Allah
kepada seseorang sesuai dengan panggilan yang telah Allah nyatakan kepadanya
(Yes. 6:9-10). Yesaya berbicara bukan untuk menobatkan orang yang mendengar,
melainkan membuat hati mereka menjadi keras, tuli dan buta terhadap hal-hal
rohani. Itu menunjukkan bahwa pelayanan dan penginjilan bukan sekedar kegiatan
menyampaikan kabar baik, melainkan juga menjadi suatu peperangan rohani untuk
mengalahkan dosa yang membutakan mata rohani orang percaya dan yang belum
percaya.[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar