Good News

Kamis, 13 November 2014

Mengandalkan Hikmat Dunia By Hengki Wijaya



Tema Khotbah     :  Mengandalkan Hikmat Dunia
Tanggal                :  07 Juli 2013
Nats                     :  1 Korintus 3:18-23
Tujuan                 :  mengajarkan jemaat tentang perspektif yang mengandalkan hikmat dunia sehingga mereka dapat membedakannya dengan hikmat Allah yang bersandar sepenuhnya dengan Allah supaya mereka melayani Tuhan di dalam gereja dengan hikmat-Nya

Paulus ingin menasehati jemaat Korintus supaya tidak menganggap diri mereka berhikmat dan supaya memiliki perspektif yang benar tentang para pemimpin yang pernah melayani mereka. Alur pemikiran Paulus di pasal 3:18-23 cukup mudah untuk diikuti. Pemunculan ungkapan “janganlah ada orang yang...” di ayat 18 dan 21 secara jelas membagi perikop ini menjadi dua bagian. Ayat 18-20 membahas tentang larangan untuk menipu diri sendiri dengan menganggap diri berhikmat, sedangkan ayat 21-23 berisi larangan untuk memegahkan diri pada manusia.[1]

Pertama, jangan menipu diri sendiri (ay. 18-20). Berdasarkan terjemahan ini kita dapat menyimpulkan bahwa dalam bagian ini Paulus tidak “menyerang” semua jemaat yang sedang bertikai. Dia hanya memfokuskan teguran pada mereka yang mengagungkan hikmat duniawi (ayat 18b-20). Kepada mereka Paulus menegur supaya jangan menipu diri sendiri. Mengapa tindakan mereka disebut menipu diri sendiri? Dengan kata lain mereka sebenarnya tidak berhikmat. Tindakan mereka menyebabkan pekerjaan rohani yang mereka lakukan menjadi sia-sia (1Kor 3:10-15) dan jika semakin memburuk hal itu bisa membinasakan mereka sendiri (1Kor 3:16-17). Jika mereka sudah mengetahui semua ini tetapi tetap merasa diri berhikmat, maka pada dasarnya mereka telah menipu diri sendiri. Kedua, jangan mengandalkan manusia (ay. 21-23). Terjemahan LAI:TB untuk di ayat 21a “janganlah ada orang yang memegahkan dirinya atas manusia” dapat memberi kesan yang berbeda dengan maksud Paulus di sini. Terjemahan ini menyiratkan bahwa jemaat Korintus membanggakan diri mereka. Walaupun mereka benar-benar telah menjadi sombong, namun dalam ayat ini bukan diri mereka yang mereka sombongkan. Mereka sebenarnya sedang membanggakan para pemimpin rohani mereka: (1) dalam kalimat Yunani tidak ada kata “dirinya”; (2) ayat 22a menyinggung tentang para pemimpin rohani; (3) secara hurufiah ayat 21 berarti “janganlah seorang pun (tunggal) membanggakan atas manusia (jamak)”. Perbedaan tunggal dan jamak di ayat ini jelas menunjukkan bahwa yang membanggakan (subjek) dan yang dibanggakan (objek) adalah pribadi yang berbeda.[2]



[1] Yakub Tri Handoko, Ekposisi 1 Korintus (Mimbar GKRI Exodus 15 Juni 2008), 1.
[2]  Handoko, 2-4.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar