Tema Khotbah : Mengandalkan Hikmat
Dunia
Tanggal : 07 Juli 2013
Nats : 1 Korintus 3:18-23
Tujuan : mengajarkan jemaat tentang perspektif yang
mengandalkan hikmat dunia sehingga mereka dapat membedakannya dengan hikmat
Allah yang bersandar sepenuhnya dengan Allah supaya mereka melayani Tuhan di
dalam gereja dengan hikmat-Nya
Paulus
ingin menasehati jemaat Korintus supaya tidak menganggap diri mereka berhikmat
dan supaya memiliki perspektif yang benar tentang para pemimpin yang pernah
melayani mereka. Alur pemikiran Paulus di pasal 3:18-23 cukup mudah untuk
diikuti. Pemunculan ungkapan “janganlah ada orang yang...” di ayat 18 dan 21
secara jelas membagi perikop ini menjadi dua bagian. Ayat 18-20 membahas
tentang larangan untuk menipu diri
sendiri dengan menganggap diri berhikmat, sedangkan ayat 21-23 berisi
larangan untuk memegahkan diri pada
manusia.[1]
Pertama, jangan menipu diri sendiri (ay. 18-20).
Berdasarkan
terjemahan ini kita dapat menyimpulkan bahwa dalam bagian ini Paulus tidak
“menyerang” semua jemaat yang sedang bertikai. Dia hanya memfokuskan
teguran pada mereka yang mengagungkan hikmat duniawi (ayat 18b-20). Kepada mereka
Paulus menegur supaya jangan menipu diri sendiri. Mengapa tindakan mereka
disebut menipu diri sendiri? Dengan kata lain mereka sebenarnya tidak
berhikmat. Tindakan mereka menyebabkan pekerjaan rohani yang mereka lakukan
menjadi sia-sia (1Kor 3:10-15) dan jika semakin memburuk hal itu bisa
membinasakan mereka sendiri (1Kor 3:16-17). Jika mereka sudah mengetahui semua
ini tetapi tetap merasa diri berhikmat, maka pada dasarnya mereka telah menipu
diri sendiri. Kedua, jangan mengandalkan manusia (ay. 21-23).
Terjemahan LAI:TB untuk di ayat 21a “janganlah ada orang yang memegahkan
dirinya atas manusia” dapat memberi kesan yang berbeda dengan maksud Paulus di
sini. Terjemahan ini menyiratkan bahwa jemaat Korintus membanggakan diri
mereka. Walaupun mereka benar-benar telah menjadi sombong, namun dalam ayat
ini bukan diri mereka yang mereka sombongkan. Mereka sebenarnya sedang
membanggakan para pemimpin rohani mereka: (1) dalam kalimat Yunani tidak
ada kata “dirinya”; (2) ayat 22a menyinggung tentang para pemimpin rohani; (3)
secara hurufiah ayat 21 berarti “janganlah seorang pun (tunggal) membanggakan
atas manusia (jamak)”. Perbedaan tunggal dan jamak di ayat ini jelas menunjukkan
bahwa yang membanggakan (subjek) dan yang dibanggakan (objek) adalah pribadi
yang berbeda.[2]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar