Good News

Minggu, 12 Februari 2017

Tips membuat BAB I Latar Belakang oleh Hengki Wijaya

 19:1       Lalu Pilatus mengambil Yesus dan menyuruh orang menyesah Dia.
19:2        Prajurit-prajurit menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya. Mereka memakaikan Dia jubah ungu,
19:3        dan sambil maju ke depan mereka berkata: "Salam, hai raja orang Yahudi!" Lalu mereka menampar muka-Nya.
19:4        Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: "Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
19:5        Lalu Yesus keluar, bermahkota duri dan berjubah ungu. Maka kata Pilatus kepada mereka: "Lihatlah manusia itu!"
19:6        Ketika imam-imam kepala dan penjaga-penjaga itu melihat Dia, berteriaklah mereka: "Salibkan Dia, salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Ambil Dia dan salibkan Dia; sebab aku tidak mendapati kesalahan apapun pada-Nya."
19:7        Jawab orang-orang Yahudi itu kepadanya: "Kami mempunyai hukum dan menurut hukum itu Ia harus mati, sebab Ia menganggap diri-Nya sebagai Anak Allah."
19:8        Ketika Pilatus mendengar perkataan itu bertambah takutlah ia,
19:9        lalu ia masuk pula ke dalam gedung pengadilan dan berkata kepada Yesus: "Dari manakah asal-Mu?" Tetapi Yesus tidak memberi jawab kepadanya.
19:10     Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?"
19:11     Yesus menjawab: "Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya."
19:12     Sejak itu Pilatus berusaha untuk membebaskan Dia, tetapi orang-orang Yahudi berteriak: "Jikalau engkau membebaskan Dia, engkau bukanlah sahabat Kaisar. Setiap orang yang menganggap dirinya sebagai raja, ia melawan Kaisar."
19:13     Ketika Pilatus mendengar perkataan itu, ia menyuruh membawa Yesus ke luar, dan ia duduk di kursi pengadilan, di tempat yang bernama Litostrotos, dalam bahasa Ibrani Gabata.
19:14     Hari itu ialah hari persiapan Paskah, kira-kira jam dua belas. Kata Pilatus kepada orang-orang Yahudi itu: "Inilah rajamu!"
19:15     Maka berteriaklah mereka: "Enyahkan Dia! Enyahkan Dia! Salibkan Dia!" Kata Pilatus kepada mereka: "Haruskah aku menyalibkan rajamu?" Jawab imam-imam kepala: "Kami tidak mempunyai raja selain dari pada Kaisar!"
19:16     Akhirnya Pilatus menyerahkan Yesus kepada mereka untuk disalibkan. (19-16b) Mereka menerima Yesus.
Percakapan  Yesus dan Pontius Pilatus adalah kebenaran yang tidak diketahui oleh banyak orang yang hadir pada saat itu. Orang banyak yang menghendaki Dia mati dan disalibkan melalui pemerintahan Pontius Pilatus. Dalam Injil Yohanes, Yesus mengalami penghinaan dari prajurit yang menyamatkan mahkota duri dan menyebut Dia Raja Yahudi dengan maksud menghina. Namun, memang Dia adalah Raja di atas segala raja karena kekuasaannya nantinya tidak hanya di bumi tetapi juga di Surga. Yesus mengalami penderitaan dalam pemerintahan Pontius Pilatus. Mengapa Yesus berjumpa dengan Pontius Pilatus? Karena Pontius Pilatus adalah wakil kaisar yang memiliki otoritas di wilayah di mana Yesus diadili. Orang-orang yang berteriak “Yesus harus disalibkan” merasa melanggar hukum mereka apabila mereka mengadili  Yesus, padahal mereka sudah memiliki niat untuk membunuh Yesus. Paradoks ingin membunuh, tetapi orang lain yang diharapkan mengambil keputusan tersebut. Dalam hal ini, seorang Pontius Pilatus memiliki peranan penting dalam penggenapan nubuatan Yesaya 53.  
Pontius Pilatus memiliki otoritas untuk membebaskan dan menghukum dalam pengambilan keputusan. Pontius hendak membebaskan Yesus, namun orang-orang Yahudi menghendaki  Yesus Barabas dibebaskan. Meskipun Barabas adalah pemberontak , namun dibebaskan. Pemberontakan merekalah yang ditanggung oleh Yesus melalui penderitaannya. Penderitaan Yesus adalah kehendak Allah. Penderitaan Yesus adalah sebuah proses dimulai pemberitaan oleh Yesus  tentang penderitaannya. Sebelum memasuki penderitaan oleh kehendak Tuhan, Yesus sebagai manusia mengalami pergumulan. Pergumulan itu dimulai dari taman Getsemani. Yesus berdoa kepada Bapa Bila dapat cawan itu lalu dari pada-Nya. Suatu pergumulan yang berpeluh dan sangat berat. Ada suatu tekanan batin yang menyakitkan daripada penderitaan fisik yang mana Dia disesah oleh prajurit. Penderitaan Yesus adalah kemenangan bagi-Nya dan bagi banyak orang. Kemenangan ini membawa kita yang dulunya berdosa kepada kehidupan kekal yaitu keselamatan umat manusia. Allah telah menempatkan Pontius Pilatus pada situasi yang sulit yang mana dia belum pernah mengalami  ketakutan dalam batinnya ketika berjumpa dengan Yesus.
Ketika orang banyak mencari kesalahannya dan tidak ada pikiran lain selain salibkan Dia dan enyahkan Di sebab Dia mengaku Anak Allah. Hal ini menunjukkan bahwa keinginan dosa sudah melingkupi hati orang banyak sehingga mereka sepakat mewujudkan hal tersebut sekalipun harus melanggar hukum Tuhan. Hukum yang ada tidak mendapati kesalahannya sehingga Pontius Pilatus ingin membebaskan Dia dengan berbagai cara yaitu dengan cara menyesah Dia dengan harapan orang banyak berbelas kasihan dan mau memberikan kebebasan. Justru penderitaan yang Yesus alami adalah pembebasan bagi banyak orang. Yesus telah menyerahkan nyawa-Nya bagi banyak orang. “Maka kata Pilatus kepada-Nya: “Tidakkah Engkau mau bicara dengan aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?” Yesus menjawab: “Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku, jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas. Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar dosanya.” Yesus mengetahui bahwa yang menyerahkannya dosanya lebih besar daripada orang yang memberi keputusan dalam hal ini Pontius Pilatus. Allah yang Mahakuasa yang memiliki kuasa untuk menyatakan kehendak-Nya terjadi di muka bumi sebab Dia lebih berkuasa dari segala kuasa yang ada di bumi.


Waspada dengan ajaran guru-guru Hukum Taurat
Berdasarkan 1 Timotius 1:1-11  tentang guru-guru palsu. Paulus menasihatkan kepada Timotius untuk tidak mengajarkan ajaran yang lain atupun sibuk dengan dongeng dan silsilah yang tiada putus-putusnya.  Hal ini terjadi karena guru-guru tersebut tidak mengajarkan tentang hidup tertib keselamatan yang diberikan Allah dalam iman Kristus. Nasihat Paulus bertujuan menimbulkan kasih dari hati yang tulus dan iman yang tulus. Tidak ada kebohongan dari ajaran tersebut. Bukan bualan dan omongan yang sia-sia. Banyak pengajar pada zaman Paulus mengajarkan untuk hidup berdasarkan hukum Taurat kembali pada mereka sudah hidup atas hukum kasih karunia oleh Yesus Kristus.  Guru-guru itu mengajarkan hukum taurat tanpa mengerti apa yang mereka ajarkan. Hukum taurat mengajarkan hal yang baik bila diajarkan dengan tepat.
Bagian ayat-ayat ini dalam nas ini dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
a.         Hamba Kristus (1:1-2)
Paulus menyebut dirinya rasul bukan hanya sebutan yang berhubungan dengan pelayanan melainkan juga sebagai panggilan langsung dari Yesus Kristus. Paulus menasihatkan Timotius untuk mewaspadai ajaran-ajaran guru-guru palsu yang mengajarkan ajaran lain yang tidak ada hubungannya dengan ajaran Yesus Kristus.
b.        Menghindari  guru-guru palsu (1:3-11)
Paulus mengingatkan Timotius dalam suratnya supaya mewasoadai orang-orang yang mengajarkan hukum taurat secara dangkal sehingga dapat menyebabkan orang-orang percaya hidup kembali dalam hukum taurat sementara mereka sudah dibawa untuk hidup dalam hukum kasih karunia. Ketidakmengertian guru-guru yang mengajarkan hukum taurat dapat menyebabkan orang-orang yang sudah menjadi benar di dalam iman berubah menjadi orang berdosa. Dalam gereja saat ini banyak ajaran-ajaran yang membuat jemaat terjebak dalam aturan hukum taurat sementara tidak satu pun yang mampu melakukan hukum taurat dengan sempurna. Lain lagi dengan ajaran-ajaran yang tidak berhubungan dengan firman Tuhan dengan janji-janji manis yang tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan.

















Membuat latar belakang masalah
Merumuskan masalah dengan pendekatan teori yang sudah dipublikasikan di dalam jurnal. Penulis perlu membedakan masalah dan penyebab masalah. Penyebab masalah dapat ditemukan dalam literatur kepustakaan dan jurnal. Misalnya dalam jurnal ada penyebab masalah dan solusinya maka apa yang Anda tawarkan dalam penelitian Anda sebagai kebaruan ilmu. Dalam kecerdasan emosional ditemukan bahwa untuk meningkatkan kecerdasan emosional diperlukan empati maka diperlukan juga konseling dan manajemen konflik supaya dapat mewujudkan tujuan tersebut. Maka penelitian ini menggunakan dua metode penanganan kecerdasan emosional dapat ditingkatkan. Contoh yang lain jurnal 1) Pengaruh motivasi dalam meningkatkan penguasaan pengetahuan; Jurnal 2) Pengaruh motivasi dalam meningkatkan kecakapan interpersonal; 3) Pegaruh motivasi dalam meningkatkan kecakapan intrapersornal.
Intrapersonal adalah hubungan dengan diri sendiri; Interpersonal adalah hubungan dengan pribadi yang lain.
Tips penelitian: Mencari dan membaca jurnal-jurnal  dengan tema tertentu misalnya tentang motivasi. Dari jurnal-jurnal tersebut dapat masalah baru yang belum dipecahkan dan tentunya akan menghasilkan topik/judul yang baru.
Misalnya ada masalah bahwa kesejahteraan memengaruhi motivasi belajar siswa. Setelah  itu kita mendapatkan ide untuk mendapatkan judul baru. Perlu Anda menyatakan latar belakang (4W + 1H). Pentingnya kesejahteraan dengan prestasi mahasiswa. Dalam latar belakang perlu ada fakta, teori (jurnal, penelitian dan riset). Apa alasan Anda untuk meneliti sesuatu yang Anda anggap penting?

Apa masalah dalam memahami keselamatan. Keselamatan adalah anugerah dan bukan oleh perbuatan. Misalnya dalam gereja terdapat kritik yang membangun, tidak taat kepada gembala maka ada stigma bahwa orang yang memberontak diragukan keselamatan. Ada hamba Tuhan menggunakan ayat-ayat Alkitab untuk mengontrol jemaat dan melindungi jabatan atau otoritas dalam gereja. Oleh karena itu perlu memahami otoritas sesuai dengan Alkitab. Ada fakta, ada penyebabnya dan solusi. Dari masalah ini akan timbul dua tema yaitu: Pemahaman otoritas berdasarkan Alkitab. Hubungan otoritas dan keselamatan: Keselamatan meneguhkan otoritas Allah dalam Diri orang Percaya.


Menentukan lokasi penelitian berdasarkan judul. Judul yang lebih luas namun dapat dibatasi dalam bab I dan bab III, namun biasanya judul sudah jelas. Jurnal yang dibutuhkan untuk kebaruan ilmu yang sudah diteliti dan dipublikasikan. Dalam Bab I dibutuhkan 5 jurnal dan 10 kepustakaan untuk memenuhi ketentuan tersebut.  Skripsi membutuhkan 20 jurnal dan tesis membutuhkan 30 jurnal.

Hasil pembahasan tidak hanya merjuk pada data penelitian namun dapat pula merujuk kepada jurnal yang sudah meneliti. Artinya menguji teori yang sudah ada. Apabila tidak sesuai dengan teori yang ada maka perlu dibahas oleh peneliti. Tentunya dengan melihat konteks dan masalah yang lain.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar