BAB
VI
BENTUK-BENTUK
KHOTBAH
Tahap
7: Untuk Berpikir Tentang Ide Homilitik, Tanyakan Kepada Diri Sendiri Bagaimana
Ide itu Harus Dipegang Untuk Menyelesaikan Tujuan Anda
Khotbah-khotbah berkembang dengan
tiga cara utama: secara deduktif, semi-induktif, dan induktif.
Susunan-Susunan
Deduktif
·
Sebuah Ide untuk
Dijelaskan
Kadang-kadang sebuah
ide harus dijelaskan. Sebuah kebenaran yang dipahami dengan benar akan membawa penerapan sendiri. Menawarkan kepada
pendengar suatu keterangan yang jelas mengenai suatu pesan alkitabiah mungkin
merupakan sumbangan terpenting yang dapat dilakukan oleh seorang ekspositor
dalam khotbahnya.
Satu formula
perkembangan khotbah yang harus dihormati sekalipun itu merupakan ungkapan kuno
adalah “Katakan kepada mereka apa yang akan anda katakan kepada mereka; katakan
kepada mereka apa yang sedang anda katakan kepada merka; kemudian katakan
kepada mereka apa yang telah anda katakan kepada mereka”. Ini merupakan nasihat
yang baik sebab tujuan yang ada memang memerlukan penjelasan suatu konsep.
Dalam pendahuluan suatu khotbah, kita menyatakan ide secara lengkap, di dalam
bagian isi kita mengambil sebagian ide dan menganalisisnya, dan dalam bagian
penutup kita mengulangi ide itu sekali lagi.
·
Sebuah Proposisi untuk
Dibuktikan
Bagaimanapun, dalam
khotbah yang mengambil bentuk-bentuk lain terkadang sebuah ide tidak meminta
penjelasan namun meminta pembuktian. Jika demikian keadaannya, ide akan muncul
di bagian pendahuluan, namun bila itu merupakan sebuah proposisi, pengkhotbah
akan mempertahankannya. Pertanyaan pengembang yang dihasilkan dari model khotbah
ini meminta pengesahan: Benarkah itu? Mengapa saya harus mempercayainya? Karena
posisi pengkhotbah di sini mirip dengan seorang pendebat, maka point-point yang
ada menjadi alasan-alasan atau bukti-bukti bagi ide-idenya.
Susunan-Susunan
Semi-Induktif
·
Sebuah Subjek untuk
Dilengkapi
Bentuk
semi-induktif pertama menyajikan hanya subjek di dalam pengantar, bukan
keseluruhan ide, dan poin-poin utama melengkapi subjek tersebut. Dan tanpa diragukan
lagi ternyata bentuk subjek lengkap dari perkembangan ini merupakan salah satu
yang paling lazim, dan banyak pengkhotbah tertarik dan tidak pernah
berubah-ubah dari pola yang usang namun benar. Di tangan seorang pengkhotbah
yang terampil, suatu pola khotbah yang disusun dengan cara ini dapat
menghadirkan khotbah yang mengandung ketegangan dan klimaks yang kuat.
·
Induksi-Deduksi
Induksi
dan deduksi dapat digabungkan dalam khotbah. Ide dinyatakan kira-kira di tengah
khotbah. Pengantar dan poin pertama atau kedua akan mengarah pada ide, kemudian
sisa khotbah berlanjut secara deduktif untuk menjelaskan, membuktikan, atau
mengaplikasikan ide.
Satu
cara spesifik mengembangkan khotbah induktif-deduktif adalah dengan
mengembangkan suatu masalah. Di dalam pengantar dan poin pertama anda mengenali
suatu masalah etika atau pribadi, mengembangkan akar-akarnya, dan mungkin
membahas solusi-solusi yang tidak tepat. Pada poin kedua anda mengajukan sebuah
prinsip alkitabiah atau mendekati masalah, dan sepanjang sisa khotbah, anda
menjelaskan, mempertahankan, atau mengaplikasikannya.
Susunan-Susunan
Induktif
Khotbah-khotbah dapat juga
dikembangkan secara induktif. Khotbah-khotbah induktif bergerak menuju
pertanyaan lengkap ide anda pada akhir khotbah. Oleh sebab itu, dalam pengantar
khotbah anda tidak menyatakan ide lengkap khotbah. Anda akan mengaitkan
pengantar anda hanya dengan poin pertama khotbah. Mengikuti poin tersebut, anda
harus mengajukan pertanyaan lain, secara langsung atau tidak langsung supaya
dipertimbangkan oleh pendengar. Selanjutnya, poin kedua anda muncul dari poin
pertama. Apabila poin kedua dikembangkan, anda masih harus mengajukan
pertanyaan lain yang muncul dari poin tersebut, yang dijawab dalam poin
selanjutnya. Hanya apabila semua poin telah dikembangkan anda dapat menyatakan
ide khotbah anda.
Khotbah menjadi show-and-tell
(menunjukkan-dan-bercerita). Dalam khotbah induktif, para pendengar dapat
memetik pengalaman belajar kebenaran bagi mereka sendiri. Khotbah induktif
dapat menghasilkan suatu makna penemuan yang kuat.
·
Sebuah Cerita yang
Dikisahkan
Khotbah-khotbah
induktif memiliki daya tarik khusus terhadap pemeluk suatu budaya yang dikuasai
oleh televisi dan film layar lebar. Kita telah menjadi suatu budaya kisah.
Apakah kisah itu berupa sebuah drama misteri, sebuah komedi, atau bahkan sebuah
pertandingan olahraga, ada suatu unsur induksi besar. Drama tidak selesai
sebelum akhir babak penghabisan, dan humor berakhir dengan puncak kelucuan, dan
peristiwa olahraga berakhir dengan nilai akhir. Khotbah-khotbah induktif cocok
dengan cara berpikir seperti itu – sebuah cerita yang dikisahkan. Anda
berhubungan dengan seorang pendengar modern apabila anda menuturkan sebuah
kisah alkitabiah dengan wawasan dan imajinasi.
Tahap 8: Setelah
Memutuskan Bagaiman Ide Harus Dikembangkan Guna Menyempurnakan Tujuan Anda,
Selanjutnya Buatlah Keranga Khotbah
Setelah
memperoleh sebuah konsep dari data-data Alkitab dan kebutuhan pendengar, kini
pengkhotbah harus menciptakan sebuah perencanaan, yang merupakan keranga
khotbahnya. Meskipun isi yang ada mungkin tanpa bentuk, struktur sudah
menyediakan semacam urutan, keutuhan, dan perkembangan. Tentu saja tidak ada
khotbah yang pernah gagal gara-gara memiliki sebuah kerangka yang kokoh.
Biasanya,
kerangka-kerangka terdiri atas pendahuluan, isi dan kesimpulan:
·
Pengantar (yang akan
didiskusikan lebih mendetail) menyampaikan subjek, ide, atau poin pertama suatu
khotbah.
·
Bagian isi menguraikan
ide tersebut.
·
Sedangkan kesimpulan
(juga akan dipaparkan nanti) membawa ide pada sebuah fokus dan mengakhiri
khotbah.
Tidak
semua poin dalam satu khotbah memiliki tingkat kepentingan yang sama. Beberapa
di antaranya lebih penting daripada yang lain. Yang paling fundamental
dijadikan poin-poin utama dan merupakan kerangka kerja dasar tempat khotbah
dibangun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar