Good News

Rabu, 17 Februari 2016

Ringkasan Cara Khotbah yang Baik Haddon W. Robinson (Bab VI) oleh Wahyudy S.

BAB VI
BENTUK-BENTUK KHOTBAH

Tahap 7: Untuk Berpikir Tentang Ide Homilitik, Tanyakan Kepada Diri Sendiri Bagaimana Ide itu Harus Dipegang Untuk Menyelesaikan Tujuan Anda
Khotbah-khotbah berkembang dengan tiga cara utama: secara deduktif, semi-induktif, dan induktif.
Susunan-Susunan Deduktif
·         Sebuah Ide untuk Dijelaskan
Kadang-kadang sebuah ide harus dijelaskan. Sebuah kebenaran yang dipahami dengan benar akan  membawa penerapan sendiri. Menawarkan kepada pendengar suatu keterangan yang jelas mengenai suatu pesan alkitabiah mungkin merupakan sumbangan terpenting yang dapat dilakukan oleh seorang ekspositor dalam khotbahnya.
Satu formula perkembangan khotbah yang harus dihormati sekalipun itu merupakan ungkapan kuno adalah “Katakan kepada mereka apa yang akan anda katakan kepada mereka; katakan kepada mereka apa yang sedang anda katakan kepada merka; kemudian katakan kepada mereka apa yang telah anda katakan kepada mereka”. Ini merupakan nasihat yang baik sebab tujuan yang ada memang memerlukan penjelasan suatu konsep. Dalam pendahuluan suatu khotbah, kita menyatakan ide secara lengkap, di dalam bagian isi kita mengambil sebagian ide dan menganalisisnya, dan dalam bagian penutup kita mengulangi ide itu sekali lagi.


 ·         Sebuah Proposisi untuk Dibuktikan
Bagaimanapun, dalam khotbah yang mengambil bentuk-bentuk lain terkadang sebuah ide tidak meminta penjelasan namun meminta pembuktian. Jika demikian keadaannya, ide akan muncul di bagian pendahuluan, namun bila itu merupakan sebuah proposisi, pengkhotbah akan mempertahankannya. Pertanyaan pengembang yang dihasilkan dari model khotbah ini meminta pengesahan: Benarkah itu? Mengapa saya harus mempercayainya? Karena posisi pengkhotbah di sini mirip dengan seorang pendebat, maka point-point yang ada menjadi alasan-alasan atau bukti-bukti bagi ide-idenya.

Susunan-Susunan Semi-Induktif
·         Sebuah Subjek untuk Dilengkapi
Bentuk semi-induktif pertama menyajikan hanya subjek di dalam pengantar, bukan keseluruhan ide, dan poin-poin utama melengkapi subjek tersebut. Dan tanpa diragukan lagi ternyata bentuk subjek lengkap dari perkembangan ini merupakan salah satu yang paling lazim, dan banyak pengkhotbah tertarik dan tidak pernah berubah-ubah dari pola yang usang namun benar. Di tangan seorang pengkhotbah yang terampil, suatu pola khotbah yang disusun dengan cara ini dapat menghadirkan khotbah yang mengandung ketegangan dan klimaks yang kuat.
·         Induksi-Deduksi
Induksi dan deduksi dapat digabungkan dalam khotbah. Ide dinyatakan kira-kira di tengah khotbah. Pengantar dan poin pertama atau kedua akan mengarah pada ide, kemudian sisa khotbah berlanjut secara deduktif untuk menjelaskan, membuktikan, atau mengaplikasikan ide.
Satu cara spesifik mengembangkan khotbah induktif-deduktif adalah dengan mengembangkan suatu masalah. Di dalam pengantar dan poin pertama anda mengenali suatu masalah etika atau pribadi, mengembangkan akar-akarnya, dan mungkin membahas solusi-solusi yang tidak tepat. Pada poin kedua anda mengajukan sebuah prinsip alkitabiah atau mendekati masalah, dan sepanjang sisa khotbah, anda menjelaskan, mempertahankan, atau mengaplikasikannya.

Susunan-Susunan Induktif
Khotbah-khotbah dapat juga dikembangkan secara induktif. Khotbah-khotbah induktif bergerak menuju pertanyaan lengkap ide anda pada akhir khotbah. Oleh sebab itu, dalam pengantar khotbah anda tidak menyatakan ide lengkap khotbah. Anda akan mengaitkan pengantar anda hanya dengan poin pertama khotbah. Mengikuti poin tersebut, anda harus mengajukan pertanyaan lain, secara langsung atau tidak langsung supaya dipertimbangkan oleh pendengar. Selanjutnya, poin kedua anda muncul dari poin pertama. Apabila poin kedua dikembangkan, anda masih harus mengajukan pertanyaan lain yang muncul dari poin tersebut, yang dijawab dalam poin selanjutnya. Hanya apabila semua poin telah dikembangkan anda dapat menyatakan ide khotbah anda.
Khotbah menjadi show-and-tell (menunjukkan-dan-bercerita). Dalam khotbah induktif, para pendengar dapat memetik pengalaman belajar kebenaran bagi mereka sendiri. Khotbah induktif dapat menghasilkan suatu makna penemuan yang kuat.
·         Sebuah Cerita yang Dikisahkan
Khotbah-khotbah induktif memiliki daya tarik khusus terhadap pemeluk suatu budaya yang dikuasai oleh televisi dan film layar lebar. Kita telah menjadi suatu budaya kisah. Apakah kisah itu berupa sebuah drama misteri, sebuah komedi, atau bahkan sebuah pertandingan olahraga, ada suatu unsur induksi besar. Drama tidak selesai sebelum akhir babak penghabisan, dan humor berakhir dengan puncak kelucuan, dan peristiwa olahraga berakhir dengan nilai akhir. Khotbah-khotbah induktif cocok dengan cara berpikir seperti itu – sebuah cerita yang dikisahkan. Anda berhubungan dengan seorang pendengar modern apabila anda menuturkan sebuah kisah alkitabiah dengan wawasan dan imajinasi.

Tahap 8: Setelah Memutuskan Bagaiman Ide Harus Dikembangkan Guna Menyempurnakan Tujuan Anda, Selanjutnya Buatlah Keranga Khotbah
Setelah memperoleh sebuah konsep dari data-data Alkitab dan kebutuhan pendengar, kini pengkhotbah harus menciptakan sebuah perencanaan, yang merupakan keranga khotbahnya. Meskipun isi yang ada mungkin tanpa bentuk, struktur sudah menyediakan semacam urutan, keutuhan, dan perkembangan. Tentu saja tidak ada khotbah yang pernah gagal gara-gara memiliki sebuah kerangka yang kokoh.
Biasanya, kerangka-kerangka terdiri atas pendahuluan, isi dan kesimpulan:
·         Pengantar (yang akan didiskusikan lebih mendetail) menyampaikan subjek, ide, atau poin pertama suatu khotbah.
·         Bagian isi menguraikan ide tersebut.
·         Sedangkan kesimpulan (juga akan dipaparkan nanti) membawa ide pada sebuah fokus dan mengakhiri khotbah.

Tidak semua poin dalam satu khotbah memiliki tingkat kepentingan yang sama. Beberapa di antaranya lebih penting daripada yang lain. Yang paling fundamental dijadikan poin-poin utama dan merupakan kerangka kerja dasar tempat khotbah dibangun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar