Good News

Rabu, 17 Februari 2016

Kisah R.A. Jaffray dan D.L. Moody: Dua tokoh Misioner yang Visioner

Pada suatu kali Rev. Jaffray dimaki-maki oleh salah seorang editor selama berjam-berjam. Namun, ia diam saja. Bahkan, ketika ia melihat orang itu terlalu lama memaki-maki, sambil tersenyum ia menyajikan secangkir teh kepadanya, lalu berkata, “Saudara sudah terlalu lelah. Minumlah teh ini agar dapat menyejukkan mulut dan lidah Saudara.” Tindakannya ini seolah-olah menaruh bara api di atas kepala orang itu. Menurut penilaian saya bahwa Rev. Jaffray seorang yang lemah lembut, sabar, memiliki daya kerja yang luar biasa, kepekaan rohani, berhikmat, bertalenta kepemimpinan, serta memiliki pengaruh yang besar. Beliau dapat memahami orang lain walaupun orang lain itu sementara memarahinya. Kasih R.A. Jaffray adalah murni, tidak berprasangka, tidak bermaksud jahat, tidak ada diskriminasi. Beliau memiliki kasih tanpa syarat, mengasihi orang yang pernah memusuhinya.

Rev. R.A. Jaffray adalah orang yang beriman teguh kepada Tuhan. Ia sungguh beriman kepada kesembuhan ilahi, dan bila beliau sakit maka dia beriman untuk tidak makan obat. Rev. R.A. Jaffray  adalah seorang yang memiliki ketaatan kepada setiap panggilan Tuhan dan suka bergumul dengan Tuhan. Berdoa dan bermeditasi yang teratur jam 3 dini hari. Hati R.A. Jaffray tidak goyah demi tujuan yang dikehendaki oleh Tuhan melalui desakan Roh Kudus-Nya.
Visi itu seperti penglihatan yang yang dijumpai oleh Musa ketika berada di Gunung Horeb. Pada saat itu Allah berfirman kepada Musa, “…Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya Aku mengetahui penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya…” (Keluaran 3:7-8). Menurut pendapat saya, Rev. R.A. Jaffray  adalah seorang visioner futuristik yang memiliki pandangan yang lebih jauh dan memiliki karunia kenabian yang sesudah mendengar suara-Nya, ia langsung menaati dan meletakkan segala hal yang lain. Bahkan, hal-hal yang paling disukainya pun dilupakannya. Hubungan beliau dengan rekan sekerja Allah terjalin harmonis. Rev. R.A. Jaffray melakukan visi Tuhan tidak berdasarkan dengan keuangan lembaga misinya, tetapi kehendak Tuhan yang didengarnya melalui Roh Kudus yang mendesak hatinya.  Rev. R.A. Jaffray lebih taat kepada suara Tuhan, walaupun rekan sekerjanya tidak setuju dengan pandangannya. Kehendak Tuhan yang menghasilkan buah pelayanan.
Motivasi pelayanan beliau adalah terbeban dengan pelayanan dengan semangat yang tinggi dan tidak menganggap remeh sebuah pelayanan yang kecil. Dia berkata “ Daripada saya duduk di dalam kantor dan memerintah, lebih baik saya ada di ujung tombak untk menyelamatkan banyak jiwa.” Bagi seorang Jaffray di dunia ini tidak ada sesuatu yang lebih berharga daripada menyelamatkan jiwa dan tidak ada pekerjaan yang lebih mulia daripada memberitakan Injil. Semua penderitaan yang dialaminya itu adalah kehendak Tuhan yang indah. Karena Tuhan sangat mengasihi beliau dan Ia mengizinkan beliau mengalami banyak penderitaan dalam pelayanannya.
Pelayanan yang kontekstual diterapkan dengan belajar bahasa dan budaya setempat.  Tiga Prinsip Pelayanan beliau adalah ketaatan, kerja sama dan kerajinan. Rencana Penginjilan adalah perkenalan, penginjilan, pengorganisasian dan pembinaan. Rahasia kemenangan Jaffray adalah berdoa dan bersandar kepada Tuhan, orang yang cerdas dan cermat, dan orang berkarakter (sabar, teguh, ulet, tekun, tidak takut menghadapi kesulitan).  Ini membuatnya menjadi seorang pemenang. Rahasia doa Jaffray adalah “doa yang tanpa suara dan tanpa bicara” artinya penyerahan sepenuhnya kepada Tuhan dan untuk mendengar suaraNya. Dalam doa kita mendapatkan kekuatan dan hikmat baru.
            “Sepanjang hidup sandarlah Hu, jangan takut, Ia tak salah. Banyak hal kau tak tahu sekarang, tetapkan hati kelak kau akan terang.” Menurut saya, sandaran kita yang terutama adalah Tuhan Yesus saja. Karena Dia tidak pernah gagal, jadi teguhkan hatimu.
Dwight L. Moody adalah seorang tokoh yang penuh dengan kuasa dan mempertahankan kebenaran yang besar. “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik”.  D.L. Moody adalah seorang yang sederhana, tulus, tidak mementingkan diri sendiri, setia dalam imannya kepada Kristus dan mempunyai satu karunia istimewa, yaitu menyajikan Kabar Baik yang mulia itu dengan cara yang dapat dimengerti oleh semua orang. Kehidupan dan pelayanan Moody terus mengundang orang berdosa untuk dating kepada Kristus. Ia melihat setiap orang, betapun jauhnya dari Allah, sebagai calon anak Raja, dan sebagai satu kesempatan dari kekekalan. Inilah kekuatan yang mendorong Moody untuk menjadi salah seorang penginjil terbesar di dunia. “Saya tidak percaya ada berita yang lebih baik untuk telinga manusia yang fana, selain daripada berita Injil”. Walaupun ia orang sederhana dan mempunyai pendidikan formal yang rendah, kerinduannya akan keselamatan  orang-orang yang terhilang bagaikan nyala api yang terang seperti kasihnya yang tulus kepada Allah dan sesamanya. ”Yang paling menyenangkan dalam hidup ini adalah memenangkan jiwa bagi Kristus”.[1]
Ada seorang yang bernama Kimball yang secara khusus membentangkan kasih Kristus kepadanya dan pengorbanan Kristus untuk keselamatannya. Moody tiba-tiba siap untuk menerima Kristus dan seperti yang sering terjadi, ia melihat Kristus menempatkan segala sesuatu dalam perspektif  baru. D.L. Moody berkata[2]:
“Pagi ketika bertobat, saya pergi ke luar rumah dan merasa jatuh cinta kepada apa saja. Saya tidak pernah mengasihi matahari yang menyinari bumi seperti itu sebelumnya. Ketika mendengar burung-burung berkicau dengan indahnya, saya merasa jatuh cinta kepada burung-burung itu. Segala sesuatunya menjadi berbeda.”

Pada tahun 1864 didirikan Illinois Street Church untuk Sekolah Minggu dan kebaktian. Gereja itu menampung 1.500 orang. Moody berkhotbah tiap Minggu pagi dan mengajar 1.000 murid pada Minggu sore. Sesuai dengan sifatnya yang rendah hati, Moody hanya menjadi salah seorang diaken di gereja itu. Ia menghindari semua gelar, bahkan “pendeta”, dan hanya mau dipanggil “Bapak Moody tua”. Dalam beberapa bulan, karena kesetiaannya,pekerjaaan yang tekun itu diberkati Tuhan. Kelas-kelas Sekolah Minggu itu dihadiri oleh 1.500 orang, dan hamba Allah yang masih muda, tidak dikenal, tidak terpelajar dan tidak pandai bicara ini mulai diakui di kota yang sedang berkembang itu. Akhirnya, Presiden Abraham Lincoln dan Presiden Grant pernah mengunjungi Sekolah-sekolah Minggunya di Chicago.[3]
Dari abad ke abad, banyak hamba Allah yang besar bergumul dengan keseimbangan kehidupan rumah tangga mereka. Seringkali hamba Tuhan menghadapi anak-anak mereka yang memberontak atau suka berfoya-foya. Namun, kehidupan Moody berkenaan dengan hal ini sama kokohnya seperti pekerjaan penginjilannya yang spektakuler. Fitt menulis: “Tidak ada kehidupan pribadi seseorang bila diperhatikan secara seksama lebih baik daripada D.L. Moody, apakah Anda melihatnya dari perannya sebagai orangtua, tetangga, atau teman. Dalam segala sesuatu ia adalah orang Kristen sejati, laki-laki sejati.” [4] D.l. Moody tidak hanya sukses dalam melakukan kehendak Allah baginya, tetapi sukses dalam hubungan keluarganya.
“Tanpa jiwa, ketaatan terhadap ritualisme yang memberi hidup dan diilhami Allah pun sama tidak berharganya seperti mayat yang digerakkan”. Kutipan Moody ini didasarkan pada: “Apa jadinya jiwa kita tanpa kasih karunia-Nya? Atau bagaimana jadinya gereja tanpa Dia”. Kita membutuhkan kuasa Roh Kudus dalam pelayanan karena semangat tanpa pengetahuan dengan kuasa Roh Kudus lebih baik daripada pengetahuan Alkitab tanpa semangat. [5] Roh Kudus memenuhi kita untuk memberitakan Kabar Baik kepada semua orang yaitu jiwa-jiwa yang terhilang.  Rahasia yang menunjukkan bahwa Allah memakai D.L. Moody adalah bahwa ia adalah seorang pria yang sepenuhnya berserah kepada Tuhan.




        [1]  D.L . Moody. Secret of Power  (Yogyakarta: Penerbit ANDI, 2010), vii-viii.
[2]  D.L . Moody. Secret of Power, 5.
[3]  D.L . Moody. Secret of Power,  11.
[4]  Moody, 19-20; A.P. Fitt. The Life of D.L. Moody.
[5] Moody, 49.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar