Pada
suatu kali Rev. Jaffray dimaki-maki oleh salah seorang editor selama
berjam-berjam. Namun, ia diam saja. Bahkan, ketika ia melihat orang itu terlalu
lama memaki-maki, sambil tersenyum ia menyajikan secangkir teh kepadanya, lalu
berkata, “Saudara sudah terlalu lelah. Minumlah teh ini agar dapat menyejukkan
mulut dan lidah Saudara.” Tindakannya ini seolah-olah menaruh bara api di atas kepala orang itu. Menurut penilaian saya
bahwa Rev. Jaffray seorang yang lemah lembut, sabar, memiliki daya kerja yang
luar biasa, kepekaan rohani, berhikmat, bertalenta kepemimpinan, serta memiliki
pengaruh yang besar. Beliau dapat memahami orang lain walaupun orang lain itu
sementara memarahinya. Kasih R.A. Jaffray adalah murni, tidak berprasangka,
tidak bermaksud jahat, tidak ada diskriminasi. Beliau memiliki kasih tanpa
syarat, mengasihi orang yang pernah memusuhinya.
Rev.
R.A. Jaffray adalah orang yang beriman teguh kepada Tuhan. Ia sungguh beriman
kepada kesembuhan ilahi, dan bila beliau sakit maka dia beriman untuk tidak
makan obat. Rev. R.A. Jaffray adalah
seorang yang memiliki ketaatan kepada setiap panggilan Tuhan dan suka bergumul
dengan Tuhan. Berdoa dan bermeditasi yang teratur jam 3 dini hari. Hati R.A.
Jaffray tidak goyah demi tujuan yang dikehendaki oleh Tuhan melalui desakan Roh
Kudus-Nya.
Visi
itu seperti penglihatan yang yang dijumpai oleh Musa ketika berada di Gunung
Horeb. Pada saat itu Allah berfirman kepada Musa, “…Aku telah memperhatikan
dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar
seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya Aku mengetahui
penderitaan mereka. Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka keluar
dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang
berlimpah-limpah susu dan madunya…” (Keluaran 3:7-8). Menurut pendapat saya, Rev.
R.A. Jaffray adalah seorang visioner futuristik
yang memiliki pandangan yang lebih jauh dan memiliki karunia kenabian yang
sesudah mendengar suara-Nya, ia langsung menaati dan meletakkan segala hal yang
lain. Bahkan, hal-hal yang paling disukainya pun dilupakannya. Hubungan beliau
dengan rekan sekerja Allah terjalin harmonis. Rev. R.A. Jaffray melakukan visi
Tuhan tidak berdasarkan dengan keuangan lembaga misinya, tetapi kehendak Tuhan
yang didengarnya melalui Roh Kudus yang mendesak hatinya. Rev. R.A. Jaffray lebih taat kepada suara
Tuhan, walaupun rekan sekerjanya tidak setuju dengan pandangannya. Kehendak
Tuhan yang menghasilkan buah pelayanan.
Motivasi
pelayanan beliau adalah terbeban dengan pelayanan dengan semangat yang tinggi
dan tidak menganggap remeh sebuah pelayanan yang kecil. Dia berkata “ Daripada saya duduk di dalam kantor dan
memerintah, lebih baik saya ada di ujung tombak untk menyelamatkan banyak jiwa.”
Bagi seorang Jaffray di dunia ini tidak ada sesuatu yang lebih berharga
daripada menyelamatkan jiwa dan tidak ada pekerjaan yang lebih mulia daripada
memberitakan Injil. Semua penderitaan yang dialaminya itu adalah kehendak Tuhan
yang indah. Karena Tuhan sangat mengasihi beliau dan Ia mengizinkan beliau
mengalami banyak penderitaan dalam pelayanannya.
Pelayanan
yang kontekstual diterapkan dengan belajar bahasa dan budaya setempat. Tiga Prinsip Pelayanan beliau adalah ketaatan,
kerja sama dan kerajinan. Rencana Penginjilan adalah perkenalan, penginjilan,
pengorganisasian dan pembinaan. Rahasia kemenangan Jaffray adalah berdoa dan
bersandar kepada Tuhan, orang yang cerdas dan cermat, dan orang berkarakter
(sabar, teguh, ulet, tekun, tidak takut menghadapi kesulitan). Ini membuatnya menjadi seorang pemenang. Rahasia
doa Jaffray adalah “doa yang tanpa suara
dan tanpa bicara” artinya penyerahan sepenuhnya kepada Tuhan dan untuk
mendengar suaraNya. Dalam doa kita mendapatkan kekuatan dan hikmat baru.
“Sepanjang
hidup sandarlah Hu, jangan takut, Ia tak salah. Banyak hal kau tak tahu
sekarang, tetapkan hati kelak kau akan terang.” Menurut saya, sandaran kita
yang terutama adalah Tuhan Yesus saja. Karena Dia tidak pernah gagal, jadi
teguhkan hatimu.
Dwight L.
Moody adalah seorang tokoh yang penuh dengan kuasa dan mempertahankan kebenaran
yang besar. “Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah mengurapi aku;
Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik”. D.L. Moody adalah seorang yang sederhana,
tulus, tidak mementingkan diri sendiri, setia dalam imannya kepada Kristus dan
mempunyai satu karunia istimewa, yaitu menyajikan Kabar Baik yang mulia itu
dengan cara yang dapat dimengerti oleh semua orang. Kehidupan dan pelayanan
Moody terus mengundang orang berdosa untuk dating kepada Kristus. Ia melihat
setiap orang, betapun jauhnya dari Allah, sebagai calon anak Raja, dan sebagai
satu kesempatan dari kekekalan. Inilah kekuatan yang mendorong Moody untuk
menjadi salah seorang penginjil terbesar di dunia. “Saya tidak percaya ada
berita yang lebih baik untuk telinga manusia yang fana, selain daripada berita
Injil”. Walaupun ia orang sederhana dan mempunyai pendidikan formal yang
rendah, kerinduannya akan keselamatan
orang-orang yang terhilang bagaikan nyala api yang terang seperti
kasihnya yang tulus kepada Allah dan sesamanya. ”Yang paling menyenangkan dalam
hidup ini adalah memenangkan jiwa bagi Kristus”.[1]
Ada seorang
yang bernama Kimball yang secara khusus membentangkan kasih Kristus kepadanya
dan pengorbanan Kristus untuk keselamatannya. Moody tiba-tiba siap untuk
menerima Kristus dan seperti yang sering terjadi, ia melihat Kristus
menempatkan segala sesuatu dalam perspektif
baru. D.L. Moody berkata[2]:
“Pagi ketika
bertobat, saya pergi ke luar rumah dan merasa jatuh cinta kepada apa saja. Saya
tidak pernah mengasihi matahari yang menyinari bumi seperti itu sebelumnya.
Ketika mendengar burung-burung berkicau dengan indahnya, saya merasa jatuh
cinta kepada burung-burung itu. Segala sesuatunya menjadi berbeda.”
Pada tahun
1864 didirikan Illinois Street Church untuk Sekolah Minggu dan kebaktian.
Gereja itu menampung 1.500 orang. Moody berkhotbah tiap Minggu pagi dan
mengajar 1.000 murid pada Minggu sore. Sesuai dengan sifatnya yang rendah hati,
Moody hanya menjadi salah seorang diaken di gereja itu. Ia menghindari semua
gelar, bahkan “pendeta”, dan hanya mau dipanggil “Bapak Moody tua”. Dalam
beberapa bulan, karena kesetiaannya,pekerjaaan yang tekun itu diberkati Tuhan.
Kelas-kelas Sekolah Minggu itu dihadiri oleh 1.500 orang, dan hamba Allah yang
masih muda, tidak dikenal, tidak terpelajar dan tidak pandai bicara ini mulai
diakui di kota yang sedang berkembang itu. Akhirnya, Presiden Abraham Lincoln
dan Presiden Grant pernah mengunjungi Sekolah-sekolah Minggunya di Chicago.[3]
Dari abad ke abad, banyak hamba
Allah yang besar bergumul dengan keseimbangan kehidupan rumah tangga mereka.
Seringkali hamba Tuhan menghadapi anak-anak mereka yang memberontak atau suka
berfoya-foya. Namun, kehidupan Moody berkenaan dengan hal ini sama kokohnya
seperti pekerjaan penginjilannya yang spektakuler. Fitt menulis: “Tidak ada
kehidupan pribadi seseorang bila diperhatikan secara seksama lebih baik
daripada D.L. Moody, apakah Anda melihatnya dari perannya sebagai orangtua,
tetangga, atau teman. Dalam segala sesuatu ia adalah orang Kristen sejati,
laki-laki sejati.” [4] D.l.
Moody tidak hanya sukses dalam melakukan kehendak Allah baginya, tetapi sukses
dalam hubungan keluarganya.
“Tanpa jiwa, ketaatan terhadap
ritualisme yang memberi hidup dan diilhami Allah pun sama tidak berharganya
seperti mayat yang digerakkan”. Kutipan Moody ini didasarkan pada: “Apa jadinya
jiwa kita tanpa kasih karunia-Nya? Atau bagaimana jadinya gereja tanpa Dia”.
Kita membutuhkan kuasa Roh Kudus dalam pelayanan karena semangat tanpa
pengetahuan dengan kuasa Roh Kudus lebih baik daripada pengetahuan Alkitab
tanpa semangat. [5]
Roh Kudus memenuhi kita untuk memberitakan Kabar Baik kepada semua orang yaitu
jiwa-jiwa yang terhilang. Rahasia yang menunjukkan bahwa Allah
memakai D.L. Moody adalah bahwa ia adalah seorang
pria yang sepenuhnya berserah kepada Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar