Good News

Rabu, 17 Februari 2016

Ringkasan Cara Khotbah yang Baik Haddon W. Robinson (Bab I) oleh Wahyudy S.

BAB I
KEDUDUKAN KHOTBAH EKSPOSITORI

Definisi Khotbah Ekspositori
Khotbah adalah sebuah proses yang hidup yang melibatkan Tuhan, pengkhotbah, dan jemaat, serta tidak ada suatu definisi yang mampu menangkap proses yang dinamis ini. Bagaimanapun, demi kejelasan kita harus berusaha merumuskan sebuah definisi kerja.
Khotbah ekspositori merupakan komunikasi atas suatu konsep alkitabiah yang diperoleh dan disampaikan melalui suatu studi historis, gramatikal, dan kesusastraan atau suatu nukilan Alkitab sesuai dengan  konteksnya, yang pertama-tama diterapkan oleh Roh Kudus kepada pribadi dan pengalaman pengkhotbahnya, baru kepada para pendengarnya.


Nukilan Alkitab Menentukan Isi Khotbah
Gagasan penulis Alkitab menentukan inti dari suatu khotbah ekspositori. Alam khotbah ekspositori, seperti dilukiskan oleh R. H. Montgomery, maka “pengkhotbah melakukan presentasi atas kitab-kitab tertentu (dari Alkitab) dengan cara seperti orang-orang tertentu membaca buku terlaris. Kemudian, ia berusaha menyampaikan pesan-pesan yang diambilnya dari unit-unit tertentu dalam firman Tuhan kepada para pendengarnya”. Khotbah ekspositori pada intinya lebih menonjolkan filsafat daripada metode.
Dalam mendekati suatu nukilan Alkitab, penafsir harus bersedia menguji ulang keyakinan doktrinalnya dan membebaskan diri dari semua penghakiman yang telah diberikan oleh para dosen yang paling ia hormati. Ia harus bersedia berbalik haluan bila mengetahui pandangan-pandangan Alkitab yang ia anut sebelumnya bertentangan dengan konsep para penulis Alkitab sendiri.
Pengkhotbah harus membaca Alkitab untuk memahami dan mengalami apa yang dipahaminya karena Alkitab adalah buku kesusastraan agung yang memerlukan tanggapan yang bijaksana. Kekayaan yang ada di dalam Alkitab hanya dapat diperoleh melalui aktivitas intelektual dan persiapan rohani yang matang.

Ekspositor Mengkomunikasikan Suatu Konsep
Dalam pendekatan terhadap Alkitab, perhatian utama kita bukan diarahkan pada arti kata per kata, melainkan pada apa yang dimaksud penulis Alkitab melalui kata-kata yang dipakainya. Pemahaman atas konsep-konsep yang ada dalam suatu nukilan Alkitab tidak dikerjakan melulu lewat analisis kata perkata secara terpisah. Seorang ekspositor yang mau berusaha memahami Alkitab dan mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya, maka ia harus melakukannya dalam tataran ide-ide.

Konsep Bertolak dari Teks
Tugas utama seorang ekspositor berkait dengan penjelasan firman Tuhan, maka ia pun memfokuskan perhatian pendengarnya pada Alkitab. Komunikasi berarti “adanya suatu perjumpaan makna-makna”, jika ada komunikasi yang mampu menebus aula atau mengatasi abad-abad, maka mereka yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus menjelaskan segala sesuatunya dalam bahasa, budaya, pandangan dunia, dan bentuk-bentuk komunikasi yang lazim. Seorang ekspositor harus sebanyak mungkin menggali pengetahuan dari tangan pertama, yakni dari para penulis Alkitab sendiri dan ide-ide mereka sesuai dengan konteksnya.

Konsep Berlaku bagi Pengkhotbah
Khotbah ekspositori seharusnya mengembangkan pengkhotbahnya menjadi seorang Kristen yang dewasa. Seperti ia bekerja menyelidiki Alkitabnya, maka Roh Kudus pun menyelidiki dirinya. Karena itu, sebelum seseorang menyampaikan pesan-pesan yang ada dalam Alkitab kepada orang lain, maka orang tersebut harus terlebih dulu dihidupi oleh pesan yang hendak disampaikannya. “Khotbah yang benar akan hadir saat hati yang penuh kasih dan pikiran yang tertib diserahkan kepada Roh Kudus”. Pada akhirnya Tuhan lebih menginginkan pertumbuhan para pengkhotbahnya daripada pesan itu sendiri, dan karena Roh Kudus menjumpai manusia utamanya lewat Alkitab, maka seorang pengkhotbah harus belajar mendengarkan Tuhan sebelum ia berbicara bagi Dia.

Konsep Berlaku bagi Para Pendengar
Roh Kudus bukan hanya menerapkan kebenaran Allah bagi pribadi dan pengalaman pengkhotbah, namun Roh Kudus juga menerapkan kebenaran itu melaluinya baru kepada para pendengar. Seorang pemapar berpikir dalam tiga wilayah. Pertama, sebagai seorang penafsir Alkitab ia berusaha memahami arti yang ingin disampaikan penulis Alkitab. Kemudian sebagai hamba Tuhan ia bergumul dengan perubahan apa yang secara pribadi Dia kehendaki atas hidupnya. Terakhir, sebagai seorang pengkhotbah ia mempertimbangkan apa yang Tuhan kehendaki untuk disampaikan kepada para jemaatnya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar