BAB
I
KEDUDUKAN
KHOTBAH EKSPOSITORI
Definisi Khotbah
Ekspositori
Khotbah adalah sebuah proses yang
hidup yang melibatkan Tuhan, pengkhotbah, dan jemaat, serta tidak ada suatu
definisi yang mampu menangkap proses yang dinamis ini. Bagaimanapun, demi kejelasan
kita harus berusaha merumuskan sebuah definisi kerja.
Khotbah ekspositori merupakan
komunikasi atas suatu konsep alkitabiah yang diperoleh dan disampaikan melalui
suatu studi historis, gramatikal, dan kesusastraan atau suatu nukilan Alkitab
sesuai dengan konteksnya, yang pertama-tama
diterapkan oleh Roh Kudus kepada pribadi dan pengalaman pengkhotbahnya, baru
kepada para pendengarnya.
Nukilan
Alkitab Menentukan Isi Khotbah
Gagasan penulis Alkitab menentukan
inti dari suatu khotbah ekspositori. Alam khotbah ekspositori, seperti
dilukiskan oleh R. H. Montgomery, maka “pengkhotbah melakukan presentasi atas
kitab-kitab tertentu (dari Alkitab) dengan cara seperti orang-orang tertentu
membaca buku terlaris. Kemudian, ia berusaha menyampaikan pesan-pesan yang
diambilnya dari unit-unit tertentu dalam firman Tuhan kepada para
pendengarnya”. Khotbah ekspositori pada intinya lebih menonjolkan filsafat
daripada metode.
Dalam mendekati suatu nukilan
Alkitab, penafsir harus bersedia menguji ulang keyakinan doktrinalnya dan
membebaskan diri dari semua penghakiman yang telah diberikan oleh para dosen
yang paling ia hormati. Ia harus bersedia berbalik haluan bila mengetahui
pandangan-pandangan Alkitab yang ia anut sebelumnya bertentangan dengan konsep
para penulis Alkitab sendiri.
Pengkhotbah harus membaca Alkitab
untuk memahami dan mengalami apa yang dipahaminya karena Alkitab adalah buku
kesusastraan agung yang memerlukan tanggapan yang bijaksana. Kekayaan yang ada
di dalam Alkitab hanya dapat diperoleh melalui aktivitas intelektual dan
persiapan rohani yang matang.
Ekspositor
Mengkomunikasikan Suatu Konsep
Dalam pendekatan terhadap Alkitab,
perhatian utama kita bukan diarahkan pada arti kata per kata, melainkan pada
apa yang dimaksud penulis Alkitab melalui kata-kata yang dipakainya. Pemahaman
atas konsep-konsep yang ada dalam suatu nukilan Alkitab tidak dikerjakan melulu
lewat analisis kata perkata secara terpisah. Seorang ekspositor yang mau
berusaha memahami Alkitab dan mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya,
maka ia harus melakukannya dalam tataran ide-ide.
Konsep
Bertolak dari Teks
Tugas utama seorang ekspositor
berkait dengan penjelasan firman Tuhan, maka ia pun memfokuskan perhatian
pendengarnya pada Alkitab. Komunikasi berarti “adanya suatu perjumpaan
makna-makna”, jika ada komunikasi yang mampu menebus aula atau mengatasi
abad-abad, maka mereka yang terlibat dalam komunikasi tersebut harus
menjelaskan segala sesuatunya dalam bahasa, budaya, pandangan dunia, dan
bentuk-bentuk komunikasi yang lazim. Seorang ekspositor harus sebanyak mungkin
menggali pengetahuan dari tangan pertama, yakni dari para penulis Alkitab
sendiri dan ide-ide mereka sesuai dengan konteksnya.
Konsep
Berlaku bagi Pengkhotbah
Khotbah ekspositori seharusnya
mengembangkan pengkhotbahnya menjadi seorang Kristen yang dewasa. Seperti ia
bekerja menyelidiki Alkitabnya, maka Roh Kudus pun menyelidiki dirinya. Karena
itu, sebelum seseorang menyampaikan pesan-pesan yang ada dalam Alkitab kepada
orang lain, maka orang tersebut harus terlebih dulu dihidupi oleh pesan yang
hendak disampaikannya. “Khotbah yang benar akan hadir saat hati yang penuh
kasih dan pikiran yang tertib diserahkan kepada Roh Kudus”. Pada akhirnya Tuhan
lebih menginginkan pertumbuhan para pengkhotbahnya daripada pesan itu sendiri,
dan karena Roh Kudus menjumpai manusia utamanya lewat Alkitab, maka seorang
pengkhotbah harus belajar mendengarkan Tuhan sebelum ia berbicara bagi Dia.
Konsep
Berlaku bagi Para Pendengar
Roh Kudus bukan hanya menerapkan
kebenaran Allah bagi pribadi dan pengalaman pengkhotbah, namun Roh Kudus juga
menerapkan kebenaran itu melaluinya baru kepada para pendengar. Seorang pemapar
berpikir dalam tiga wilayah. Pertama, sebagai seorang penafsir Alkitab ia
berusaha memahami arti yang ingin disampaikan penulis Alkitab. Kemudian sebagai
hamba Tuhan ia bergumul dengan perubahan apa yang secara pribadi Dia kehendaki
atas hidupnya. Terakhir, sebagai seorang pengkhotbah ia mempertimbangkan apa
yang Tuhan kehendaki untuk disampaikan kepada para jemaatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar