BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penulis melayani di
suatu tempat, ketika penulis mengungkapkan istilah misteri/rahasia maka
beberapa anggota jemaat mempertanyakan dan meragukan istilah ini untuk
disebutkan sebab latar belakang pola pemikiran mereka bahwa misteri adalah
sesuatu yang berhubungan dengan penyembahan berhala. Atau istilah ini
dipengaruhi oleh konsep dunia kafir.
Jika mencermati dalam Alkitab, memang dalam terjemahan bahasa Indonesia
tidak mencantumkan istilah misteri tetapi “rahasia.” Namun dalam bahasa Yunani Kitab Injil bahkan
dalam surat-surat Paulus menulis dengan mystērion
atau misteri. Diakui
bahwa istilah misteri ini dari dunia Yunani namun Pualus memakai istilah ini
dengan menggunakannya dengan cara dan pemahaman yang sangat berbeda.
Di sisi lain, sekularisme sudah sedemikian
menguasai masyarakat modern, dan salah satu ciri masyarakat sekularitas adalah
ketidakacuhan dan ketidakterikatan terhadap berita Injil. Munculnya pluralisme
agama juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemberitaan masa kini. Apakah
berita/rahasia Allah tetap diberitakan secara Alkitabiah[1]
atau dikompromikan dengan ajaran-ajaran lain yang tidak sesuai dengan apa kata
Alkitab.
Bertolak dari
permasalahan di atas, penulis distimulasi untuk menulis secara khusus membahas
mengenai Paulus yang dapat tampil sebagai pemberita yang patut diteladani bukan
saja dalam hidupnya tetapi secara khusus dalam pemberitaannya, dalam tulisan
yang berjudul “Misteri Allah dalam pandangan Paulus dan implikasinya bagi
pemberitaan masa kini” dengan harapan dapat menjawab permasalahan-permasalahan
diatas.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang pemaparan masalah yang telah dibahas di atas, penulis merumuskan
masalah dalam bentuk pertanyaan. Adapun
pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Pertama : Apa makna istilah misteri Allah
dalam pandangan Paulus?
Kedua : Bagaimana implikasi
misteri Allah bagi pemberitaan masa kini?
Tujuan Penulisan
Berkenaan dengan rumusan
masalah di atas, penulis merumuskan tujuan sebagai berikut:
Pertama : Untuk mengetahui makna misteri Allah dalam
pandangan Paulus
Kedua : Agar
pemberita Injil memahami misteri Allah sebagai dasar bagi pemberitaannya supaya
mereka dapat melaksanakan tanggung jawab memberitakan Injil dengan benar.
[1]
yang kita dengar dari mimbar Kristen dewasa ini sebagian besar tidak boleh
disebut khotbah dalam arti sesungguhnya.
Pembicaraan perkara politik, hal ihwal pengarang-pengarang yang tenar
namanya, pokok yang hangat-hangat dan
segala yang semacam itu, boleh dinamakan hanya pidato saja karena merupakan
hasil pikiran si pembicara semata-mata; usaha seperti itu tidak boleh
sekali-kali dinamakan berkhotbah dan orang yang melakukannya tidak berhak
diberi gelar kehormatan pengkhotbah Injil selama ia masih saja menyampaikan
berita itu di atas mimbar. William Evans, Cara
Mempersiapkan Khotbah (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1983), 1.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar