Good News

Rabu, 17 Februari 2016

BAGAIMANA MENULIS MAKALAH UNTUK MAHASISWA? (Dr. Daniel Ronda)



            Mahasiswa yang baru masuk biasanya bingung bila disuruh menulis makalah, karena hal ini belum biasa dilakukan.  Untuk itu ada beberapa langkah bagaimana  menulis makalah yang baik dan berbobot:

1.      Banyak membaca
Masalah yang umum dihadapi seorang mahasiswa adalah kurangnya minat baca.  Sebagai seorang yang akan memimpin gereja, hal membaca adalah yang paling signifikan dalam hidupnya.  Mulai sekarang seorang yang ingin sukses dalam pelayanan dan dalam menulis makalah adalah dengan membaca, membaca dan membaca.  Tidak ada jalan pintas untuk membuat makalah yang baik tanpa dimulai dengan membaca.  Bacaan itu bisa bersifat umum dan khusus.  Artinya, baca juga majalah atau surat kabar untuk menambah wawasan bahasa seseorang sebagai bacaan umum dan sebagai bacaan khusus yaitu bacaan sehubungan dengan makalah yang akan dibahas.  Ini sekaligus dapat merupakan langkah mengumpulkan daftar kepustakaan buku yang akan dipakai dalam suatu makalah.

Untuk penulisan skripsi/tesis, minimal harus duduk dulu mencari dan membaca buku sekurangnya 50 jam di perpustakaan.
     

2.      Milikilah buku catatan.
Membaca menimbulkan ide.  Supaya ide jangan hilang, catatlah apa yang Anda pikirkan sebagai ide yang baik untuk makalah.  Jangan percaya kepada daya ingat Anda.  Bila ada satu ide atau ungkapan yang menarik di dalam satu buku/majalah, tulislah apa yang ingin Anda ambil dan catat nama pengarang, judul buku, kota penerbit, penerbit, tahun dan halamannya.


3.      Mulai memikirkan tema dari makalah
Misalnya, dalam mata kuliah teologi sosial Anda akan berbicara soal kemiskinan.  Tema ini terlalu luas sehingga perlu dipersempit wilayah cakupannya misalnya di Indonesia atau di tempat asal Anda.  Juga tema kemiskinan itu terlalu luas, mestinya diperkecil lagi misalnya soal eksploitasi anak-anak (Ini hanya contoh). 
Bagi mahasiswa pemula (tingkat satu) biasanya disediakan tema atau topik yang akan dibahas.  Jadi tidak perlu lagi memikirkannya.  Hanya perlu kreatif dalam memikirkan judul yang akan dibahas serta garis besarnya.

4.      Dalam menuangkan tulisan dalam makalah, mulailah membuat “garis besar makalah” terlebih dahulu.  Garis besar dimulai dari permasalahan, teori yang ada, pengalaman empiris berdasarkan penelitian dan kesimpulan.  Semuanya harus dibuat secara sistematis dan makalah dapat tergambar dari garis besar itu.
Garis besar itu meliputi:
  1. Pendahuluan
Dalam pendahuluan ini berisi mengapa makalah ini ditulis yaitu menuliskan latar belakang permasalahannya.  Permasalahan bisa dicari dalam berinteraksi dengan buku atau ada penemuan dalam penelitian lapangan.  Kemudian dipaparkan juga tujuan pencapaian penulisan ini.  Dihindari ucapan terima kasih kepada dosen serta pujian yang berlebihan, dan juga menjelaskan bahwa makalah penuh dengan kekurangan dan kelemahan (Tidak perlu dibuat).  Proporsi pendahuluan ini cukup 1-2 halaman (untuk makalah 8-12 halaman).
  1. Isi
Di dalam bagian ini berisi interaksi terhadap latar belakang masalah dan bagaimana persoalan ini diselesaikan. 
Biasanya di dalam membuat isi ini, ada dua teknik yang dapat dipakai.  Pertama, adalah mengumpulkan pendapat atau teori dari para ahli dan memberi kesimpulan atas pandangan-pandangan mereka.  Kedua, memberikan pandangan sendiri berdasarkan pengamatan, yang kemudian pandangan itu didukung juga oleh para ahli yang lain di dalam konteks yang lain.
Bagian pertama dari isi biasanya berisi penjelasan dari teori yang dikembangkan para ahli yang berkaitan dengan makalah yang diteliti.
Bagian kedua dari isi adalah mengintegrasikan pandangan ahli dengan hasil pengamatan atau penelitian di lapangan.  Dari sana akan muncul ide baru dalam menyelesaikan permasalahan yang ada.  Proporsinya bisa 6-8 halaman.
  1. Kesimpulan
Berisi ekspresi seluruh isi makalah tanpa mengulangi apa yang telah disampaikan dalam isi.  Kesimpulan juga bukan ringkasan isi makalah, tetapi interpretasi terhadap gagasan yang dikembangkan dalam bagian kedua dari isi.  Kesimpulan bisa berisi saran.  Proporsi kesimpulan ini cukup 1 atau paling banyak 2 halaman saja.

5.      Bagaimana memanfaatkan kutipan dari buku atau pendapat seseorang?
Buatlah gagasanmu terlebih dahulu, lalu cari pendukungnya.  Atau beberapa pendapat yang sama tentang suatu pokok disimpulkan oleh penulis  untuk mengabsahkan suatu pendapat.

6.      Ikutilah model pengetikan skripsi dalam menyusun makalah.  Ini penting karena membuat Anda terbiasa dengan pola tersebut dan sangat memudahkan dalam menulis skripsi nantinya.  Lihat Pedoman Penyusunan Skripsi yang resmi dibuat oleh STT Jaffray.
    
7.      Hindari menjadi plagiator.
Mengutip gagasan, pendapat seseorang haruslah diberikan kredit berupa “footnote” atau catatan kaki.  Bila tidak melakukannya maka Anda dikategorikan sebagai PENCURI atau plagiator.  Di dalam kelas saya, orang yang berbuat demikian makalahnya akan mendapat nilai 0.    Apa jenis-jenis dari mengutip itu.
  1. Mengutip langsung kata per kata dari pendapat seseorang.  Untuk itu perlu dibubuhi tanda “….”  Tanpanya jelas adalah plagiator.
  2. Bila ingin mengambil gagasan atau pendapatnya, tetapi tidak ingin mengutipnya kata per kata, maka ditulis seperti biasa dengan dibubuhi nomor footnote pada akhir kalimat.
Contoh mengambil gagasan tanpa mengutip langsung:
Ada sebuah kalimat dari buku:  “Pelayanan rasul Paulus menunjukkan bahwa karunia rasuli dapat berhenti atau tidak beroperasi untuk sementara waktu” (dari D. Scheunemann, Sungai Air Hidup: Roh Kudus dan PelayananNya (Malang: YPPII, 1979), 107).
Kalau kita ingin mengambil gagasannya dapat dilakukan sebagai berikut: D. Scheunemann berpendapat bahwa karunia rasuli bisa berhenti untuk sementara sebagaimana terlihat dalam pelayanan Paulus sendiri. 
Ini tidak perlu ada tanda: “…”.
Cuma tidak boleh mengubahnya tanpa menyebut siapa yang berkata.  Misalnya kita mengubahnya menjadi: Karunia rasuli, sebagaimana ditunjukkan dalam pelayanan Paulus, dapat berhenti untuk sementara waktu.
Ini tidak dibenarkan karena tidak menyebut nama yang mengatakan dan hanya mengubah kalimatnya tanpa ada kredit untuk yang mengatakan.
Boleh tidak menyebutkan nama, bila ada kesamaan ide dengan penulis tertentu, dan bahasanya harus lain sama sekali.
  1. Tidak dianjurkan  mengutip suatu gagasan bila itu sudah dikutip oleh seorang penulis dalam bukunya.  Bila terpaksa dilakukan, Anda harus memakai rujukan pada buku di mana Anda mendapatkan kutipan itu.  Jadi jangan sekali-kali langsung mengutipnya dan memakai footnote seolah-olah Anda membaca buku itu secara langsung.  Jadi bila terpaksa dipakai, maka dapat ditulis seperti begini: Menurut si A seperti yang dikutip oleh B mengatakan bahwa…  (Ini contoh).  Catatan kakinya adalah buku si B, bukan buku si A sebagaimana yang dikutip si B.
Teknik seperti ini sangat tidak dianjurkan dalam program pascasarjana.  Mahasiswa S2 yang melakukan hal ini tidak akan diberikan nilai yang memadai.
  1. Dilarang mengumpulkan makalah yang sudah pernah dikumpulkan pada dosen lain.  Ini karena Anda sudah mendapat nilai dari dosen yang bersangkutan.  Tiap-tiap mata kuliah mempunyai karakteristik tersendiri.  Misalnya dalam mata kuliah Dunia Perjanjian Baru adalah penekanan kepada historis dan bukan kepada hal teologis, dan bila memasukkan makalah Teologi Perjanjian Baru dengan hanya sedikit modifikasi untuk mata kuliah DPB pasti akan ketahuan.  Mulai saat ini saya akan memberi nilai yang kurang bila hal itu dilakukan (kalau perlu diulang). 

8.      Pakailah bahasa Indonesia yang baku.  Misalnya sering terdapat tambahan huruf “h” pada suatu kata seperti “menujuh” seharusnya “menuju”, dst.  Juga pakailah cara memenggal suku kata secara benar (lihat buku tentang itu), bila memakai mesin tik manual.

9.    Teknik penulisan daftar kepustakaan:
1.      Untuk footnote: tulislah nama depan terlebih dahulu, lalu judul buku (HURUF MIRING), kota, titik dua, nama penerbit, tahun (di dalam kurung), koma, dan halaman.  Contoh, Emmanuel Gerrit Singgih, Reformasi dan Tansformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad ke-21 (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 100.    Tidak perlu gelar sang penulis.
2.      Bila daftar kepustakaan, maka nama marga yang didahulukan.  Contoh di atas:  Singgih, Emmanuel Gerrit. Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja Menyongsong Abad ke-21. Yogyakarta: Kanisius, 1997.  Nama marga disusun berdasarkan susunan alfabet.

   
Menulis adalah seni yang perlu dipelajari.  Jangan ragu-ragu menuangkan gagasan ke atas kertas.  Yang penting adalah sistematis dalam cara berpikir.  Berusaha memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar.  Tidak akan ada orang yang mencapai kesempurnaan dalam menulis.  Inilah salah satu modal dasar menjadi hamba Tuhan.   Selamat berkarya.


Ujungpandang, awal Juli 1999.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar