Mahasiswa yang baru masuk biasanya
bingung bila disuruh menulis makalah, karena hal ini belum biasa
dilakukan. Untuk itu ada beberapa
langkah bagaimana menulis makalah yang
baik dan berbobot:
1. Banyak
membaca
Masalah yang umum
dihadapi seorang mahasiswa adalah kurangnya minat baca. Sebagai seorang yang akan memimpin gereja,
hal membaca adalah yang paling signifikan dalam hidupnya. Mulai sekarang seorang yang ingin sukses
dalam pelayanan dan dalam menulis makalah adalah dengan membaca, membaca dan
membaca. Tidak ada jalan pintas untuk
membuat makalah yang baik tanpa dimulai dengan membaca. Bacaan itu bisa bersifat umum dan
khusus. Artinya, baca juga majalah atau
surat kabar untuk menambah wawasan bahasa seseorang sebagai bacaan umum dan
sebagai bacaan khusus yaitu bacaan sehubungan dengan makalah yang akan
dibahas. Ini sekaligus dapat merupakan
langkah mengumpulkan daftar kepustakaan buku yang akan dipakai dalam suatu
makalah.
Untuk penulisan
skripsi/tesis, minimal harus duduk dulu mencari dan membaca buku sekurangnya 50
jam di perpustakaan.
2. Milikilah
buku catatan.
Membaca menimbulkan
ide. Supaya ide jangan hilang, catatlah
apa yang Anda pikirkan sebagai ide yang baik untuk makalah. Jangan percaya kepada daya ingat Anda. Bila ada satu ide atau ungkapan yang menarik
di dalam satu buku/majalah, tulislah apa yang ingin Anda ambil dan catat nama
pengarang, judul buku, kota penerbit, penerbit, tahun dan halamannya.
3.
Mulai memikirkan tema dari makalah
Misalnya,
dalam mata kuliah teologi sosial Anda akan berbicara soal kemiskinan. Tema ini terlalu luas sehingga perlu
dipersempit wilayah cakupannya misalnya di Indonesia atau di tempat asal Anda. Juga tema kemiskinan itu terlalu luas,
mestinya diperkecil lagi misalnya soal eksploitasi anak-anak (Ini hanya
contoh).
Bagi
mahasiswa pemula (tingkat satu) biasanya disediakan tema atau topik yang akan
dibahas. Jadi tidak perlu lagi
memikirkannya. Hanya perlu kreatif dalam
memikirkan judul yang akan dibahas serta garis besarnya.
4.
Dalam menuangkan tulisan dalam makalah,
mulailah membuat “garis besar makalah” terlebih dahulu. Garis besar dimulai dari permasalahan, teori
yang ada, pengalaman empiris berdasarkan penelitian dan kesimpulan. Semuanya harus dibuat secara sistematis dan
makalah dapat tergambar dari garis besar itu.
Garis
besar itu meliputi:
- Pendahuluan
Dalam
pendahuluan ini berisi mengapa makalah ini ditulis yaitu menuliskan latar
belakang permasalahannya. Permasalahan
bisa dicari dalam berinteraksi dengan buku atau ada penemuan dalam penelitian
lapangan. Kemudian dipaparkan juga
tujuan pencapaian penulisan ini.
Dihindari ucapan terima kasih kepada dosen serta pujian yang berlebihan,
dan juga menjelaskan bahwa makalah penuh dengan kekurangan dan kelemahan (Tidak
perlu dibuat). Proporsi pendahuluan ini
cukup 1-2 halaman (untuk makalah 8-12 halaman).
- Isi
Di
dalam bagian ini berisi interaksi terhadap latar belakang masalah dan bagaimana
persoalan ini diselesaikan.
Biasanya
di dalam membuat isi ini, ada dua teknik yang dapat dipakai. Pertama, adalah mengumpulkan pendapat atau
teori dari para ahli dan memberi kesimpulan atas pandangan-pandangan
mereka. Kedua, memberikan pandangan
sendiri berdasarkan pengamatan, yang kemudian pandangan itu didukung juga oleh
para ahli yang lain di dalam konteks yang lain.
Bagian
pertama dari isi biasanya berisi penjelasan dari teori yang dikembangkan para
ahli yang berkaitan dengan makalah yang diteliti.
Bagian
kedua dari isi adalah mengintegrasikan pandangan ahli dengan hasil pengamatan
atau penelitian di lapangan. Dari sana
akan muncul ide baru dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. Proporsinya bisa 6-8 halaman.
- Kesimpulan
Berisi
ekspresi seluruh isi makalah tanpa mengulangi apa yang telah disampaikan dalam
isi. Kesimpulan juga bukan ringkasan isi
makalah, tetapi interpretasi terhadap gagasan yang dikembangkan dalam bagian
kedua dari isi. Kesimpulan bisa berisi
saran. Proporsi kesimpulan ini cukup 1
atau paling banyak 2 halaman saja.
5.
Bagaimana memanfaatkan kutipan dari buku
atau pendapat seseorang?
Buatlah
gagasanmu terlebih dahulu, lalu cari pendukungnya. Atau beberapa pendapat yang sama tentang
suatu pokok disimpulkan oleh penulis
untuk mengabsahkan suatu pendapat.
6.
Ikutilah model pengetikan skripsi dalam
menyusun makalah. Ini penting karena
membuat Anda terbiasa dengan pola tersebut dan sangat memudahkan dalam menulis
skripsi nantinya. Lihat Pedoman Penyusunan
Skripsi yang resmi dibuat oleh STT Jaffray.
7.
Hindari menjadi plagiator.
Mengutip
gagasan, pendapat seseorang haruslah diberikan kredit berupa “footnote” atau
catatan kaki. Bila tidak melakukannya
maka Anda dikategorikan sebagai PENCURI atau plagiator. Di dalam kelas saya, orang yang berbuat
demikian makalahnya akan mendapat nilai 0.
Apa jenis-jenis dari mengutip itu.
- Mengutip langsung kata per kata dari
pendapat seseorang. Untuk itu perlu
dibubuhi tanda “….” Tanpanya jelas
adalah plagiator.
- Bila ingin mengambil gagasan atau
pendapatnya, tetapi tidak ingin mengutipnya kata per kata, maka ditulis
seperti biasa dengan dibubuhi nomor footnote pada akhir kalimat.
Contoh
mengambil gagasan tanpa mengutip langsung:
Ada
sebuah kalimat dari buku: “Pelayanan
rasul Paulus menunjukkan bahwa karunia rasuli dapat berhenti atau tidak
beroperasi untuk sementara waktu” (dari D. Scheunemann, Sungai Air Hidup:
Roh Kudus dan PelayananNya (Malang: YPPII, 1979), 107).
Kalau
kita ingin mengambil gagasannya dapat dilakukan sebagai berikut: D. Scheunemann
berpendapat bahwa karunia rasuli bisa berhenti untuk sementara sebagaimana
terlihat dalam pelayanan Paulus sendiri.
Ini
tidak perlu ada tanda: “…”.
Cuma
tidak boleh mengubahnya tanpa menyebut siapa yang berkata. Misalnya kita mengubahnya menjadi: Karunia
rasuli, sebagaimana ditunjukkan dalam pelayanan Paulus, dapat berhenti untuk
sementara waktu.
Ini
tidak dibenarkan karena tidak menyebut nama yang mengatakan dan hanya mengubah
kalimatnya tanpa ada kredit untuk yang mengatakan.
Boleh
tidak menyebutkan nama, bila ada kesamaan ide dengan penulis tertentu, dan
bahasanya harus lain sama sekali.
- Tidak dianjurkan mengutip suatu gagasan bila itu sudah
dikutip oleh seorang penulis dalam bukunya. Bila terpaksa dilakukan, Anda harus
memakai rujukan pada buku di mana Anda mendapatkan kutipan itu. Jadi jangan sekali-kali langsung
mengutipnya dan memakai footnote seolah-olah Anda membaca buku itu secara
langsung. Jadi bila terpaksa
dipakai, maka dapat ditulis seperti begini: Menurut si A seperti yang
dikutip oleh B mengatakan bahwa…
(Ini contoh). Catatan
kakinya adalah buku si B, bukan buku si A sebagaimana yang dikutip si B.
Teknik
seperti ini sangat tidak dianjurkan dalam program pascasarjana. Mahasiswa S2 yang melakukan hal ini tidak
akan diberikan nilai yang memadai.
- Dilarang mengumpulkan makalah yang
sudah pernah dikumpulkan pada dosen lain.
Ini karena Anda sudah mendapat nilai dari dosen yang
bersangkutan. Tiap-tiap mata kuliah
mempunyai karakteristik tersendiri.
Misalnya dalam mata kuliah Dunia Perjanjian Baru adalah penekanan
kepada historis dan bukan kepada hal teologis, dan bila memasukkan makalah
Teologi Perjanjian Baru dengan hanya sedikit modifikasi untuk mata kuliah
DPB pasti akan ketahuan. Mulai saat
ini saya akan memberi nilai yang kurang bila hal itu dilakukan (kalau
perlu diulang).
8.
Pakailah bahasa Indonesia yang baku. Misalnya sering terdapat tambahan huruf “h”
pada suatu kata seperti “menujuh” seharusnya “menuju”, dst. Juga pakailah cara memenggal suku kata secara
benar (lihat buku tentang itu), bila memakai mesin tik manual.
9. Teknik penulisan daftar kepustakaan:
1.
Untuk footnote: tulislah nama depan
terlebih dahulu, lalu judul buku (HURUF MIRING), kota,
titik dua, nama penerbit, tahun (di dalam kurung), koma, dan halaman. Contoh, Emmanuel Gerrit Singgih, Reformasi dan Tansformasi Pelayanan Gereja
Menyongsong Abad ke-21 (Yogyakarta: Kanisius, 1997), 100. Tidak perlu gelar sang penulis.
2.
Bila daftar kepustakaan, maka nama marga
yang didahulukan. Contoh di atas: Singgih, Emmanuel Gerrit. Reformasi dan Transformasi Pelayanan Gereja
Menyongsong Abad ke-21. Yogyakarta: Kanisius, 1997. Nama marga disusun berdasarkan susunan
alfabet.
Menulis adalah seni
yang perlu dipelajari. Jangan ragu-ragu
menuangkan gagasan ke atas kertas. Yang
penting adalah sistematis dalam cara berpikir.
Berusaha memakai bahasa Indonesia yang baik dan benar. Tidak akan ada orang yang mencapai
kesempurnaan dalam menulis. Inilah salah
satu modal dasar menjadi hamba Tuhan.
Selamat berkarya.
Ujungpandang, awal
Juli 1999.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar