Good News

Rabu, 17 Februari 2016

Ringkasan Langkah I Tujuh Langkah menyusun Khotbah Ekspositori oleh Wahyudy S.

Tujuh Langkah menyusun Khotbah Ekspositori
Langkah 1: Bergantung Pada Roh Kudus

Tiga Alasan Mengapa Pengkhotbah Harus Bergantung Pada Roh Kudus:
        i.            Khotbah Bukan Penemuan Manusia, Tetapi Kreasi Tuhan
Khotbah berasal dari Allah, berbicara tentang Allah, dan sumber kuasa dari firman itu adalah Allah sendiri. Firman Allah berkuasa mengubah hidup manusia karena didukung dan dibela oleh Pribadi yang mengatakannya.
      ii.            Hanya kuasa Roh Kudus Yang Dapat Mengubah Manusia
Khotbah merupakan suatu gabungan antara tindakan manusia dan Allah, namun kekuatan akhir yang mengubah hati dan pikiran manusia sesungguhnya adalah kuasa Roh Kudus semata-mata, dan bukan kepandaian atau talenta manusia. Khotbah akan menembus hati dan jiwa pendengar jika pengkhotbah bergantung pada kuasa Roh Kudus, bukan hikmat manusia.

    iii.            Alkitab Sebagai Dasar Khotbah Diinspirasikan Dan Diiluminasikan Oleh Roh Kudus
Alkitab adalah satu-satunya dasar bagi pengkhotbah dalam berkhotbah, diinspirasikan oleh Roh Kudus dan hanya mungkin dimengerti secara tepat artinya dengan iluminasi atau penerangan dari Roh Kudus.
·         Inspirasi
Roh Kudus dengan kuasa supranatural-Nya memimpin pikiran para penulis Alkitab sedemikian rupa, dengan memakai keunikan mereka masing-masing, untuk menulis tulisan-tulisan mereka yang pada akhirnya akan menjadi catatan yang progresif dan berotoritas dari wahyu Allah yang kemudian kita sebut dengan Alkitab.
·         Iluminasi
Bila inspirasi dimengerti sebagai tuntunan Roh Kudus kepada para penulis Alkitab dalam menulis firman-Nya, maka iluminasi dipahami sebagai tuntunan Roh Kudus kepada para pembaca Alkitab dalam menafsirkannya dengan tepat. Ini berarti, iluminasi Roh Kudus adalah bimbingan untuk memahami firman yang diinspirasikan-Nya.

Doa Sebagai Wujud Ketergantungan Pada Roh Kudus
Doa mencerminkan ketidakberdayaan pengkhtobah; ia sadar bahwa di luar Tuhan dirinya tidak dapat berbuat apa-apa. Tanpa doa ia bisa saja menghasilkan gagasan-gagasan khotbah yang cemerlang disertai dengan retorika yang menawan, namun ia menyadari bahwa semuanya itu kosong dan tak ada kuasa.

Pengkhotbah haruslah seorang pendoa. Khotbah harus dikandung di dalam doa, dilahirkan di dalam doa, ditumbuhkan di dalam doa, dan disampaikan dengan dukungan doa. Paul W. Powel: “Doa bukanlah palu besar yang kita pakai untuk menggedor pintu gerbang surga dan memaksa Allah melakukan apa yang tidak ingin dilakukan-Nya. Doa membuka hati dan hidup kita kepada Allah, memberi-Nya kebebasan melakukan apa yang sangat ingin dilakukan-Nya”. Dengan pemahaman demikian, kita datang meminta kepada Tuhan agar Roh Kudus-Nya memberi kita pemahaman yang jelas, pemahaman yang komunikatif, otoritas yang kuat, dan kesadaran bahwa melalui khotbah-khotbah kita kuasa-Nya akan bekerja mengubah diri pendengar dan juga diri kita sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar