Tujuh Langkah menyusun
Khotbah Ekspositori
Langkah 1: Bergantung Pada
Roh Kudus
Tiga
Alasan Mengapa Pengkhotbah Harus Bergantung Pada Roh Kudus:
i.
Khotbah
Bukan Penemuan Manusia, Tetapi Kreasi Tuhan
Khotbah berasal
dari Allah, berbicara tentang Allah, dan sumber kuasa dari firman itu adalah
Allah sendiri. Firman Allah berkuasa mengubah hidup manusia karena didukung dan
dibela oleh Pribadi yang mengatakannya.
ii.
Hanya
kuasa Roh Kudus Yang Dapat Mengubah Manusia
Khotbah
merupakan suatu gabungan antara tindakan manusia dan Allah, namun kekuatan
akhir yang mengubah hati dan pikiran manusia sesungguhnya adalah kuasa Roh
Kudus semata-mata, dan bukan kepandaian atau talenta manusia. Khotbah akan
menembus hati dan jiwa pendengar jika pengkhotbah bergantung pada kuasa Roh
Kudus, bukan hikmat manusia.
iii.
Alkitab
Sebagai Dasar Khotbah Diinspirasikan Dan Diiluminasikan Oleh Roh Kudus
Alkitab adalah
satu-satunya dasar bagi pengkhotbah dalam berkhotbah, diinspirasikan oleh Roh
Kudus dan hanya mungkin dimengerti secara tepat artinya dengan iluminasi atau
penerangan dari Roh Kudus.
·
Inspirasi
Roh Kudus dengan
kuasa supranatural-Nya memimpin pikiran para penulis Alkitab sedemikian rupa,
dengan memakai keunikan mereka masing-masing, untuk menulis tulisan-tulisan
mereka yang pada akhirnya akan menjadi catatan yang progresif dan berotoritas
dari wahyu Allah yang kemudian kita sebut dengan Alkitab.
·
Iluminasi
Bila inspirasi
dimengerti sebagai tuntunan Roh Kudus kepada para penulis Alkitab dalam menulis
firman-Nya, maka iluminasi dipahami sebagai tuntunan Roh Kudus kepada para
pembaca Alkitab dalam menafsirkannya dengan tepat. Ini berarti, iluminasi Roh
Kudus adalah bimbingan untuk memahami firman yang diinspirasikan-Nya.
Doa Sebagai Wujud Ketergantungan Pada Roh Kudus
Doa
mencerminkan ketidakberdayaan pengkhtobah; ia sadar bahwa di luar Tuhan dirinya
tidak dapat berbuat apa-apa. Tanpa doa ia bisa saja menghasilkan
gagasan-gagasan khotbah yang cemerlang disertai dengan retorika yang menawan,
namun ia menyadari bahwa semuanya itu kosong dan tak ada kuasa.
Pengkhotbah haruslah seorang pendoa. Khotbah
harus dikandung di dalam doa, dilahirkan di dalam doa, ditumbuhkan di dalam
doa, dan disampaikan dengan dukungan doa. Paul W. Powel: “Doa bukanlah palu besar
yang kita pakai untuk menggedor pintu gerbang surga dan memaksa Allah melakukan
apa yang tidak ingin dilakukan-Nya. Doa membuka hati dan hidup kita kepada
Allah, memberi-Nya kebebasan melakukan apa yang sangat ingin dilakukan-Nya”. Dengan
pemahaman demikian, kita datang meminta kepada Tuhan agar Roh Kudus-Nya memberi
kita pemahaman yang jelas, pemahaman yang komunikatif, otoritas yang kuat, dan
kesadaran bahwa melalui khotbah-khotbah kita kuasa-Nya akan bekerja mengubah
diri pendengar dan juga diri kita sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar