SUKU MANDAR
Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan
:
|
Sulawesi Selatan
|
|
Populasi
|
:
|
250.000 jiwa
|
Bahasa
|
:
|
Mandar
|
Anggota Gereja
|
:
|
5 (0,0002%)
|
Alkitab dalam bahasa Mandar
|
:
|
Tidak Ada
|
Film Yesus dalam bahasa Mandar
|
:
|
Tidak Ada
|
Siaran radio pelayanan dalam
bahasa Mandar
|
:
|
Tidak Ada
|
Suku Mandar mendiami dataran rendah
pesisir dan pegunungan dari Kabupaten Majene dan Polmas di Propinsi Sulawesi
Selatan. Daerah ini dilingkupi oleh pegunungan dan terdapat lahan persawahan
yang luas. Hasil lautnya yang terkenal adalah ikan cakalang dan penyu. Konon di
sana ada sejenis burung langka yang disebut burung mandar dan jenis ini berasal
dari famili arimadea (Latin). Burung ini termasuk burung yang dilindungi.
SOSIAL BUDAYA
Bahasa
yang dipakai orang Mandar adalah bahasa Mandar dengan 4 dialek, yaitu :
Balanipa, Majene, Pamboang dan Awok Sumakengu. Mata pencaharian mereka adalah
bercocok tanam di sawah maupun di kebun dan sebagai nelayan. Hasil perkebunan
mereka adalah : kopra dan juga coklat di daerah Sendana dan Malunda.
Masyarakat
Mandar mengenal pelapisan sosial. Sebagai masyarakat yang pernah berbentuk
kerajaan, mereka mengenal tiga lapisan sosial, yakni lapisan atas yang terdiri
atas golongan bangsawan (Todiang Laiyana), golongan orang kebanyakan (Tau
Maradika), dan lapisan budak (Batua). Golongan bangsawan memiliki gelar
kebangsawanan yaitu Daeng bagi "bangsawan raja" dan Puang bagi
"bangsawan adat".
Sistem
kekerabatan orang Mandar ditandai oleh beberapa periode, antara lain : periode
Tomakala, ketika pemerintahan belum teratur dan hukum belum ada; periode
transisi (Pappuangang), ketika hubungan sosial dalam masyrakat mulai
menampakkan polanya: periode penuh tata cara, aturan, nilai yaitu periode
Arajang.
Pada
jaman ini raja tidak lagi berkuasa secara turun temurun akan tetapi dipilih
oleh lembaga adat (hadat). Dalam tradisi Mandar, destar yang miring ke kiri
bermakna isyrat bahwa raja harus mengoreksi diri dan kebijaksanaannya. Menurut
pandangan orang Mandar, raja dianggap buruk (sikap/perilaku maupun
kepemimpinannya) bila raja ditinggalkan rakyat.
AGAMA/KEPERCAYAAN
Suku Mandar beragama Islam. Tak
seorang pun boleh mengajak orang lain berpindah agama.
KEBUTUHAN
Suku Mandar membutuhkan peningkatan
pengelolaan perkebunan agar lebih memberikan hasil yang maksimal. Disamping itu
perlu dilakukan budi daya ikan cakalang dan penyu yang mempunyai nilai jual
tinggi untuk meningkatkan pendapatan daerah.
POKOK DOA
Kemudian daripada itu aku melihat :
sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhintung
banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan
takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun
palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru :
"Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba
!" (\\/TB #Wahyu 7:9-10*\\)
1.
Berdoa
agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus, berkat dan kasihNya di tengah-tengah suku
Mandar, agar terang dan kemuliaan Tuhan bercahaya di atasnya. Berdoa agar hati
mereka disentuh oleh kasih Tuhan melalui berbagai cara dan mereka yang berseru
kepada nama Tuhan akan diselamatkan.
2.
Berdoa
agar Tuhan yang empunya tuaian membangkitkan gerejaNya untuk bersatu dan
bekerjasama, menyediakan pekerja : pendoa syafaat, penerjemah Alkitab, kaum
profesional, penabur dan penuai untuk memberkati dan meningkatkan kesejahteraan
hidup suku Mandar
3.
Berdoa
bagi adanya lembaga & gereja yang digerakkan oleh Tuhan untuk mengadopsi
suku Mandar yang juga berbeban dalam meningkatkan kesejahteraan hidup mereka.
Jika saudara ingin mengetahui informasi lebih lanjut,
silahkan menghubungi :
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42
PJRN
Kotak Pos 6739/JKUKP - Jakarta 14607
Telp/Fax. (021) 45843235-42
Untuk kalangan sendiri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar