Good News

Rabu, 17 Februari 2016

Ringkasan Buku Homiletik Dr Hasan Susanto BAb VI (End) oleh Hengki Wijaya

BAB VI
PENYAMPAIAN KHOTBAH SECARA LISAN
1.      Berdoa Dan Bersandar Kepada Tuhan
Tolok ukur suksesnya khotbah adalah ada beberapa orang, termasuk pengkhotbah, yang diubah oleh firman Tuhan. Jadi pengkhotbah harus berdoa bahkan jauh sebelum naik ke mimbar. Dia perlu mengintrospeksi dirinya.
2.      Jadi Seorang Pengkhotbah Yang Unik
Setiap orang unik, dan pengkhotbah juga unik dalam hal menulis, berpikir dan berbicara. Dia mempunyai ciri tersendiri dalam penyampaian khotbah. Pengkhotbah harus tampil apa adanya dan tidak meniru-niru orang lain supaya pengkhotbah lebih mudah mengenal dan mengembangkan potensinya.
3.      Apakah Naskah Khotbah Perlu Dituliskan Dengan Lengkap?
Kondisi masing-masing pengkhotbah tidak sama. Jalan tengah yang baik mungkin adalah pengkhotbah menulis naskah khotbah yang cukup jelas, tetapi dia tetap harus berbicara dengan natural dan jangan terikat oleh naskah khotbah.
4.      Penguasaan Isi Naskah Khotbah
Pengkhotbah harus membaca kembali beberapa kali naskah khotbahnya. Bahkan tidak jarang, dalam pembacaan terakhir, pengkhotbah mendapat ide baru. Janganlah isi naskah khotbah dihafal kata demi kata karena jika dia tegang, ini akan membuatnya lupa semua isi naskah. Isi khotbah seharusnya diingat sama seperti seorang mengingat gambar.

5.      Menenangkan Diri
Penyampaian khotbah adalah pelayanan yang bertujuan menyenangkan Tuhan dan mendatangkan berkat bagi umat-Nya.
6.      Manfaatkan Kelebihan Komunikasi Lisan
·         Komunikasi lisan bersifat tetap muka, memudahkan pengkhotbah memvisualisasikan isi pembicaraannya.
·         Dalam komunikasi lisan, keyakinan dan kepedulian pengkhotbah lebih mudah dinyatakan kepada pendengar.
·         Imajinasi pembicara lebih berkembang, ketika bertetap muka dengan pendengar.
·         Komunikasi lisan bersifat tatap muka jelas bersifat individual. Pengkhotbah berbicara secara individual kepada pendengar; dan mereka pun mendengar khotbah itu secara individual.
·         Komunikasi lisan bersifat tatap muka berjalan secara langsung dan seketika, ini lebih dinamis dan bersifat dialog. Unsur rasio dan emosi saling berkaitan, dan berkembang dengan hidup.
7.      Bahasa Lisan Yang Baik
Pengkhotbah perlu berupaya menggunakan bahasa lisan yang tepat, jelas, teratur, sopan, persuasif dan meyakinkan.
8.      Penampilan Seorang Pengkhotbah
Pengkotbah harus memilih pakaian dengan memperhatikan kondisi jemaat dan budaya setempat. Sikap pengkhotbah juga penting, pengkhotbah yang berjalan dengan tenang, rendah hati, sopan dan yang serius pasti akan memberi kesan yang lebih baik kepada pendengar.

9.      Kondisi Mimbar Yang Tidak Mendukung
Biasanya dialami oleh pengkhotbah tamu. Oleh itu, pengkhotbah harus bersikap tenang dan bijaksana, dan tidak membiarkan keadaan itu mempengaruhi suasana hatinya. Berusahalah memperbaiki kondisi ini dengan sopan dan tegas, kalau itu memang dapat dilakukan.
10.  Ketika Berada Di Atas Mimbar
Pengkhotbah haruslah terlebih dahulu membuka bagian Alkitab yang ingin dibaca. Tarik napas dalam-dalam satu atau dua kali dengan pelan-pelan. Dan pandanglah pendengar sebentar seolah-olah memberikan salam bertemu.
11.  Membaca Bagian Alkitab Yang Menjadi Dasar Khotbah
Pembacaan Alkitab berkaitan erat dengan tujuan khotbah. Alkitab boleh dibaca sebelum khotbah, atau setelah pengkhotbah memberikan sedikit pendahuluan yang memperkenalkan isi bagian Alkitab itu, asal dilakukan dengan tujuan yang jelas.
12.  Suara, Gerakan Tubuh, Anggota Tubuh, Serta Kontak Mata Dalam Penyampaian Khotbah
12.1  Suara
Suara adalah modal penting dalam komunikasi lisan. Pengkhotbah juga perlu memperhatikan titinada suara, kesesuaian antara titinada dengan isi khotbah, irama suara, panjangnya kalimat, jeda dan pengaturan napas, volume suara, penekanan yang tepat ketika mengucapakan sebuah kalimat, ucapan yang jelas dan tepat, dan kecepatan berbicara.
12.2   Gerakan Tubuh dan Anggota Tubuh
Gerakan tubuh dan anggota tubuh di sini mencakup ekspresi wajah, posisi berdiri dan isyarat tangan. Pendengar lebih percaya akan apa yang disampaikan melalui wajah atau gerakan anggota tubuh pengkhotbah daripada apa yang disampaikan melalui kata-katanya.
12.3  Kontak Mata
Kontak mata yang baik menunjukkan sikap yang bersungguh-sungguh. Dengan kontak mata, pengkhotbah memberi kesan bahwa ia berbicara kepada pendengar secara individual. Ini penting, sebab khotbah bukan ditujukan kepada suatu masa, tetapi disampaikan kepada setiap orang secara khusus.
13.  Apakah Naskah Khotbah Lama Boleh Disampaikan Kembali?
Naskah khotbah lama boleh disampaikan kembali, asalkan penggulangan itu berarti. Pengkhotbah harus minta pertolongan Tuhan sama seperti yang dia lakukan pada waktu khotbah itu pertama kali disampaikan. Dengan demikian akan ada ide baru dan semangat baru dalam penyampaian khotbah lama.
14.  Pemakaian LCD Dan Pencetakan Garis Besar Khotbah
Seharusnya garis besar dan isi khotbah ditayangkan sebagian demi sebagian sesuai dengan penyampaian khotbah dari mimbar. Adalah baik jika garis besar atau isi khotbah minggu lalu dicetak untuk menolong jemaat mengingat kembali apa yang didengar mereka.
15.  Terus Berjuang
Kerutinan dapat membuat seorang tidak maju-maju. Kesuksesan dapat membuat seorang sombong dan berhenti memperbaiki dirinya. Kesulitan dan tantangan juga mungkin menghentikan pelayanan seorang pengkhotbah. Namun demikian, jika seorang pengkhotbah bersedia menghadapi ini semua dengan sikap yang positif, maka dia pasti akan maju terus.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar