Latar Belakang Surat Efesus
Secara paling sederhana Perjanjian
Baru terdiri atas dua tema dasar: 1) bagaimana kita ditebus oleh Allah, dan 2)
bagaimana kita harus hidup sebagai umat tertebus itu. Pasal 1-3 (Ef. 1:1-3:21) secara umum membahas tema
yang pertama, sedangkan pasal 4-6 (Ef. 4:1-6:24) difokuskan pada yang kedua.
Pasal 4-6 (Ef 4:1-6:24) pada umumnya terdiri atas
arahan-arahan praktis bagi gereja mengenai tuntutan penebusan di dalam Kristus
atas kehidupan pribadi dan kehidupan orang percaya.[1]
Secara khusus bagian pertama pasal 4 ditandai dengan kesatuan: di situ
kata-kata “dalam Dia”, “oleh Dia” dan “kepada Dia” memainkan peranan penting. Bagian
pertama adalah pemberitaan, pengajaran dan doa. Bagian kedua pasal 4 ditandai
oleh keanekaragaman pelayanan, sikap, dosa, peraturan praktis. Bagian kedua ini
adalah nasihat. Bagian pasal 4 ini dimulai dengan “kesatuan jemaat” (4:1-16),
yang terdiri dari kesatuan Roh (4:1-6), Tuhan dan pelayan-pelayan-Nya (4:7-12)
dan pertumbuhan jemaat (4:13-16).[2]
Pasal 3 menjelaskan bagaimana kebenaran ini (Allah membawa
umat yang berbeda ke dalam sebuah gereja), telah tersembunyi berabad-abad,
tetapi sekarang telah dinyatakan kepada rasul-rasul dan nabi-nabi Kristen, dan
terutama kepada Paulus. Rasul ini kemudian berdoa lagi bagi para pembaca, supaya
mereka dapat mengenal kasih dan kuasa Allah.[7]
Gambaran
tersebut dapat dirincikan sebagai berikut; menyatakan hikmat Allah melalui gereja (3:1-13), dan
(3:14-21) berisi doa supaya orang percaya memperoleh kepuasan rohani.[8]
Pasal 4:1-6:20, Paulus menasihati mereka (jemaat Efesus)
untuk menyatakan ini melalui kekayaan ragam karunia yang telah diberikan
Kristus kepada gereja (4:1-16). Sisa dari pasal 4-6 ini memberikan petunjuk
praktis bagi kehidupan Kristen yang benar. Kebanyakan pembaca tersebut tadinya
orang bukan Yahudi, yang cara hidupnya sebelum bertobat perlu digantikan dengan
pola perilaku yang baru: “dan mengenakan manusia baru… di dalam kebenaran dan
kekudusan yang sesungguhnya.”[9]
Pembagian dalam pasal ini dapat dilihat sebagai berikut: (4:1-5:21) hidup baru
orang percaya yaitu selaras dengan maksud Allah bagi gereja (4:1-16), hidup
baru yang kudus (4:17-5:7), hidup sebagai anak-anak terang (5:8-14), hati-hati
dan penuh dengan Roh (5:15-21), hubungan rumah tangga orang percaya (5:22-6:9),
dan peperangan rohani orang percaya (6:10-20).[10]
Surat Efesus 4:17-32, Paulus membedakan orang-orang percaya dengan
orang-orang kafir, yang semuanya berasal dari Tuhan. Paulus menggambarkan
pemikiran orang-orang kafir dan menegaskan bahwa orang-orang percaya di Efesus
tidak belajar Kristus dengan jalan atau
tindakan seperti orang-orang kafir. Sementara itu digambarkan isi pengajaran
Kristus, Paulus mengingatkan mereka bahwa mereka harus menanggalkan manusia lama,
pikiran mereka yang terus-menerus dibaharui dan mengenakan manusia baru. Kebiasaan-kebiasaan
manusia lama dengan baik dijelaskan melalui deskripsi orang-orang kafir. Hal
yang kelihatan menjadi tegangan antara peristiwa terdahulu menanggalkan manusia
lama dan mengenakan manusia baru dan terus berlangsung pembaruan pola pikir.
Tulisan ini akan menjelaskan apa yang Paulus maksudkan dengan dua perintah yang
ditemukan dalam isi pengajaran Kristus. Dalam hal ini suatu perpindahan manusia
lama ke manusia baru dalam kehidupan orang-orang percaya tetapi menjadi hidup dalam
hidup baru, yang harus dibarui terus-menerus oleh Roh Kudus.
Surat Efesus ditutup dengan
sebuah panggilan untuk waspada secara rohani (6:10-20), yang merupakan salam
penutup surat Efesus dari penulis.[11]
Ayat-ayat terakhir pasal 6:21-24 yaitu pemberitahuan Paulus melalui utusannya,
Tikhikus seorang pelayan yang setia di dalam Tuhan dan salam Paulus kepada
jemaat Efesus. Salam Paulus berbunyi, “Damai sejahtera dan kasih dengan iman dari Allah, Bapa
dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai sekalian saudara. Kasih karunia
menyertai semua orang, yang mengasihi Tuhan kita Yesus Kristus dengan kasih
yang tidak binasa” (Efesus 6:23-24).
Surat Efesus
serupa dengan surat-surat Paulus lainnya, yang dibagi menjadi dua bagian utama:
doktrin atau teologi (pasal 1-3) dan tanggung jawab atau praktik-praktik (pasal
4-6). Setelah bagian pendahuluan (1:1-2)
bagian pertama memberikan pujian yang ditujukan secara langsung kepada Tuhan
untuk semua kebaikan rohani yang diberikan kepada setiap orang di dalam Kristus
(1:3-14), yang diikuti dengan segera oleh suatu penghargaan kepada para pembaca
untuk kasih dan iman mereka dan suatu permohonan untuk hikmat dan pewahyuan
(1:15-23). Para pembaca diingatkan mengenai hubungan mereka dengan Tuhan
sebelum dan sesudah pengubahan (2:1-10) dan penyatuan baru orang-orang Yahudi
dan orang-orang percaya bukan Yahudi yang sekarang dianggap satu manusia baru
yaitu gereja (2:11-22). Sebagai konsekuensi, hal ini tidak hanya rekonsiliasi
umat manusia kepada Tuhan tetapi juga antara orang-orang Yahudi dan orang-orang
percaya bukan Yahudi. Paulus dalam suatu bagian yang disisipkan menggambarkan
rahasia penyatuan orang Yahudi dan orang-orang percaya bukan Yahudi (3:1-13).[12]
Alkitab ditulis
untuk ditaati, bukan hanya untuk dipelajari, dan itulah sebabnya kata-kata
“sebab itu,” “itulah sebabnya,” dan “karena itu” sering diulang dalam bagian
kedua surat Efesus (4:1,17, 25; 5:1,7,14,17,24). Kenyataan bahwa orang percaya
telah dipanggil di dalam Kristus (Efesus 1:8) harus mendorong kita untuk hidup
dalam kesatuan (Efesus 4:1-16) dan telah dibangkitkan dari antara orang mati
(Efesus 2:1-10) harus mendorong kita untuk hidup dalam kekudusan (Efesus
4:17-5:17). Orang percaya hidup dalam Kristus, bukan mati di dalam dosa; oleh
karena itu orang percaya harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia
baru (ayat 22, 24). Tanggalkan jubah kematian dan kenakanlah jubah kehidupan![13]
Bagian kedua
surat Efesus adalah aplikasi atau praktik, yang menunjukkan bagaimana doktrin
terwujud dalam tingkah laku orang-orang percaya. Bagian ini dibagi lagi menjadi
enam bagian di mana lima bagian diperintahkan oleh kata perintah “hidup” (walk-περιπατέω) yang digunakan lima kali
bersama dengan kata penghubung inferensial “sebab itu” (therefore- ουν) yaitu: (1) hidup dalam kesatuan (Ef. 4:1-16); (2)
hidup dalam kekudusan dan tidak seperti orang-orang kafir (ay. 17-32); (3)
hidup dalam kasih serupa dengan Tuhan dan menghindar dari kelakuan jahat (Ef.
5:1-6); (4) hidup dalam terang dengan tidak terlibat dengan orang jahat dan
kelakuan orang-orang yang belum percaya (Ef. 5:7-14); dan (5) hidup dalam
hikmat yang dikendalikan oleh Roh Kudus dalam kehidupan mereka (Ef. 5:15-6:9).
Bagian keenam memulai dengan kata sifat artikulasi τό λοιπόν/ του λοιπού “akhirnya” (finally) yang menunjukkan bahwa hal ini adalah bagian akhir yang
Paulus ingin katakan sebelum mengakhiri suratnya. Di sini Paulus memerintahkan
supaya orang-orang percaya menjadi kuat dalam Tuhan supaya sanggup berdiri
melawan kuasa-kuasa jahat (Ef 6:10-20). Kesimpulan pendek menutup suratnya (Ef.
6:21-24).[14]
Dalam salam penutup surat ini, Paulus memakai empat ungkapan, yaitu damai
sejahtera, kasih, iman, kasih karunia. Yang paling mencolok adalah kasih
karunia dan damai sejahtera. Kedua ungkapan itu muncul di awal surat (Efesus
1:2), dan pada bagian akhir muncul lagi (Efesus 6:23-24). Akhir suratnya
diakhiri dengan doa pengharapan, kiranya semua anggota masyarakat baru milik
kepunyaan Allah itu hidup harmonis seperti kerabat kandung, welas asih,
sama-sama dalam damai sejahtera.
[1] Kitab
Efesus; diakses tanggal 8 Januari
2012;tersedia di http://www.sabda.org/sejarah/artikel/pengantar_full_life_efesus.htm; dikutip dari Donald C. Stamps (ed.), Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas dan LAI, 2000).
[2] J. L. Ch. Abineno, Tafsiran
Alkitab Surat Efesus, Cetakan kedelapan
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), 111.
[5] Philip Johnston, IVP Introduction
to the Bible (Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2011), 362.
[6] Stamps , Alkitab Penuntun
Hidup Berkelimpahan, Efesus, 1957.
[7] Johnston, IVP Introduction to
the Bible, 362.
[8] Stamps , Alkitab Penuntun
Hidup Berkelimpahan, Efesus, 1957.
[9] Johnston, IVP Introduction to
the Bible, 362.
[10] Stamps , Alkitab Penuntun
Hidup Berkelimpahan, Efesus, 1957.
[11] Johnston, IVP Introduction to
the Bible, 362.
[12] Harold W. Hoehner. Ephesians
An Exegetical Commentary (Grand Rapids: Baker Academic, 2002), 61,62.
[13] Warren W. Wierbe, Kaya di
dalam Kristus Tafsirat Surat Efesus (Bandung: Kalam Hidup, 2001), 102.
[14] Harold W. Hoehner, Ephesians
An Exegetical Commentary (Grand Rapids: Baker Academic, 2002), 62.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar