Good News

Kamis, 19 November 2015

Ringkasan Buku Sidjabat Pasal 2 Guru dan Kualitasnya oleh Hengki Wijaya

Pasal 2

GURU DAN KUALITASNYA

Prof. Hill (1982), gurulah yang membimbing peserta didik untuk belajar mengenal, memahami dan menghadapi dunia tempat ia berada. Dunia di sini termasuk dunia ilmu pengetahuan, dunia iman, dunia karya dan dunia sosial. Guru merupakan jembatan dan sekaligus agen yang memungkinkan peserta didik berdialog dengan dunianya.  Guru terpanggil untuk mendorong peserta didik menimba pengetahuan, pemahaman, atau bahkan memberi kontribusi bagi dunianya.
 Pendapat Earl V. Pullias dan James D. Young, dalam Guru Adalah Segala-galanya  artinya banyak segi dari kedudukan dan peranan guru dalam membentuk, membimbing, dan memerlengkapi anak didik. Guru terpanggil untuk tampil secara ideal namun bagaimanapun ia juga harus hidup secara realistis. Itu berarti bahwa tugas mengajar menuntut guru profesional.

Tondowidjojo (1985), ia mengemukakan bahwa sisi dasar yang tetap diperlukan guru sekarang ini ialah keutamaan hidup guru itu sendiri. Berbagai aspek itu antara lain ialah ketepatan, stabilitas, menegur dengan sopan, mawas diri, kesabaran, kesederhanaan, menghargai profesi, berprasangka yang baik, mengontrol kompetensi, memikirkan masa depan, humor yang sehat, ketenangan, melaksanakan tugas dengan baik, membuat persiapan yang baik, dan memiliki semangat iman.
Arthur W. Combs (1982), ia mengemukakan bahwa teori pengajaran yang perlu dikembangkan guru haruslah komprehensif, tepat, relevan, dan terbuka terhadap informasi baru. Guru dapat mengembangkan falsafahnya dengan belajar sendiri tentang keguruan, membaca, menulis, berinteraksi dengan orang lain (pakar), dari pengalaman pribadi, diskusi, bereksperimen, dan mengadakan inovasi.
Menurut Dr. T. Raka Joni (1989), kriteria mengukur profesionalisme guru dalam sistem pendidikan nasional yang perlu dikembangkan bukanlah semata-mata dari segi bayaran. Guru yang profesional sedikitnya harus memiliki ciri khas berikut, yakni: keterandalan layanan dan layanan khas itu, diakui dan dihargai oleh masyarakat dan pemerintah. Selanjutnya, suatu layanan dinyatakan dapat diandalkan apabila si pemberi layanan menguasai betul apa yang dikerjakannya dan si penerima layanan dapat memercayai kegunaannya didahulukan dalam proses pemberian layanan itu.
Brian V. Hill (1990) mengemukakan bahwa bila kita berbicara tentang kelayakan guru untuk mengajar, kita memang sepatutnya berhubungan dengan isu profesionalisme. Guru profesionalisme adalah pribadi-pribadi yang mampu melihat dirinya sebagai orang-orang terlatih, mengutamakan kepentingan orang lain dan tata kepada etika kerja, serta selalu siap menempatkan diri dalam memenuhi kebutuhan peserta didiknya. Guru professional juga melihat dirinya  sebagai pemelihara pengetahuan yang diakui oleh kebudayaan setempat yang berlaku.
 Empat dampak yang dihasilkan oleh konsep diri positif dalam kehidupan dan pekerjaan seorang guru yaitu: pertama¸ guru dapat berkembang secara sehat dalam relasi dengan orang lain. Ia mampu menerima orang lain sebaimana adanya, sadar bahwa ia pun memiliki kelebihan dan kekurangan (Roma 14:1;15:1-3); kedua, guru dapat bertumbuh dalam penerimaan akan dirinya, akan potensi-potensi positif dan negatif (kelemahan). Dengan kata lain ia mengembangkan persepsi diri yang

sehat, tidak dilanda oleh prasangka negatif (Roma 12:3,16); ketiga, guru dapat mengembangkan dirinya dalam kesediaan berkorban demi orang lain, serta menempatkan kepentingan orang lain terlebih dahulu; keempat, guru akan mampu mengembangkan kemampuan dan keterampilan pelayanannya dengan sikap percaya diri (Yoh. 16:11-13).
Bila dilihat dari segi kepentingan peserta didik, setiap guru terpanggil untuk memainkan  beberapa peranan penting dalam penuaian tugasnya yaitu :  
Pertama, sebagai seorang ahli. Tugas guru selalu membantu peserta didiknya untuk memahami bagaimana cara mendalami dan menguasai pelajaran yang akan atau sedang diikutinya. Meskipun  demikian, guru harus sadar bahwa setiap peserta didik tetap memiliki kesadaran tentang cara yang lebih cocok bagi dirinya sendiri untuk memahami pelajaran yang diikuti. Artinya, setiap orang memiliki model atau gaya belajar tersendiri untuk memeroleh pengetahuan. Sebagai seorang ahli, tugas guru juga termasuk mengajak peserta didik agar memeroleh pengetahuan, mengembangkan keterampilan belajar dan mengenal “kesadaran akan belajarnya yang khas”.

Kedua, guru sebagai motivator. Guru memberikan rangsangan motivasi, membangkitkan semangat dan perasaan mampu dalam diri peserta didik, yang selanjutnya diharapkan sanggup menggerakkan minatnya dalam melakukan perbuatan belajar.  Ketiga, sebagai fasilitator. Guru terpanggil untuk memahami kebutuhan atau keperluan peserta didik dalam proses belajar. Keempat, sebagai pemimpin. Guru sebagai pemimpin, mengelolah terjadinya peristiwa belajar. Kelima , sebagai komentator dan komunikator. Tugas guru adalah member penilaian terhadap kemajuan peserta didik, di samping itu guru juga menyampaikan informasi yang berguna (lihat Efesus 4:29;

Yakobus 3:9,10). Keenam, guru sebagai agen sosialisasi. Guru berupaya membantu peserta didik mengalami interaksi edukatif, saling mengenal dan saling mengisi melalui diskusi dan kerja kelompok. Ketujuh, sebagai pelajar. Seorang guru perlu tampil dengan kesegaran baru, segar dalam pengetahuan, kerohanian dan bahkan secara fisik.

Kent L. Johnson, dalam Called To Teach (Augsburg, 1984) mengemukakan bahwa sedikitnya ada enam segi kemampuan dan keterampilan yang harus dikembangkan guru yaitu: Pertama, segi kemampuan memahami dan menetapkan tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran memberikan arah ke mana peserta didik akan dibawa untuk mengalami perubahan. Kedua, segi kemampuan mengelolah kelas dengan baik. Pengelolaan ini merupakan tugas organisatoris dan manajerial setiap guru. Ketiga, segi kemampuan memilih metode mengajar yang cocok dengan tujuan dan bahan pengajaran. Keempat, segi kemampuan dan keterampilan dalam menyajikan pelajaran. Kelima, segi kemampuan menciptakan suasana belajar yang baik. Suasana yang menyenangkan menjadi faktor motivasi kuat bagi kelangsungan peristiwa belajar. Keenam, segi perencanaan dan pelaksanaan evaluasi.
Howard G. Hendricks (1988) mengemukakan ada enam segi kehidupan Yesus yang perlu diteladani oleh seorang guru Kristen, (1) Dalam segi kepribadian, Yesus memperlihatkan kesesuaian antara ucapan dan perbuatan; (2) Pengajarannya sederhana, realistis, tidak mengambang; (3) Yesus sangat mementingkan hubungan antara pribadi yang harmonis (relasional); (4) isi beritanya bersumber dari Dia yang mengutus-Nya (Mat. 11:27;Yoh. 5:19); (5) Motivasi kerja-Nya adalah Kasih (Yoh. 1:14; Filipi 2:5-11); (6) Metode-Nya bervariasi, namun sangat kreatif.

Ada dua hal penting yang patut menjadi perhatian utama kita sebagai guru Kristen adalah yang pertama mengenai kedudukan guru sebagai pribadi Kristen. Kedua, mengenai tugasnya sebagai pendidik dan  pengajar.
Peranan Roh Kudus melalui pembukaan diri ini sebenarnya dimungkinkan oleh kuasa Allah sendiri, sebagai pekerjaan Allah Roh Kudus yang membuat seseorang memberi respon positif terhadap berita Injil (bdg. Roma 1:16-17; 1Kor. 15:3-5). Dengan membuka diri, Roh Kudus berkenan hadir ke dalam hidup dan mendiami orang percaya. Dengan demikian, nyatalah permulaan orientasi hidup baru, perubahan hidup, pengertian rohani baru, kuasa dan hidup baru (Yoh. 3:3-5; Rm. 8:9-11; 2 Kor. 3:17-18;5:17).
Pola hidup yang efektif  memfokuskan Yesus sebagai pokok anggur dan kita menjadi rantingNya. Setiap orang Kristen yang telah lahir baru dan yang dipanggil keluar melalui pertobatan  dan menyerahkan  hidup kepada Kristus harus memiliki pola hidup atau gaya hidup yang berbeda  daripada kehidupan orang pada umumnya. Sebagai orang Kristen, guru terpanggil untuk ke arah pengenalan yang semakin mendalam dan lengkap tentang pribadi Yesus Kristus (bdg. Kolose 2:6-7;Galatia 2:19,20). Yesus sendiri adalah jalan, kebenaran dan hidup, pembawa orang kepada pengenalan yang sejati akan pribadi dan karya Allah (Yoh. 1:18; 14:6). Kebenaran akan membebaskan manusia seutuhnya (bdg. Yoh. 8:31-32;17:17).
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak (Yoh. 15:4-5). Untuk mewujudkan janji Yesus ini, maka pola hidup Kristen yang efektif yaitu (1) kehidupan doa (Maz. 84:11) sebagai persekutuan pribadi dengan Tuhan untuk mengetahui kehendak-Nya,

(2)mencintai Firman-Nya sebagai pelita bagi kaki dan terang bagi jalanku (Maz. 119:105),             (3)kerinduan yang dalam beribadah  dalam pujian dan penyembahan (Ibr. 10:25; Yoh. 4:23) dan    (4)kegerakan hidup dengan pimpinan Roh Kudus (Roma 8:1-9;Roma 12:11). Kita memahami bahwa orang Kristen adalah “orang yang memberikan dirinya secara penuh kepada Yesus Kristus (bdg. Kis. 11:26). Orang Kristen ialah orang yang percaya dan menyambut sepenuhnya kedudukan dan peranan Yesus sebagai Tuhan, Juruselamat dan Raja atas kehidupannya.
Kualitas guru ditinjau dari iman Kristen yaitu kedudukan dalam Kristus sebagai pribadi Kristen yang mengalami kelahiran baru dan jadi ciptaan baru dalam Kristus, menerima panggilan sebagai ketaatan kepada kehendak-Nya dan menyerahkan hidupnya kepada Tuhan dalam implikasinya memerlukan suatu pola hidup untuk mewujudkannya. Kualitas guru yang memiliki iman Kristen yang sejati apabila menjadikan Yesus satu-satunya fokus dan sumber pembelajaran dan pengajaran dalam hal ini bekerjasama dengan Roh Kudus untuk mengasihi Yesus Kristus yang membawa hidup kita melakukan kehendak Bapa (Yoh. 4:34).
Peranan Roh Kudus bagi seorang guru Kristen bukan hanya berlangsung dalam rangka pendewasaan iman dan peningkatan kualitas atau kesadaran akan kesucian hidup, tetapi juga di dalam rangka mengemban profesi sehari-hari. Seorang guru , sebagai pengajar iman Kristen memerlukan ketergantungan terhadap kuasa, urapan dan kehadiran Roh Kudus. Sebab Dialah yang sanggup membuka mata hati orang untuk memahami kebenaran (Efesus 3:16-18). Ia mampu meyakinkan dan menyadarkan para pendengarnya. Ia membuat interaksi di antara sesame anggota dalam kelompok belajar dinamis sehingga terasa hangat dan bermakna (Yoh.16:11-13;1Yoh. 2:20,27;3:24;1Kor. 2:14).





Tidak ada komentar:

Posting Komentar