Good News

Rabu, 04 November 2015

Khotbah: Jangan malas kalau mau makan dong (2 Tesalonika 3:1-16) by Hengki Wijaya

Shalom,

Banyak makan dan tergesa-gesa dalam istilah idiom bahasa Inggris dikenal sebagai PIG OUT. Istilah yang bila dipenggal menjadi PIG dan OUT. Banyak makan tetapi malas bekerja seperti "babi". Ini suatu contoh dari istilah idiom. Saat ini kita mendengar dari surat Paulus tentang kemalasan yang ada di dalam jemaat. Paulus mendengar bahwa ada jemaat yang tidak tertib hidupnya (tidak mengikuti aturan yang berlaku) atau mau seenaknya saja tanpa memerhatikan norma-norma yang berlaku. Paulus juga mendengar bahwa ada jemaat yang tidak bekerja melainkan sibuk sendiri dengan kepentingan diri sendiri yang sia-sia. Paulus tegas menegur kepada jemaat: jika tidak mau bekerja, janganlah ia makan.


Paulus menegaskan bahwa orang-orang Kristen harus menjauhkan diri dari setiap saudara yang tidak melakukan pekerjaannya dan tidak menurut ajaran yang telah diberikan oleh Paulus (ayat 6).  Jangan makan bila kamu malas (bekerja), 2 Tesalonika 3:1-16. Lihatlah semut yang bekerja mengumpulkan makanannya sehingga mereka tidak kelaparan.

Ada cerita seorang pengemis yang buntung tangannya datang ke sebuah rumah dan bertemu dengan tuan rumahnya. Dia seorang ibu dan ketika ia melihat pengemis itu sepertinya dia tidak menghiraukannya. Pengemis itu meminta sedekah kepada ibu itu untuk mengisi perutnya. Namun bukannya dapat duit malahan diminta angkat susunan batu merah yang ada di depan rumahnya masuk ke dalam rumahnya. Mendengar itu sontak pengemis mengelak dan rendah diri. "Ibu bukankah ibu lihat bahwa tanganku cuma satu dan tidak bisa mengangkat tumpukan batu merah itu." Dengan sedikit kesal ibu itupun mengambil batu merah itu dan membawanya dengan menggunakan satu tangannya. Karena melihat hal itu dan berpikir bahwa ibu itu tidak akan memberinya uang bila tidak mengangkat batu itu, maka dengan terpaksa dia mengangkat semua batu itu ke dalam rumah. Setelah pekerjaan itu selesai ibu itu pun memberinya uang Rp 20.000,- kepada pengemis itu dan pergilah pengemis itu dengan tertunduk kepala.

Sepuluh tahun kemudian datanglah lagi pengemis itu ke rumah ibu, tetapi penampilannya tidak lagi sebagai pengemis, tetapi sebagai pimpinan sebuah perusahaan yang besar. Dia datang untuk mengatakan kepada ibu bahwa apa yang diajarkannya saat itu telah mengubah hidupnya dalam hal berpikir bahwa sekalipun dia cacat namun dia memiliki kesempatan untuk bekerja, berjuang dan berhasil. Kisah di atas mengingatkan kita semua untuk rajin-rajin bekerja dan hal ini dibutuhkan supaya pekerjaan Injil menjadi lancar di muka bumi sebagai perwujudan Kerajaan Allah. Amin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar