Good News

Senin, 02 November 2015

Aplikasi Berpakaian dalam Kesederhanaan dan pengendalian Diri by Khornaylius Erlin

Aplikasi Kebenaran tentang Cara Berpakaian Menurut Alkitab
Kebenaran tentang cara berpakaian ini menegaskan cara hidup kudus melalui cara berpakaian dan penampilan yang sopan dan sederhana. Godaan terhadap nafsu tidak sekali dating dan terus berhenti, tetapi kontinu, agresif dan akan melakukan segala cara untuk membuat para laki-laki jatuh. Para perempuan punya pilihan untuk membantu laki-laki hidup kudus atau membantu nafsu menyelesaikan tugasnya. Aplikasi cara berpakaian dalam kehidupan pribadi orang percaya, gereja, dan masyarakat secara singkat dan jelas dijelaskan penulis di bawah ini.

Kesopanan Berpakaian: Kesederhanaan dan Pengendalian Diri
          Menurut 1 Timotius 2:9, para perempuan Kristen harus mengenakan pakaian yang sopan dengan kesederhanaan dan pengendalian diri. Dengan demikian apabila perempuan Kristen mengikuti tren masa kini yang tidak sopan, maka perempuan tersebut hidup dalam keduniawian. Dan yang menyedihkan adalah bentuk keduniawian ini sedang bertumbuh, khususnya di antara para perempuan yang masih muda (remaja).[1]
Firman Tuhan di dalam 1 Timotius 2:9-10, “Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik, seperti yang layak bagi perempuan yang beribadah.” Rasul Paulus menekankan kata-kata “kesederhanaan dan pengendalian diri.” Semua penampilan yang pantas adalah hasil dari hati yang takut akan Tuhan, di mana kesederhanaan dan penguasaan diri berasal.[2]
Maksud perkataan Paulus dalam 1 Timotius 2:9-10, Allah menghendaki perempuan Kristen berdandan dengan pantas dan sopan. Kata “pantas” dalam bahasa Yunani “aidos” mengandung arti merasa malu bila menampakan bagian tubuh. Berdandan secara tidak pantas yang mungkin menggairahkan keinginan yang tidak suci merupakan kesalahan yang sama besarnya dengan keinginan mesum yang terang-terangan.[3] Kesederhanaan berarti pantas. Itu artinya menghindari memakai pakaian atau perhiasan yang berlebihan atau menggoda secara seksual. Kesederhanaan adalah kerendahan hati yang ditampilkan lewat pakaian. Kesederhanaan adalah keinginan untuk melayani orang lain, khususnya para laki-laki, bukan untuk menonjolkan diri atau menggoda secara seksual. Sebaliknya tidak sederhana berarti lebih dari sekedar memakai rok pendek atau pakaian terbuka, tetapi suatu tindakan untuk menarik semua perhatian terpusat pada diri Anda di mana seharusnya Anda menjadikan Tuhan adalah pusat perhatian.[4]
          Bila cara berpakaian menjadi masalah perempuan maka para laki-laki juga mengalami godaan yang serupa. Sementara perempuan harus mengambil langkah-langkah yang benar untuk memastikan bahwa dia tidak aktif memikat seorang laki-laki untuk berbuat dosa (dalam hal ini mencakup cara berpakaian sederhana dalam konteks budaya sendiri), namun perempuan tidak bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang menyebabkan para laki-laki tersandung. Alkitab tidak membuat perempuan bertanggung jawab untuk kecenderungan manusia untuk nafsu. Yesus dengan jelas mengatakan bahwa nafsu (keinginan) tidak hanya terjadi secara fisik, tetapi hadir dalam pikiran dan batin manusia sehingga menginginkan sebelum melakukan perbuatan nafsu tersebut adalah dosa (Matius 5:27-28).
Pada saat laki-laki melihat bagian tubuh perempuan yang tidak seharusnya mereka lihat, seharusnya merekapun harus dapat mengendalikan diri mereka dan menjauh dari dosa, bukan malah membiarkan diri mereka untuk jatuh kedalam dosa. Seperti firman Tuhan di dalam Matius 5:28, “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang memandang perempuan, serta menginginkannya, sudah berzinah di dalam hatinya.” Hal itu berarti  melihat dan berpikir tentang pikiran dosa saja sudah berdosa. Selanjutnya Matius 5:29, “Maka jika matamu yang kanan menyesatkan engkau, cungkillah dan buanglah itu, karena lebih baik bagimu jika satu dari anggota tubuhmu binasa, daripada tubuhmu yang utuh dicampakan ke dalam neraka.” Misalnya sekadar melirik dengan mata dan menikmati apa yang diperlihatkan dan ditonjolkan oleh para perempuan dengan pakaian ketat dan minim mereka adalah dosa. Aplikasinya adalah bahwa satu lirikan tidak pernah memberi kepuasan dan hanya membangkitkan hasrat untuk melihat lebih banyak lagi, seperti halnya dengan pornografi. Nasihat Amsal 27:20 dalam terjemahan King James versi lama, “Neraka dan kebinasaan tidak pernah penuh; demikianlah mata manusia tidak pernah puas.” Selanjutnya, Roma 6:21, “Dan buah apakah yang kamu petik dari padanya? Semuanya itu menyebabkan kamu merasa malu sekarang, karena kesudahan semuanya itu ialah kematian.” Hanya kesenangan dosa sesaat pada akhirnya berbuah dosa dan rasa malu. Hal ini terjadi di awal manusia jatuh dalam dosa (Kejadian 3:6).[5]
Tanggung jawab para laki-laki menahan diri dari nafsu seksual dengan apa yang dilihatnya dan diinginkannya, sementara perempuan mengendalikan dirinya untuk tujuan yang sama yaitu tujuan kekudusan hidup. Menahan diri untuk tujuan kemuliaan Tuhan dan bukan diri sendiri. Para laki-laki lebih mudah terpengaruh dengan apa yang mereka lihat dibandingkan perempuan. Jadi godaan untuk jatuh lebih besar, namun demikian para laki-laki bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan tidak boleh menghakimi perempuan atas dasar penampilan dan cara berpakaian mereka, seperti halnya Adam menyalahkan Hawa atas perbuatannya di Taman Eden.
Aplikasi yang lebih luas adalah bahwa baik perempuan maupun laki-laki harus menghindari pakaian yang provokatif secara seksual, atau pakaian yang tidak sopan. Aturan umum yang praktis adalah bahwa pakaian harus membantu individu memuliakan Kristus dengan tidak mengganggu gaya hidup orang percaya dan perbuatan baik. Cara ini melihat kesopanan mengarah ke pandangan yang positif terhadap perempuan terutama karena berasumsi bahwa perempuan memiliki sesuatu yang lebih baik untuk menunjukkan kecantikan dari dalam, bukan untuk menunjukkan mereka sebagai penggoda yang berbahaya yang harus ditutup-tutupi sebanyak mungkin. Hal ini menjadi jawaban yang efektif untuk legalisme tanpa Kristus yang menentukan aturan tanpa mengatasi masalah di dalam hati manusia.[6]
Memuliakan Tuhan melalui Tubuh Kristus
Orang percaya mengakui tubuhnya adalah tubuh Kristus dan di dalam tinggal pribadi Roh Kudus. Di dalam Alkitab dinyatakan bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus (1 Korintus 6:19). Pada awalnya laki-laki dan perempuan disatukan sebagai suami istri dan hanya pada pasangannya sajalah mereka dapat memperlihatkan tubuh mereka, karena mereka telah dipersatukan di dalam pernikahan (Matius 19:5). Tetapi nyatanya tidak sedikit perempuan sekarang yang dengan sengaja memperlihatkan tubuh mereka pada laki-laki yang bukan suami mereka, hanya untuk memikat lawan jenis mereka ataupun hanya sekadar mengikuti perkembangan fashion (Roma 8:6-7). Perempuan harus terus menjaga kebebasan yang Tuhan berikan di dalam hidupnya dan memandang tubuhnya sebagai tubuh Kristus yang telah lunas dibayar dan memperlakukan tubuh ini sebagai tempat tinggal Roh Kudus. Tetapi nyatanya tidak sedikit perempuan yang menggunakan kebebasannya dengan sesuka hatinya, dan terjebak dengan budaya mode yang akhirnya melupakan budaya Kerajaan Allah (budaya Kristus). Tujuan Allah bukan untuk membuat kita bahagia; tetapi untuk membuat diri kita kudus.[7] Pada saat kita menjadi kudus secara otomatis kita akan hidup bahagia di dalam kekudusan itu.
Pemikiran yang keliru bahwa “Ini adalah tubuhku sendiri, jadi aku dengan bebas boleh melakukan apa pun yang aku inginkan.” Maka Paulus, dengan menggunakan dua metafora: Bait Allah dan pembelian budak juga pengajaran tentang Roh Kudus, menekankan bahwa tubuh orang Kristen bukanlah milik mereka sendiri tetapi milik Allah.[8] Sebagai pelayan Tuhan, dan sebagai Bait Allah rohani, orang percaya masa kini patut hidup dalam kekudusan yang sejati. Hidup dalam kekudusan berarti hidup memisahkan diri untuk Allah dan berusaha untuk menjadi serupa dengan Kristus.[9] Jadi tubuh yang mengenakan pakaian adalah milik Allah. Seperti orang percaya bercermin untuk melihat penampilannya maka mereka pun melihat tubuhnya sebagai tubuh Kristus.
Menuju kepada suatu kekudusan itu memang tidak mudah dan semuanya perlu proses, tetapi yang perlu dipertanyakan apakah setiap orang percaya mau diproses dan dibentuk oleh Tuhan? Penyucian adalah suatu proses perubahan yang terus belangsung menuju kekudusan yang dimulai ketika kamu menerima Kristus dan tidak berhenti. Kudus adalah terpisah, berbeda dari dunia yang penuh dosa di sekitarmu.[10] Berarti dalam hal fisik pakaian yang dikenakan akan mencerminkan apakah orang percaya berbeda dengan budaya dunia dan menjadi sama dengan budaya Kristus yaitu berpakaian sopan, pantas dan sederhana sebagaimana yang Alkitab maksudkan.
Bersaksi melalui Cara Berpakaian Anda
Sebagai perempuan Kristen yang sudah menerima Yesus sebagai Juruselamat yang hidup, tentu hidup orang Kristen tidak boleh sama dengan dunia ini, biarkanlah melalui hidup dan cara berpakaian yang sopan, orang percaya dapat memperkenalkan Yesus kepada orang lain yang belum percaya. Sebab perempuan yang mengasihi Juruselamatnya tidak memakai pakaian yang tidak pantas karena ia tidak mau perhatian orang teralih dari Injil atau dia menjadi kesaksian yang salah bagi Injil.[11]
Setiap orang percaya tidak perlu lagi berpakaian tidak sopan untuk mengikuti perkembangan tren pakaian yang ada. Hal itu tidak akan membuat orang percaya terlihat ketinggalan zaman atau menjadi perempuan yang tidak modis. Tentu Tuhan juga tidak ingin kita sebagai perempuan tidak dapat menjaga penampilan, tetapi yang perlu diingat adalah uji semuanya itu pada firman Allah di dalam Alkitab. Karena wanita yang rendah hati, yang sederhana, peduli dengan yang terhilang. Dan salah satunya melalui pakaiannya dapat mencerminkan kepeduliannya.[12]



[1] Jerry Bridges, Dosa-dosa yang Dianggap Pantas (Jakarta: Pionir Jaya, 2008), 194.
[2] Mahaney, 123.
[3] Donald C. Stamps,ed., Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2000), 2021.
[4] Mahaney, 123.
[5] Bridges, Dosa-dosa yang Dianggap Pantas, 195.
[6] Lita Cosner, “Does God Care What I Wear?” diakses 15 Februari 2015, http://creation.com/clothes.

[7] Hayley Dimarco, Sexy Girls, Seseksi Apa yang Terlalu Seksi? (Bandung: Pionir Jaya, 2011),117.
[8] Pancha Wiguna Yahya, “Tubuh adalah bagi Tuhan: Sebuah Tinjauan Eksegesis 1 Korintus 6:12-20,” Veritas 14, no. 2 (Oktober 2013): 250.
[9] Herman Lesmana dan Robi Panggarra, “Makna Bait Allah dalam 1 Korintus 3:16-17 dan Implikasinya dalam O rang Percaya Masa Kini,” Jurnal Jaffray 12, no. 1 (April 2014): 153.
[10] Dimarco, 116.
[11] Mahaney, 144.
[12] Ibid., 144.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar