Good News

Selasa, 10 November 2015

Ringkasan BAB I Buku Homiletik Pdt. Dr. Hasan Susanto

BAB I
JATI DIRI, PERSYARATAN, DAN PERSIAPAN SEORANG PENGKHOTBAH
1.      Jati Diri Seorang Pengkhotbah
Seorang pengkhotbah harus mengenal dirinya sendiri karena hal ini mengacu pada pengenalan masyarakat (budaya—belum tentu budaya masyarakat sesuai dengan ajaran Alkitab), gereja (konsep—seringkali orang Kristen maupun pemimpin, mempunyai konsep yang tidak tepat akan pengkhtobah) dan dirinya terhadap pelayanan dan jabatan pengkhotbah. Beberapa gambaran dalam Alkitab yang berkaitan dengan jati diri seorang pengkhotbah.

1.1              Seorang Utusan Injil
Dalam Perjanjian Baru, rasul adalah utusan Injil yang dikirim untuk menyebarkan Kabar Baik. Oleh itu, pengkhotbah harus giat memberitakan Injil.
1.2              Seorang  Nabi
Pengkhotbah melayani sebagai seorang nabi. Oleh itu, pengkhotbah lebih dikenal sebagai hamba Tuhan yang menjelaskan petunjuk-Nya. Seorang nabi pastilah seorang yang dipanggil Allah. maka ia harus berbicara dengan berani.
1.3              Seorang Gembala
Sama seperti gembala, pengkhotbah menjaga, memelihara, dan menuntun domba-dombanya. Pengkhotbah harus selalu berusaha mencukupi berbagai kebutuhan domba-domba. Pengkhotbah harus selalu waspada terhadap semua hal yang dapat membahayakan domba-dombanya, termasuk ajaran sesat dan guru palsu yang berusaha memikat hati domba-dombanya. Pengkhotbah harus siap menghadapi semua musuh tanpa gentar.
1.4              Seorang Pengajar
Pengkhotbah harus mempunyai pengetahuan yang luas dan mencakup bidang-bidang lain, dan bukan hanya terbatas pada isi Alkitab. Ini bertujuan untuk mendukung penulisan dan penyampaian khotbah. Oleh itu sebagai pengajar, pengkhotbah harus berkhotbah dengan jelas.
1.5              Seorang Saksi
Pengkhotbah adalah saksi Tuhan. Oleh itu, pengkhotbah harus mengalami kuasa kebangkitan Tuhan Yesus, karena ini berarti dia sudah percaya Tuhan Yesus dan sudah dilahirkan kembali oleh Roh Kudus. Bersama Tuhan Yesus, dia sudah bangkit dari orang mati. Dan sebagai saksi, kehidupannya harus menyatakan kebangkitan Tuhan Yesus.

2.      Persyaratan Seorang Pengkhotbah
2.1              Hubungan yang Dekat dengan Tuhan
·         Hidup baru
·         Sikap yang selalu bersandar pada Tuhan
·         Keyakinan yang kokoh
·         Ada kerinduan melayani Tuhan
2.2              Moralitas
Pengkhotbah harus adalah seorang yang bermoral tinggi karena pengkhotbah adalah rohaniwan yang dihormati masyarakat dan dipercayai umat.
2.3              Kepribadian
Kepribadian yang dimaksudkan adalah segala sifat yang dimiliki seseorang sebelum dan setelah dia lahir. Seorang yang terpanggil menjadi pengkhotbah seharusnya adalah seorang yang sungguh mengasihi Allah. dan kasih ini seharusnya terbukti dalam kasihnya kepada sesama manusia. Ini menjadi sebagian kepribadiannya. Untuk mengubah kepribadian sesuai kehendak Allah, dibutuhkan pertolongan Roh Kudus.

3.      Persiapan Seorang Pengkhotbah
3.1              Membaca Alkitab dengan Teratur
·         Pembacaan yang cepat
·         Pembacaan dengan kecepatan biasa
·         Pembacaan yang bersifat merenungkan
·         Pembacaan yang membandingkan
·         Pembacaan topika
·         Pembacaan berkombinasi
·         Pembacaan intensif
3.2              Kehidupan Berdoa
Kehidupan berdoa harus diprioritaskan pengkhotbah. Sebagai pemimpin rohani yang menggembalakan umat Tuhan, pengkhotbah harus ekstra tekun dalam hal doa. Kesibukan tidak boleh menjadi penghalang atau mengurangi waktu doa.
3.3              Giat Melayani di Ladang Tuhan
Giat melayani Tuhan adalah bukti seorang dipanggil Tuhan terjun ke dalam ladang-Nya, dan dia bersukacita serta berhasil di dalam pelayanan.
3.4              Mencari Pengalaman Kehidupan
Hal ini penting karena pengalaman kehidupan mempengaruhi wawasan pengkhotbah. Selain itu, khotbah dari mulut penkhotbah yang mempunyai banyak pengalaman hidup pasti lebih disukai pendengar.
3.5              Pendidikan Formal
Membantu mendapatkan informasi dan cara belajar yang cepat, karena pelajar dididik secara sistematis oleh pengajar menurut kurikulum yang telah disusun dengan rapi.
3.6              Pendidikan Informal
Pengkhotbah harus tetap perlu melengkapi dan meneruskan pendidikannya dengan cara belajar sendiri.
3.7              Mengembangkan Kesanggupan Berkomunikasi
Seorang yang mengenal komunikasi dan orasi pasti akan lebih efektif dalam hal berkhotbah. Pengkhotbah harus percaya bahwa Tuhan bekerja di dalam dia melalui kepandaian dan kemampuan yang diberikan-Nya, dan ini termasuklah kemampuan berkomunikasi yang perlu dikembangkan.
3.8              Menjadi Diri yang Unik
Setiap pengkhotbah mempunyai potensi unik yang harus dikembangkan, karena keunikan merupakan pemberian Allah.
3.9              Menjaga Kesehatan Jasmaniah
Kesehatan jasmaniah adalah salah satu modal pengkhotbah, selain kesehatan rohani dan jiwa. Semua ini menunjang kesuksesan pelayanan seorang pengkhotbah.
3.10          Bersikap Waspada dan Berpikiran Positif
Menerima tugas pelayanan di atas mimbar berarti menerima tugas yang penuh tantangan dan godaan. Jadi pengkhotbah harus bersikap waspada dan berpikiran positif, karena sikap waspada membuat pengkhotbah berhati-hati terhadap semua hal yang kelihatan menarik dan menguntungkan, dan sikap waspada ini perlu diimbangi dengan pikiran positif.
·         Kerutinan
Ketika timbul perasaan rutin, maka adalah sulit mengharapkan pengkhotbah melayani dengan semangat dan berupaya mencari inovasi.
·         Terlepas dari Pendengar atau Masyarakat
Ketika pengkhotbah tidak mengenal pendengarnya, apa yang dibicarakannya tidak akan memenuhi kebutuhan mereka.
·         Pujian
Pujian dari manusia tidak perlu membuat pengkhotbah lupa daratan, sebab pujian sering datang dan pergi seperti tiupan angin.
·         Perasaan Gagal
Timbul disebabkan tidak mendapat respons yang diharapkan ataupun berkaitan dengan kondisi fisik pengkhtobah itu sendiri.
·         Beberapa Kelemahan yang Sering Ditemukan pada Pengkhotbah
§  Menyampaikan khotbah dengan tujuan menyenangkan pendengar
§  Bersikap tidak hormat kepada pendengar
§  Khotbah disampaikan dengan maksud menyerang sebagian pendengar
§  Sering merefleksikan apa yang sedang dialaminya


Tidak ada komentar:

Posting Komentar