BAB III
APAKAH KHOTBAH PERLU DIBAGI MENJADI
KHOTBAH TEKSTUAL, EKSPOSITORI DAN TOPIKAL?
1.
Pembagian
Jenis Khotbah Sebelum Tahun 1975
Menurut John A. Broadus
dalam bukunya On Preparation and Delivery
of Sermons, dan James Braga dalam
bukunya How to Prepare Bible Messages
khotbah dibagikan menurut kategori struktur homiletikal.
1.1
Berdasarkan
struktur homiletikal:
·
Khotbah tekstual
Broadus: Bagian Alkitab
yang dikhotbahkan memberi subjek dan pembagian utama kepada isi khotbah.
Braga: “…suatu khotbah
yang bagian-bagian utamanya diperoleh dari satu teks yang terdiri atas satu
bagian Alkitab yang pendek. Setiap bagian ini dipakai sebagai suatu garis
saran, dan teks memberikan tema khotbah itu”.
·
Khotbah topikal
Broadus: Khotbah yang
mendapat pembagian isi khotbah dari topik atau subjek.
Braga: Khotbah yang
bagian-bagian utamanya diambil dari topik atau pokoknya, lepas dari teks”.
·
Khotbah tekstual-topikal
Mendapat pembagian isi
khotbahnya dari suatu bagian Alkitab dan topik.
·
Khotbah ekspositori
Broadus: Khotbah yang
isi utamanya merupakan eksposisi Alkitab.
Braga: Khotbah
ekspositori adalah suatu khotbah di mana suatu bagian Alkitab yang pendek atau
panjang diartikan dalam hubungan dengan suatu tema atau pokok”.
1.2
Berdasarkan
subjek:
·
Khotbah yang berkaitan dengan teologi
·
Khotbah yang berkaitan dengan etik
·
Khotbah yang berkaitan dengan program
gereja
2.
Sedikit
Tanggapan Atas Pembagian Tradisional Jenis Khotbah
2.1
Dilihat
Dari Sudut Penafsiran
Berapapun ayat yang
dikhotbahkan perlu ditafsirkan dengan teliti. Mutu penafsiran dalam khotbah
dinilai dari asumsi, prinsip dan metode yang dipakai pengkhotbah.
2.2
Dilihat
Dari Sudut Logika Khotbah Topikal
Braga berpendapat, bagian-bagian
utama khotbah topikal harus disusun menurut logika atau kronologi. Prinsip ini
perlu dipakai dengan hati-hati. Pengkhotbah harus bersikap waspada agar tidak
terlalu mengandalkan sebuah teologi untuk menentukan pemilihan bagian-bagian
Alkitab.
2.3
Dilihat
Dari Sudut Komunikasi
Pengkhotbah perlu
menyusun hasil tafsirannya dengan pola yang komunikatif. Sebagian sarjana,
struktur homiletikal hanya terbatas pada khotbah tekstual, ekspositori dan
topikal. Hal ini perlu ditanggapi yaitu:
·
Sebenarnya pengkhotbah belum dapat
memastikan memakai bentuk khotbah mana sebelum selesai menafsir dengan teliti
bagian Alkitab yang ingin dikhotbahkan.
·
Ada banyak macam bentuk khotbah, maka
pengkhotbah harus terus membangun inovasinya.
·
Struktur homiletikal dan bentuk khotbah
yang ditulis Broadus tidak perlu dibedakan. Jadi lebih baik pengkhotbah tidak
terikat dengan pembagian khotbah seperti struktur homiletikal.
·
Tidak benar bahwa ada struktur
homiletikal yang lebih baik daripada yang lain.struktur homiletikal yang baik
adalah yang mengungkapkan isi Alkitab dengan jelas.
·
Setiap pengkhotbah harus berusaha
mencari kemungkinan lain dalam penyusunan dan penyampaian khotbah. Hal ini
menunjukkan inovasi pengkhotbah.
2.4
Dilihat
Dari Sudut Pembagian Garis Besar
·
Khotbah Deduktif
Biasanya kesimpulan
disampaikan dengan utuh oleh pengkhotbah pada awal khotbah. Dalam batang
khotbah itu, kesimpulan diuraikan dan dibahas dengan cara menjelaskan,
membuktikan dan mengaplikasikan. Kemudian dalam bagian penutup, kesimpulan ini
diulang sekali lagi.
·
Khotbah Induktif
Kesimpulan tidak
seluruhnya diungkapkan pada pendahuluan khotbah. Bergerak dari pendahuluan,
pengkhotbah mulai membicarakan sebagian kesimpulan pada butir pertama. Butir
pertama mengembangkan pertanyaan atau pemikiran yang dijawab atau dibahas dalam
butir kedua dan demikian seterusnya sampai akhirnya kesimpulan dibuat pada
akhir khotbah.
·
Khotbah Semiinduktif
Pengkhotbah
mencantumkan topik atau kata penting (bukan seluruh kesimpulan) di bagian awal
khotbahnya. Butir-butir dalam khotbahnya dihubungkan langsung dengan topik.
Butir-butir ini boleh dikatakan tidak ada hubungan yang erat satu dengan yang
lain, sehingga boleh berdiri sendiri. Dalam garis besar ini, pengkhotbah dapat
menyimpulkan khotbahnya pada butir akhir dan dengan demikian dapat mencapai
klimaks dengan baik.
3.
Beberapa
Penyebab Perubahan Dalam Dunia Homiletik
Saah satu faktor yang mendorong terjadinya perubahan ini
adalah makin populernya berbagai media massa elektronik. Sejak pertengahan
tahun 1970-an timbul semacam ketidakpuasan terhadap keterbatasan bentuk khotbah
atau gaya berkhotbah pola lama. Ada keinginan dari sebagian pengkhotbah
mengadakan penerobosan dalam bentuk khotbah atau gaya berkhotbah. Bersamaan
dengan majunya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu psikologi dan ilmu
komunikasi, pengkhotbah modern melihat kemungkinan-kemungkinan baru dalam
pelayanan berkhotbah. Bersama dengan ini, dunia penafsiran juga makin maju. Hal
ini menambah pemahaman para penafsir akan kekayaan Alkitab, juga meningkatkan
unsur kesastraan dan retorika dalam khotbah yang disampaikan pengkhotbah.
Khotbah bukan lagi pelayanan yang perlu diseragamkan. Setiap khotbah itu unik,
dan lingkungan di mana khotbah disampaikan juga unik.
4.
Dampak
Perubahan dalam Dunia Homiletik
·
Khotbah yang membiarkan gaya sastra,
alur dan fungsi bagian Alkitab menentukan gaya sastra, alur dan fungsi khotbah
·
Khotbah sama seperti empat halaman pengkhotbah
·
Khotbah sama seperti suatu plot dan gerakan
·
Khotbah dari “kok” sampai “yeah”
·
Khotbah bergerak dari kenaifan pertama,
melewati pemikiran yang serius dan menuju kenaifan kedua
·
Khotbah sama seperti gambaran yang bergerak
·
Khotbah yang bersumber dari seni
·
Khotbah yang berkembang sama seperti
penulis mengembangkan novel
·
Khotbah sama seperti penggambaran
seorang tokoh Alkitab
·
Khotbah sama seperti penyusunan kembali
potongan-potongan gambar
5.
Khotbah
Naratif
Muncul berhubungan dengan
perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya masyarakat yang sudah
berkembang. Orang Israel berpikir dengan pola cerita. Ajaran mereka disampaikan
melalui cerita. Cerita disampaikan dengan cara berulang-ulang agar pendengar
dapat mengingat. Begitu juga halnya dengan khotbah naratif yaitu disampaikan
dalam bentuk narasi agar pendengar dapat mengingat isi khotbah yang disampaikan.
Dan tujuan khotbah naratif adalah menyampaikan cerita dalam Alkitab melalui
narasi, atau lebih tepat adalah untuk menyampaikan ajaran Alkitab melalui
narasi.
6.
Contoh
Bentuk Khotbah Yang Tidak Sama
6.1
Khotbah Ekspositori Klasik dengan Garis
Besar Butir Per butir atau Linear
6.2
Khotbah Naratif
6.3
Khotbah dengan Gaya yang Lain
7.
Kesimpulan
·
Pembagian jenis khotbah tradisional,
seperti khotbah topikal, tekstual dan ekspositori, memang mempunyai sejarah
yang panjang. Namun, terdapat konsep yang kurang tepat. William D. Thompson Preaching biblically, dengan tepat
menunjukkan bahwa isi khotbah yang sesuai dengan Alkitab lebih penting daripada
struktur homiletikalnya.
·
Dasar khotbah adalah Alkitab, maka semua
khotbah membutuhkan penafsiran Alkitab. Khotbah boleh berbeda dalam bentuk
penyampaiannya, tetapi tidak berbeda dalam isi ajarannya.
·
Perbedaan di antara khotbah topikal
dengan khotbah tekstual dan ekspositori terletak pada pendekatan yang digunakan
pengkhotbah ketika dia mencari jawaban dari Alkitab.
·
Hadirnya khotbah naratif berhubungan
dengan upaya gereja menarik perhatian pendengar radio atau pemirsa televisi.
Pengkhotbah dituntut mencari pola baru yang kreatif dan efektif. Hanya usaha
ini janganlah menjadi alasan bagi pengkhotbah melupakan kuasa dan pertolongan
Roh Kudus.
·
Pengkhotbah harus memberi perhatian yang
memadai kepada unsur komunikasi. Komunikasi perlu dikembangkan dengan kreatif
dan bentuk khotbah haruslah cocok dengan gaya kesastraan bagian Alkitab yang
dikhotbahkan.
·
Demi kepentingan jangka panjang, mungkin
perlu memikirkan istilah-istilah lain untuk mengganti istilah-istilah yang kini
sedang dipakai. Ini bukan saja untuk menghindari salah paham, para pengkhotbah
juga dapat terus diingatkan secara tidak langsung akan unsur penting dalam
khotbah, yaitu penafisran dan komunikasi.
·
Setiap orang Kristen harus bersyukur
kepada Tuhan atas sabda-Nya yang begitu kaya dan karunia yang diberikan kepada
hamba-Nya untuk dapat berkreativitas. Itu sebabnya pada bagian Alkitab yang
sama, bahkan pada ayat yang sama, dapat dibuatkan khotbah yang berbeda dengan
pendekatan yang berbeda.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar