Good News

Selasa, 10 November 2015

Ringkasan Bab III Buku Homiletik Pdt. Dr. Hasan Susanto, Th.M

BAB III
APAKAH KHOTBAH PERLU DIBAGI MENJADI KHOTBAH TEKSTUAL, EKSPOSITORI DAN TOPIKAL?
1.      Pembagian Jenis Khotbah Sebelum Tahun 1975
Menurut John A. Broadus dalam bukunya On Preparation and Delivery of Sermons, dan  James Braga dalam bukunya How to Prepare Bible Messages khotbah dibagikan menurut kategori struktur homiletikal.
1.1              Berdasarkan struktur homiletikal:
·         Khotbah tekstual
Broadus: Bagian Alkitab yang dikhotbahkan memberi subjek dan pembagian utama kepada isi khotbah.
Braga: “…suatu khotbah yang bagian-bagian utamanya diperoleh dari satu teks yang terdiri atas satu bagian Alkitab yang pendek. Setiap bagian ini dipakai sebagai suatu garis saran, dan teks memberikan tema khotbah itu”.
·         Khotbah topikal
Broadus: Khotbah yang mendapat pembagian isi khotbah dari topik atau subjek.
Braga: Khotbah yang bagian-bagian utamanya diambil dari topik atau pokoknya, lepas dari teks”.
·         Khotbah tekstual-topikal
Mendapat pembagian isi khotbahnya dari suatu bagian Alkitab dan topik.
·         Khotbah ekspositori
Broadus: Khotbah yang isi utamanya merupakan eksposisi Alkitab.
Braga: Khotbah ekspositori adalah suatu khotbah di mana suatu bagian Alkitab yang pendek atau panjang diartikan dalam hubungan dengan suatu tema atau pokok”.
1.2              Berdasarkan subjek:
·         Khotbah yang berkaitan dengan teologi
·         Khotbah yang berkaitan dengan etik
·         Khotbah yang berkaitan dengan program gereja


2.      Sedikit Tanggapan Atas Pembagian Tradisional Jenis Khotbah
2.1              Dilihat Dari Sudut Penafsiran
Berapapun ayat yang dikhotbahkan perlu ditafsirkan dengan teliti. Mutu penafsiran dalam khotbah dinilai dari asumsi, prinsip dan metode yang dipakai pengkhotbah.
2.2              Dilihat Dari Sudut Logika Khotbah Topikal
Braga berpendapat, bagian-bagian utama khotbah topikal harus disusun menurut logika atau kronologi. Prinsip ini perlu dipakai dengan hati-hati. Pengkhotbah harus bersikap waspada agar tidak terlalu mengandalkan sebuah teologi untuk menentukan pemilihan bagian-bagian Alkitab.
2.3              Dilihat Dari Sudut Komunikasi
Pengkhotbah perlu menyusun hasil tafsirannya dengan pola yang komunikatif. Sebagian sarjana, struktur homiletikal hanya terbatas pada khotbah tekstual, ekspositori dan topikal. Hal ini perlu ditanggapi yaitu:
·         Sebenarnya pengkhotbah belum dapat memastikan memakai bentuk khotbah mana sebelum selesai menafsir dengan teliti bagian Alkitab yang ingin dikhotbahkan.
·         Ada banyak macam bentuk khotbah, maka pengkhotbah harus terus membangun inovasinya.
·         Struktur homiletikal dan bentuk khotbah yang ditulis Broadus tidak perlu dibedakan. Jadi lebih baik pengkhotbah tidak terikat dengan pembagian khotbah seperti struktur homiletikal.
·         Tidak benar bahwa ada struktur homiletikal yang lebih baik daripada yang lain.struktur homiletikal yang baik adalah yang mengungkapkan isi Alkitab dengan jelas.
·         Setiap pengkhotbah harus berusaha mencari kemungkinan lain dalam penyusunan dan penyampaian khotbah. Hal ini menunjukkan inovasi pengkhotbah.
2.4              Dilihat Dari Sudut Pembagian Garis Besar
·         Khotbah Deduktif
Biasanya kesimpulan disampaikan dengan utuh oleh pengkhotbah pada awal khotbah. Dalam batang khotbah itu, kesimpulan diuraikan dan dibahas dengan cara menjelaskan, membuktikan dan mengaplikasikan. Kemudian dalam bagian penutup, kesimpulan ini diulang sekali lagi.
·         Khotbah Induktif
Kesimpulan tidak seluruhnya diungkapkan pada pendahuluan khotbah. Bergerak dari pendahuluan, pengkhotbah mulai membicarakan sebagian kesimpulan pada butir pertama. Butir pertama mengembangkan pertanyaan atau pemikiran yang dijawab atau dibahas dalam butir kedua dan demikian seterusnya sampai akhirnya kesimpulan dibuat pada akhir khotbah.
·         Khotbah Semiinduktif
Pengkhotbah mencantumkan topik atau kata penting (bukan seluruh kesimpulan) di bagian awal khotbahnya. Butir-butir dalam khotbahnya dihubungkan langsung dengan topik. Butir-butir ini boleh dikatakan tidak ada hubungan yang erat satu dengan yang lain, sehingga boleh berdiri sendiri. Dalam garis besar ini, pengkhotbah dapat menyimpulkan khotbahnya pada butir akhir dan dengan demikian dapat mencapai klimaks dengan baik.

3.      Beberapa Penyebab Perubahan Dalam Dunia Homiletik
Saah satu faktor  yang mendorong terjadinya perubahan ini adalah makin populernya berbagai media massa elektronik. Sejak pertengahan tahun 1970-an timbul semacam ketidakpuasan terhadap keterbatasan bentuk khotbah atau gaya berkhotbah pola lama. Ada keinginan dari sebagian pengkhotbah mengadakan penerobosan dalam bentuk khotbah atau gaya berkhotbah. Bersamaan dengan majunya ilmu pengetahuan, khususnya di bidang ilmu psikologi dan ilmu komunikasi, pengkhotbah modern melihat kemungkinan-kemungkinan baru dalam pelayanan berkhotbah. Bersama dengan ini, dunia penafsiran juga makin maju. Hal ini menambah pemahaman para penafsir akan kekayaan Alkitab, juga meningkatkan unsur kesastraan dan retorika dalam khotbah yang disampaikan pengkhotbah. Khotbah bukan lagi pelayanan yang perlu diseragamkan. Setiap khotbah itu unik, dan lingkungan di mana khotbah disampaikan juga unik.
4.      Dampak Perubahan dalam Dunia Homiletik
·         Khotbah yang membiarkan gaya sastra, alur dan fungsi bagian Alkitab menentukan gaya sastra, alur dan fungsi khotbah
·         Khotbah sama seperti empat halaman pengkhotbah
·         Khotbah sama seperti suatu plot dan gerakan
·         Khotbah dari “kok” sampai “yeah”
·         Khotbah bergerak dari kenaifan pertama, melewati pemikiran yang serius dan menuju kenaifan kedua
·         Khotbah sama seperti gambaran yang bergerak
·         Khotbah yang bersumber dari seni
·         Khotbah yang berkembang sama seperti penulis mengembangkan novel
·         Khotbah sama seperti penggambaran seorang tokoh Alkitab
·         Khotbah sama seperti penyusunan kembali potongan-potongan gambar

5.      Khotbah Naratif
Muncul berhubungan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya masyarakat yang sudah berkembang. Orang Israel berpikir dengan pola cerita. Ajaran mereka disampaikan melalui cerita. Cerita disampaikan dengan cara berulang-ulang agar pendengar dapat mengingat. Begitu juga halnya dengan khotbah naratif yaitu disampaikan dalam bentuk narasi agar pendengar dapat mengingat isi khotbah yang disampaikan. Dan tujuan khotbah naratif adalah menyampaikan cerita dalam Alkitab melalui narasi, atau lebih tepat adalah untuk menyampaikan ajaran Alkitab melalui narasi.

6.      Contoh Bentuk Khotbah Yang Tidak Sama
6.1              Khotbah Ekspositori Klasik dengan Garis Besar Butir Per butir atau Linear
6.2              Khotbah Naratif
6.3              Khotbah dengan Gaya yang Lain
7.      Kesimpulan
·         Pembagian jenis khotbah tradisional, seperti khotbah topikal, tekstual dan ekspositori, memang mempunyai sejarah yang panjang. Namun, terdapat konsep yang kurang tepat. William D. Thompson Preaching biblically, dengan tepat menunjukkan bahwa isi khotbah yang sesuai dengan Alkitab lebih penting daripada struktur homiletikalnya.
·         Dasar khotbah adalah Alkitab, maka semua khotbah membutuhkan penafsiran Alkitab. Khotbah boleh berbeda dalam bentuk penyampaiannya, tetapi tidak berbeda dalam isi ajarannya.
·         Perbedaan di antara khotbah topikal dengan khotbah tekstual dan ekspositori terletak pada pendekatan yang digunakan pengkhotbah ketika dia mencari jawaban dari Alkitab.
·         Hadirnya khotbah naratif berhubungan dengan upaya gereja menarik perhatian pendengar radio atau pemirsa televisi. Pengkhotbah dituntut mencari pola baru yang kreatif dan efektif. Hanya usaha ini janganlah menjadi alasan bagi pengkhotbah melupakan kuasa dan pertolongan Roh Kudus.
·         Pengkhotbah harus memberi perhatian yang memadai kepada unsur komunikasi. Komunikasi perlu dikembangkan dengan kreatif dan bentuk khotbah haruslah cocok dengan gaya kesastraan bagian Alkitab yang dikhotbahkan.
·         Demi kepentingan jangka panjang, mungkin perlu memikirkan istilah-istilah lain untuk mengganti istilah-istilah yang kini sedang dipakai. Ini bukan saja untuk menghindari salah paham, para pengkhotbah juga dapat terus diingatkan secara tidak langsung akan unsur penting dalam khotbah, yaitu penafisran dan komunikasi.
·         Setiap orang Kristen harus bersyukur kepada Tuhan atas sabda-Nya yang begitu kaya dan karunia yang diberikan kepada hamba-Nya untuk dapat berkreativitas. Itu sebabnya pada bagian Alkitab yang sama, bahkan pada ayat yang sama, dapat dibuatkan khotbah yang berbeda dengan pendekatan yang berbeda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar