Good News

Selasa, 10 November 2015

Perdebatan mengenai Kebangkitan Yesus oleh Michael Licona dan Stephen Patterson

Perdebatan mengenai Kebangkitan Yesus[1]
Penjelasan yang membuktikan kebangkitan Yesus secara fisik
Perdebatan mengenai kebangkitan Yesus didasarkan dua prinsip interpretasi atau penafsiran. Pertama, kita harus melihat fakta-fakta secara historis dan yang kedua, kita harus memikirkan kemungkinan kebangkitan Yesus secara logika atau dengan suatu metode yang tepat.
Fakta-fakta kebangkitan Yesus didasarkan pada pengalaman, pelayanan, dan tulisan Rasul  Paulus, yang ditulis beberapa tahun sebelum injil-injil ditulis. Paulus adalah seorang pemimpin Yahudi yang membenci Yesus dan membenci agama Kristen, and menganiayai jemaat Yesus. Dalam suatu perjalanan ke Damaskus untuk menangkap orang-orang Kristen, Paulus mengalami sesuatu yang diayakin adalah Yesus menyatakan diri-Nya kepadanya, dan pengalaman ini mengubah kehidupannya secara radikal. Dia menjadi pembela jemaat yang terbesar pada saat itu.

Kelima fakta yang membuktikan kebangkitan Yesus secara historis
1.          Paulus mengalami sesuatu yang diayakin adalah Yesus yang dibangkit dan menyatakan diri-Nya kepada Paulus pada saat Paulus adalah musuh gereja.
2.         Paulus mengenal rasul-rasul lain. 
a.          Paulus pergi ke Yerusalem setelah pengalamannya dengan Yesus untuk mendapat suatu pelajaran tentang kehidupan dan pengajaran Yesus. Selama pelayanan Yesus, Paulus bukan murid-Nya.  Itu sebabnya dia mau belajar dari murid-murid-Nya lain.
b.          14 tahun kemudian Paulus kembali ke Yerusalem (lihat Gal.2) – kira-kira tahun 46-49 M.  Dia mau bertemu denga pemimpim-pemimpin gereja, yaitu Petrus, Yohanes, dan Yakobus  karena dia mau membandingkan injil yang dia diterima dengan injil mereka.
c.          Maka kita tahu dengan pasti bahwa di bahwa 16-19 tahun setelah kematian Yesus, tulisan-tulisan Paulus sesuai dengan ajaran rasul-rasul Yerusalem.
d.          Paulus menulis 1 Korintus kira-kira pada tahun 53-55 M, waktunya tidak terlalu jauh dari kematian Yesus.
3.         Paulus mengajarapa yang diajar oleh rasul-rasul.  Lihat 1 Korintus 15:3-8.  Nas ini adalah tradisi yang diterima dari generasi yang pertama.  Dalam penyataan Yesus kepada bermacam-macam kelompok, tidak mungkin setiap orang itu yang melihat Yesus setelah kebangkitan-Nya, bermimpi atau berkhayal hal yang sama.
4.         Rasul-rasul mengajar bahwa Yesus menyatakan diri-Nya dalam beberapa kasus kepada beberapa kelompok, baik kepada individu maupun kepada kelompok, baik kepada teman-Nya maupun kepada musuh-Nya.
5.         Rasul-rasul mengajar bahwa Yesus dibangkit secara fisik dari orang mati.  Inilah dapat  dilihat di dalam 1 Korintus 15:20, 52-53.
a.     Kata yang dipakai di dalamayat ke-53, yaitumengenakan, diterjamahkandari kata bahasaYunani yang berarti perubuhan seperti mengganti pakaian, bukan membuang tubuh itu selama-lamanya.
b.     Orang percaya sekarang, yang meninggal sebelum kedatangan Yesus hidup bersama-sama dengan Yesus tanpa tubuh-nya, dan tubuhnya akan dibangkit pada kebangkitan yang kedua (2 Kor.5:8; Fil.1:23-24)
Secara metode ada empat kriteria umum  yang dipakai untuk menilai suatu penjelasan.
1.          Explanatory scope (Penjelasan yang luas).  Hipotesis  harus memuaskan sebanyak mungkin fakta-fakta  yang relevan, seperti sebuah teka-teki.  Setiap bagian teka-teki itu adalah salah-satu fakta historis.  Kita mau pakai semua bagian teka-teki.
2.         Explanatory power (Penjelasan yang kuat)  Hipotesis harus memuaskan fakta-fakta ini tanpa memaksa fakta-fakta itu untuk disesuaikan atau tanpa kemenduaan.
3.         Ad-hoc – Prasangka tanpa bukti-bukti. 
4.         Criterion of Plausibility (Kriteria hal yang  masuk akal) – fakta-fakta sesuai dengan fakta-fakta lain.
Hipotesis kebangkitan, yaitu Yesus dibangkitkan secara fisik dari antara orang mati, akan menjelaskan kenapa banyak orang melihat Yesus pada waktu yang berbeda dan dalam konteks yang berbeda.  Kita tidak perlu memaksakan penjelasan ini dan penjelasan ini masuk akal. Mengenai penjelasan ad-hoc, ada prasangka bahwa Allah berada dan bahwa Allah mampu untuk membangkitkan seseorang. Jadi penjelasan kebangkitan bukan ad-hoc. Mengenai kriteria hal masuk akal, kebangkitan orang tidak biasa. Jadi, kebangkitan Yesus secara fisik tidak memuaskan kriteria ini tetapi kebangkitan Yesus tidak gagal kriteria ini juga.
Perdebatan Yang Melawan Kebangkitan Yesus Secara Fisik
             Yesus tidak dibangkitkan secara fisik dari antara  orang  mati. Hal ini adalah suatu wawasan dunia pada saat abad yang pertama. Sebenarnya kita harus mengerti apa yang  terjadi dengan suatu penjelasan yang sesuai dengan Abad yang ke-21.  Pada waktu Paulus mengatakan bahwa Yesus dibangkitkan,  dia mengatakan bahwa Yesus benar. Dia dibunuh di dalam dunia ini. Tetapi Dia benar. Kebangkitan adalah suatu kata yang dapat dimengerti sebagai suatu pembersihan nama (vindikasi).  Kita dapat belajar dari cerita kebangkitan bahwa  Allah memperhatikan kita. Jika seorang baik dibunuh oleh seorang jahat, Allah memperhatikan hal itu. Hal ini adalah hal keadilan.Apakah Allah adil? Maksud Paulus adalah Allah memperhatikan martir-martir, khususnyaYesus, dan akan membersihkan nama mereka.  Hal itu adalahkebangkitan, bukan suatu kebangkitan secara fisik.
                Pada waktu Paulus  mengklaim Yesus menyatakandiri-Nya kepadanya, maksudnya adalah Allah memilihnya, dan Yesus menyatakan diri-Nya dalam hati Paulus, bukan secara fisik.  Kisah Para Rasul 9:3 dan mungkin 1 Kor.15:9 harus diterjemahkan “dalam aku,”  bukan  “kepadaaku.”  Yesus tidak menyatakan diri-Nya kepada orang-orang  tetapi  dalam orang-orang.
                Pemikiran Paulus tentang kebangkitan Yesus berbeda dari injil-injil. Padawaktu Paulus menjelaskan kebangkitan Yesus dia berpikir tentang kebangkitan secara rohani. Injil-injil, khususnya Injil Lukas, mengubah pengertian ini dan ingin berfokus atau membuktikan kebangkitanYesussecarafisik. Lukas berkontradiksi dengan Paulus, atau memperbaiki pandangan Paulus.
Penjelasan yang kuno tentang kebangkitan Yesus tidak sesuai dalam Abad ke-21 ini, dunia kita. Tidak penting apakah Yesus bangkit secara fisik atau tidak.Yang penting adalah kepercayaan. Apakah kita percaya kepada Yesus atau tidak? Tetapi orang mati tidak mungkin akan dibangkitkan.  Kesimpulan: Yesus tidak mungkin dibangkitkan secara fisik dari antara  orang  mati.
                Jawaban (kritik) terhadap penjelasan yang melawan kebangkitan Yesus secara fisik
                Jika murid-murid Yesus menganggap Yesus akan dibangkitkan sama seperti martir-martir Yahudi  lain, mengapa mereka mengajar bahwa Yesus adalah yang sulung dari  orang-orang  yang  telah meninggal?
                Jika nama Yesus dibersihkan saja, mengapa ada pengajaran tentang hari yang ketiga?  Jika nama Yesus dibersihkan mengapa Dia harus menunggu sampai hari yang ketiga sebelum nama-Nya dibersihkan?  Dan pandangan ini tidak menjelaskan mengapa Paulus mulai percaya bahwa Yesus dibangkitkan. Jika Paulus adalah musuh-Nya dia tidak mungkin akan percaya bahwa Allah akan membersihkan nama-Nya.
                Di dalam banyak teks lain (selain Gal. 1:16) artinya kata en emoi kurang jelas (Gal.1:24; 1 Kor.14:11).  Tetapi jika ada kata yang kurang jelas di dalam suatu konteks kata itu harus dijelaskan sesuai dengan pengertian yang umum.Itulah suatu prinip hermeneutik yang baik.   Dan di dalam banyak teks Paulus dan murid-murid Yesus lain menjelaskan bahwa Yesus dibangkitkan  secara fisik.  Jadi jika kita menafsirkan Gal. 1:16 dengan metode yang berkontradiksi dengan teks-teks lain, itu tidak pantas.
                Dalam perdebatan yang melawan kebangkitan Yesus secara fisik, Kriteria secara historis  yang  pertama sampai yang keempat belum dijelaskan. Hanya kriteria yang kelima, yaitu rasul-rasul mengajar bahwaY esus bangkit secara  fisik, adalah  kriteria yang dilawan.






[1]Catatan untuk makalah ini diambil dari suatu perdebatan antara Michael Licona dan Stephen Patterson.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar