Good News

Selasa, 10 November 2015

Ringkasan Buku Henry Martyn: Saksi Kristus di Tanah Arab (Hengki Wijaya)

Judul  Buku           : Richard T. France, Henry Martyn: Saksi Kristus di Tanah Arab (118 halaman)

            Pada tahun 1799, Henry Martyn menulis catatan sebagai berikut: “Ketika saya pulang mengunjungi rumah pada musim panas, saudara perempuan saya sering kali berbicara tentang hal-hal keagamaan.” Reaksinya sebagai kakak laki-laki dapat diprediksi : “Berita Injil yang disampaikan dalam teguran dari saudara perempuannya sangat mengganggu telinganya.” Dalam kunjungannya tersebut ia mencatat bahwa ia bersikap egois, cepat marah, dan mengeluarkan kata-kata kasar kepada saudara perempuan dan ayahnya. Tapi, satu hal yang tidak bisa dimengertinya adalah kesabaran ayahnya terhadap sikap buruknya tersebut. Tanggapan: ayahnya telah melakukan Firman Tuhan dan memberikan teladan kepada anak-anaknya.

            Henry Martyn menjadi seorang anak Allah. Allah yang sebelumnya hanyalah sebuah ide, sekarang menjadi nyata dan Martyn dapat memanggil-Nya Bapa. Ia mulai berdoa, menikmati waktu doanya, dan menaklukkan diri dengan sukacita menaati kehendak Tuhan. Mulai saat itulah, Tuhan secara perlahan-lahan menguasai kehidupan Henry Martyn, karakternya, kemampuannya dan ia mempunyai hubungan yang baru dengan Tuhan dalam hidupnya. Henry yang telah dilahirkan kembali.
            Dorongan yang paling besar yang menarik Martyn untuk memikirkan pelayanan misi, adalah ketika pada musim gugur tahun 1802 ia menemukan figure pahlawannya, di dalam buku harian David Brainerd. Baik Martyn dan Brainerd mempunyai kerinduan dan pergumulan untuk hubungan yang lebih dekat pada Tuhan, berjuang melawan natur keegoisan diri serta dosa, dan mereka berdua suka berdoa. Pengenalan akan Allah menimbulkan rasa cinta akan jiwa manusia yang masih tersesat. Ia berdoa, berpuasa, mengasihi, dan bekerja, dan Allah mengirim hamba-Nya yang lembut ini ke hutan belantara yang menakutkan untuk berkhotbah kepada orang-orang India kulit merah. Di sinilah ia berdoa dan berkhotbah terus-menerus di tengah-tengah ketidaknyamanan dan penderitaan. Martyn berkata: “Saya merasa hati saya terajut dengan pria tersebut dan merasa bersukacita ketika saya memikirkan akan bertemu dengannya di sorga. Saya rindu menjadi seperti dia; biarkan saya melupakan dunia dan tertelan habis oleh kerinduan untuk memuliakan Allah.
            Ide pelayanan misi tidaklah popular di antara teman-teman Martyn. Tidak ada yang mendukungnya. Ada seorang temannya yang bertradisi “hiper Calvinis”; ia menuduh antusiasme William Carey untuk pekerjaan misi karena seakan-akan Allah membutuhkan pertolongannya untuk mempertobatkan orang-orang yang belum percaya. Temannya itu terbawa terlalu tinggi oleh pandangan itu, dan Martyn menemukan hati temannya itu telah “begitu membeku.” Tanggapan: pandangan “Hiper Calvinis” menganggap penginjilan dan keselamatan jiwa adalah hak mutlak Allah siap yang akan diselamatkan dan ini berhubungan dengan doktrin predestinasi yang terlalu ekstrim. Sementara Alkitab menuliskan Amanat Agung Tuhan Yesus  (Matius 28:19-20). Sikap kita yang sesuai dengan Alkitab bahwa Yesus menyelamatkan semua orang dan kewajiban kita adalah memberitakan keselamatan kekal kepada semua orang dan hasilnya ada di tangan Tuhan.

            Martyn bisa setujua bahwa “Pertobatan dari orang-orang yang direndahkan seperti mereka (perempuan-perempuan tunasusila) mungkin tidak pernah menghasilkan dampak yang luas bagi bangsa India secara keseluruhan, tapi mereka adalah orang-orang yang dipercayakan Tuhan bagiku dan mereka juga berharga di mata Tuhan.” Keberhasilan bukanlah kriteria Martyn. “Jika kita bekerja sampai pada akhirnya tanpa melihat seorang pun yang bertobat, hal itu tidak akan menjadi lebih buruk pada waktunya, dan upah kita sama di kekekalan.” Memberitakan Injil dengan Roh Kudus yang diutus dari sorga adalah sebuah cara yang lebih baik untuk memenangkan jiwa.”  Karya Martyn adalah terjemahan Perjanjian Baru dalam bahasa Persia dan Hindustan. Hal ini membahagiakannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar