Penyembahan
adalah suatu respons manusia terhadap penerimaan kehadiran kudus, suatu
kehadiran yang lebih penting dari aktivitas manusia normal dan kudus adanya.[1]
Penyembahan dalam Alkitab bergerak terus
diantara pengalaman pribadi dan bersama dengan Tuhan. Hal ini membawa manusia masuk ke dalam
hubungan keintiman dengan Allah. Allah menciptakan manusia lebih utama untuk
tujuan menyembah Dia. Panggilan ini untuk menyembah menunjukkan penyembahan
sebagai prioritas universal dan satu-satunya tanggung jawab setiap orang
percaya. Hal ini sangat jelas ditiliskan pernyataan A. W. Tozer, “we are here to be worshipers first and
workers second”. “Kami ada di sini pertama-tama menjadi penyembah-penyembah
dan kedua sebagai pekerja-pekerja.[2]
Rob Harbison mendefinisikan penyembahan sebagai latihan
spiritual kudus yang meghubungkan manusia dengan Allah melalui ekspresi hati
yang mengasihi. Ia menambahkannbahwa ini sebagai proklamasi ketergantungan
kepada Allah.[3] Pandangan Kevin J. Conner,
kata ‘penyembahan’ berarti bersujud, membungkuk lebih rendah atau merendahkan
diri sendiri.[4] Pandangan Conner mirip
arti dalam bahasa Ibrani untuk penyembahan shachah.[5]
Menurut Ralph Mahoney, penyembahan adalah ekspresi kasih dan pujian kepada
Allah. Penyembahan ini hanya dapat diekspresikan dengan memberi seluruh hati
dan hidup kepada Dia.[6]
Larmer
Boscman mengatakan bahwa penyembahan bukanlah musik atau keterampilan musical
dan semuanya itu bukanlah keterampilan penyembahan. Instrumen music di lain
pihak tidak hanya untuk penyembahan tetapi dapat didedikasikan kepada Allah
untuk digunakan sebagai bagian penyembahan. Kenyataan ini bahwa penyembahan
bukanlah mekanik atau benda mati tetapi lebih daripada keadaan hati bukan suatu
gaya musik.[7]
Buku Rick Warren yang berjudul ‘Purpose Driven Life’, ia menuliskan bahwa setiap bagian pelayanan gereja adalah tindakan penyembahan. Hal ini termasuk berdoa, pembacaan Alkitab, bernyanyi, pengakuan, mendengaekan khotbah, membuat catatan khotbah, memberi persembahan, baptisan, perjamuan kudus, usher (penerima tamu) dan lain-lain.[8]
Buku Rick Warren yang berjudul ‘Purpose Driven Life’, ia menuliskan bahwa setiap bagian pelayanan gereja adalah tindakan penyembahan. Hal ini termasuk berdoa, pembacaan Alkitab, bernyanyi, pengakuan, mendengaekan khotbah, membuat catatan khotbah, memberi persembahan, baptisan, perjamuan kudus, usher (penerima tamu) dan lain-lain.[8]
[1] Marvin E. Tate, Holman Bible Dictionary
for Window version 1.0g (Parsons
Technology, 1994), s.v. “worship’
[2] A. W. Tozer, In Worship by the Book, Don Carson, (ed.),
(Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2002), 151.
[3] Rob Harbison, Worshiping God, Textbook - 525B3 (Lecture notes, Master of Divinity programme,
Trinity Graduate School of Apologetics and Theology, India, 2008), 6 – 7.
[4]
Kevin J. Conner, The Tabernacle of David (Poland: Oregon Bible Temple
Conner Publications, 1992), 106.
[5] John R. Kohnberger III dan James A. Swanson, (eds.), The Strongest Strong’s Exhaustive
Concordance Of The Bible James Strong
(Grand Rapids, Michigan: Zondervan, 2001), 1572, s.v. “shachah”
[6]
Ralph Mahoney, Worship,
Shepherd’s Staff, New Believer’s Training Manual, 7th Edition ( India: World
Map and Rekka Printers Pvt. Ltd, 2002), 33.
[7] Lamar Boschman, Praises and Worship: The Priority, Purpose and
Portrayal of Worship (Lecture notes,
International School of Ministry: The International Curriculum, Trimester 1.
Good Shepherd Ministry International, USA, 2006), 87.
[8] Rick Warren , Purpose Driven Life, (Grand Rapid, Michigan:
Zondervan, 2002), 65.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar