Judul Buku : Neville B. Cryer, John Elliot: Rasul bagi Orang Indian (98
halaman)
Orang Puritan bersungguh-sungguh memerhatikan
kesehatan jiwanya seperti orang-orang pada zaman kita sekarang memerhatikan
tekanan darah mereka. Namun seorang puritan yang normal di zaman John Elliot
sama sekali bukanlah seorang religius eksentrik. Ia adalah seorang yang terdiri
dari bagian-bagian, tetapi juga adalah seorang yang mempunyai keutuhan
(integritas). Ia khususnya percaya akan penggunaan waktu dengan cermat. Jam-jam
tertentu harus disisihkan untuk latihan-latihan rohani dan sisanya harus
diperuntukkan bagi panggilannya. Tanggapan: kehidupan rohani dan kehidupan
jasmani pada mulanya harus berimbang dan pada akhirnya kehidupan rohani
menopang kehidupan jasmani. Dahulukan perkara-perkara sorgawi maka
perkara-perkara di dunia ada dalam rencana dan kehendak-Nya.
John Eliot, yang dibantu oleh Thomas Welded an Richard
Mather adalah salah satuh tokoh utama dalam usaha pertama percetakan di Amerika
dan terutama terlibat dalam penerjemahan naskah asli bahasa Ibrani ke versi
bahasa Inggris yang dapat dinyanyikan. Tujuan pekerjaan itu yang tertera jelas
adalah “mengajarkan Firman Allah dalam nyanyian, dan bukan merangsang telinga
dengan irama yang manis.”
Traktat tahun 1647 mengisahkan kepada kita secara
rinci tentang tugas dan kewajiban yang dibuat untuk orang Indian di sekitar
Concord pada waktu itu. Butir-butir tentang perilaku pribadi maupun umum
berjumlah lebih dari tiga puluh dan termasuk yang berikut ini: 1) Tidak boleh
ada kegiatan ritual powwow lagi…;2)
Monogami harus menjadi aturan…;3) Hari Tuhan harus diawasi dengan ketat…;4)
Mereka harus merapikan rambut mereka seperti orang Inggris…;5) Tubuh mereka
tidak boleh diminyaki lagi dan tidak boleh “howling”
(menjerit)…;6) Tidak boleh membunuh kutu rambut mereka dengan menggigitnya…;7) Tidak
boleh berbaring bersama binatang…; 8) Orang Indian atau orang Inggris tidak
boleh masuk ke dalam rumah tenda kediaman (wigwam)
orang lain tanpa mengetuk pintu. Tanggapan: traktat ini berisi tentang perilaku
pribadi namun ini berupa aturan fisik yang nampak seperti mereka harus merapikan rambut mereka seperti orang Inggris. Hal ini
seperti memaksakan budaya orang Inggris kepada orang Indian sehingga akhirnya
anak-anak mereka tidak lagi mengetahui budaya Indian yang banyak pula baik dan
tidak bertentang dengan Alkitab dan kehendak Allah.
Pada pembukaan Sinode di Cambridge, Massachusetts,
tanggal 9 Juni 1647 pada sore harinya ada renungan sore dalam bahasa Algonquin
(bahasa Indian) untuk keuntungan banyak orang-orang Indian yang telah bertobat
yang hadir di situ. Ada hal yang positif yang telah dilakukan John Elliot
dengan suku Waabon Sachem dimana orang
Indian itu meminta secara blak-blakan agar mereka diberikan tanah agar dapat
membangun kota. Eliot dan teman-teman sejawatnya sangat berbesar hati dengan
permintaan ini, karena itu berarti bahwa orang-orang Indian ini mengerti apa
yang dipercaya teguh oleh Eliot bahwa orang Indian tak akan pernah bisa
berharap untuk mencapai kemajuan dalam iman atau karakter Kristen sampai mereka
menghentikan kebiasaan nomad (temapat tinggal yang berpindah-pindah) mereka dan
menetap dengan gaya hidup yang lebih stabil. Tanggapan: adalah benar bahwa
berpindah-pindah seperti tidak memiliki gereja lokal dapat menjadi penghalang
pertumbuhan iman dan karakter Kristen.
John Eliot yang diberi title sebagai Rasul bagi orang
Indian adalah tepat karena apa yang telah dilakukannya kepada orang-orang
Indian. Dia telah berhasil mengubah kebiasaan nomaden mereka untuk membangun
suatu kota dan mensejahterakan mereka dengan kebutuhan jasmani dan rohani
mereka. Khusus untuk kebutuhan rohani mereka dibimbing untuk mengenal Tuhan. Orang
Indian tidak hanya dipekerjakan; mereka juga harus dididik. Pikiran orang
Indian harus dilatih agar kemampuan mereka untuk berpikir dan menimbang dapat
menguasai liku-liku theologi dan logika Prostestan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar