Nama Mahasiswa :
Hengki Wijaya
Judul Buku : John D. Legg, John G. Paton: Misionaris Salib (74
halaman)
Paton
masih mengingat bahwa: “masih segar dalam hati saya, seolah-olah baru terjadi
kemarin… Kami berhenti ketika sampai pada titik perpisahan yang telah
ditentukan; ia menggenggam tangan saya
selama satu menit dalam keheningan, kemudian dengan tenang dan penuh kasih
sayang berkata: ‘Allah memberkati kamu, Anakku! Allah ayahmu membimbingmu dan
melindungimu dari yang jahat!’.
Tanggapan: Allah yang sama yang membimbing dan menuntun orang Kristen dalam
kehidupan Kristen.
Responnya sendiri adalah sebagai
berikut: “Tuhan terus-menerus berbicara dalam diri saya, ‘Karena tak ada orang
lain dengan kualifikasi yang lebih baik yang bias didapatkan, bangkit dan ajukanlah
dirimu sendiri.’ Hampir-hampir tak tertahankandorongan untuk menjawab
keras-keras, ‘Inilah aku, utuslah aku.’
Namun saya (Paton) sangat khawatir kalau-kalau saya keliru menafsirkan
emosi manusiawi saya sebagai kehendak Allah. Maka saya memutuskan untuk
berhati-hati mencermati dari dekat dan menjadikan objek doa untuk beberapa hari
lagi. Ratapan dan tuntutan orang-orang kafir itu terus-menerus terngiang di
telinga saya. Saya melihat mereka binasa karena ketidaktahuan mereka tentang
Allah yang sejati dan Anak-Nya Yesus Kristus.[1]
Setiap panggilan terlahir dari sebuah doa dan perenungan seperti nabi Yesaya
bertemu dengan malaikat Allah. Responnya tepat seperti yang telah dilakukan
John G. Paton yaitu: Lalu aku mendengar suara Tuhan
berkata: “Siapakah yang
akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?” Maka sahutku: “Ini aku, utuslah aku!” (Yesaya 6:8).
Allah
dari ayahnya dan Allah yang telah menaunginya dalam setiap keadaannya, akan
menyertainya. “Saya melihat tangan Allah dengan begitu jelas, tangan-Nya tidak
hanya mempersiapkan saya untuk lading misi di tempat yang asing, tetapi juga
memimpin saya ke sana.”
Dalam
sebuah acara perjamuan kudus pada hari Minggu di Aniwa selama kunjungan Paton
pada tahun 1898, pengkhotbah berbicara kepada pendengarnya dengan kata-kata
berikut: “Beberapa tahun silam Dr. Paton, yang sekarang sudah berusia lanjut,
adalah seorang pemuda dan tinggal di Skotlandia. Terang masuk dan menerangi
hatinya dan ia berkata kepada dirinya sendiri, “Saya tidak boleh menyembunyikan
terang ini, saya harus membiarkannya tetap bersinar.” Dengan demikian ia
meninggalkan negerinya sendiri, dan membawa terang Yesus ke Aniwa. Aniwa pada
waktu itu adalah tanah gelap, tetapi sekarang daerah itu penuh dengan terang.
Saudara dan saudari dari Aniwa, jangan menyembunyikan terang kalian, biarkanlah
terang kalian bersinar. Tanggapan: Perkataan Paton adalah benar sesuai dengan
kata Alkitab: “Bangkitlah, menjadi teranglah, sebab terangmu datang, dan
kemuliaan TUHAN terbit atasmu. Sebab sesungguhnya, kegelapan menutupi bumi, dan
kekelaman menutupi bangsa-bangsa; tetapi terang TUHAN terbit atasmu, dan
kemuliaan-Nya menjadi nyata atasmu” (Yesaya 60:1-2). “Demikianlah hendaknya
terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik
dan memuliakan Bapamu yang di sorga” (Matius 5:16).
Paton
terus melayani dengan gigih sampai akhir,” dengan meninggalkan kesenangan
berada di tengah-tengah anak-anak dan cucu-cucu yang dikasihinya yang adalah
sukacita yang paling khusus dan melanjutkan perjalanannya di Australia. Setelah
kematian istrinya, ia melanjutkan perjalanan kelilingnya yang panjang. Pada
suatu hari, kuda yang menarik kereta roda empatnya ketakutan melihat kereta api, dan ia terlempar keluar dan
terhempas sehingga pingsan. Tetapi ia segera pulih dan melanjutka
perjalanannya. Kongregasi yang telah berkumpul itu melihat seorang laki-laki
yang kepalanya dibalut perban, ditolong naik ke mimbar untuk menjelaskan
penyebabnya. “Untuk apa saya diselamatkan dari kecelakaan ini, kalau bukan
untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang ada untuk membela orang-orang kafir
yang akan binasa itu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar