Renungan Living Life 01 Maret 2016.
Pendahuluan
Hal Kerajaan Surga diumpamakan seorang raja, Seorang raja yang mengadakan perjamuan kawin dan mengundang orang yang sudah ada undangannya. Namun mereka menolak dengan berbagai alasan. Raja murka kepada orang-orang diundang namun malah melakukan kejahatan dan membunuh hamba-hamban-Nya. Maka raja membinasakannya. Kemudian Raja meminta orang untuk mengundang orang-orang di jalan-jalan dan persimpangan untuk datang menerima undangan. Banyak orang yang datang ke pesta itu. Tetapi raja mendapati ada orang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu raja berkata kepada hamba-hamabanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil sedikit yang dipilih. Living life membagi menjadi dua bagian yaitu: Kasih seperti Bapa dari Sang Raja (22:1-10) dan Kemarahan Berapi-api Sang Raja (22:1-14). Kesimpulan dari dua bagian ini bahwa Allah itu Kasih tetapi Allah juga itu adil. Kemarahannya Allah menunjukkan keadilannya kepada umat yang dikasihinya.
Konteks perumpamaan ini adalah keselamatan diberikan kepada bangsa Israel namun mereka menolaknya bahkan membunuh hamba-hambanya seperti perumpamaan penggarap-penggarap anggur yang bahkan anaknya pun dibunuh oleh penggarap-penggarap tersebut. Allah memanggil bangsa Israel untuk percaya kepada-Nya tetapi mereka menolak dan bahkan mau membunuhnya. Allah lalu memanggil bangsa lain yang ada di jalan kegelapan, di persimpangan kehidupan lamanya untuk dpanggil masuk dalam perjamuan kawin yang diadakan sang raja. Raja mengundang undangan yang diambil dari jalan-jalan diharapkan dapat berpenampilan pakaian pesta tetapi mereka sebagian tidak berpakaian pesta. Berpakaian pesta ini tidak digambarkan sebagai pakaian yang mewah tetapi adalah pakaian baru. Menerima Yesus adalah Tuhan dibutuhkan pemahaman yang benar bahwa kita sungguh sudah menanggalkan pakaian lama (mungkin pakaian gembel/lama kita dan mengenakan pakaian baru yang tentunya adalah tabiat seorang keturunan raja dan bukan berkarakter pengemis melainkan berkarakter Kristus.
Pakaian Pesta adalah Pakaian Baru
Mengingatkan kita bahwa kita sebagai orang percaya adalah mempelai Kristus. Bahkan ketika kita mengikuti perumpamaan anak yang hilang, Bapa dengan penuh kasih memakaian jubah yang indah dan mengenakan cincin. Bapa ingin kita dapat memiliki karakternya. Karakter lama kita harus diganti dengan karakter yang baru. Pakaian yang baru adalah tanda bahwa kita sungguh mau diubahkan oleh Tuhan. Apakah itu pakaian pesta? yaitu jubah kebenaran yang digunakannya (Yesaya 61:10). Sebagai mempelai-Nya Dia memakaikan kain lenan halus kepada kita, yang berkilau dan putih bersih (Wahyu 19:8) serta menginginkan kekudusan kita. Kita harus tahu tujuan Allah mengenakan pakain pesta untuk kita dan mengingkan kita menggunakan pakaian baru. Jangan tinggal diam dan tidak aktif untuk mengetahui apa maksud dengan pakaian pesta itu. Karena pada akhirnya kita akan berjumpa dengan kekekalan setelah hidup kita.
Pengajaran yang praktis.
Ketika kita menjadi mempelainya maka kita jharus mengenakan karakter Kristus untuk menunjukkan bahwa sungguh-sungguh kita hidup sebagaimana dia bersikap yaitu Dia menginginkan kita menjadi seperti dirinya yaitu keluarga Allah yang hidup dan bersikap seperti dirinya. apabila kita tidak menanggalkan pakaian lama kita maka jelaslah kita adalah anak sembarangan. Setiap orang yang kita bawa kepada Kristus harus memiliki tujuan yang jelas akan apa yang disampaikan kepadanya. Mengapa Anda harus berpakaian pesta? Mengapa Anda setelah menjadi orang Kristen harus berpakaian pesta? dan apa tujuannya Anda dikenakan jubah kebenaran dan berpakian pesta? Mengingatkan kepada hamba-hambanya untuk menyatakan kebenaran kepada setiap orang percaya dan memperlengkapinya dengan kebenaran supaya tidak menjadi Kristen sebagai agama dan legalitas semata di hadapan orang lain sementara hidupnya tidak mencerminkan kebaruan hati. Kita tidak bisa diam ketika Allah bertanya mengapa Anda tidak berpakaian pesta.
Syarat Tuhan akan "pakaian pesta" adalah Anda mau menerima pakaian pesta itu dan mengenakannya dan datang dalam perjamuan kawin yang telah disediakan sang Raja- PW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar