Pendahuluan
Sebagai orang percaya kita hanya memiliki satu Tuhan yaitu Yesus Kristus. Bila kita mengakui diri-Nya Tuhan maka kita adalah hamba-hamba-Nya. Menjadi hamba-Nya tidak hanya dengan melayani di atas mimbar, tetapi juga melayani sesama sebagai hamba Tuhan. Hamba Tuhan atau istilah lain pelayan (servant). Tuhan adalah pemilik diri kita maka kita adalah hamba. Hamba melakukan apa yang diinginkan oleh tuannya dan hamba tidak melakukan yang tuannya tidak perintahkan. Dalam yesus kita adalah hamba kebenaran dan bukan lagi hamba dosa.
Dalam nas Yohanes 7:14-24 LAi memberikan perikop kesaksian Yesus tentang diri-Nya, namun pengkhotbah memberikan judul Menjadi hamba Tuhan yang benar. Bagaimana sepatutnya seorang pelayan Tuhan yang benar itu? Maka kita kembali kepada teladan yesus sebagai hamba bagi bapa-Nya dan perkataan bahwa diri-Nya datang untuk melayani dan bukan untuk dilayani.
1. Status sebagai utusan Allah (Tuhan).
Orang-orang Yahudi mempertanyakan otoritas Yesus mengajar di Bait suci sehingga mereka menjadi "heran" dan bertanya: "Bagaimanakah orang ini mempunyai pengetahuan demikian tanpa belajar!" Sebuah pertanyaan yang sebenarnya dari pihak mereka meragukannya sehingga mereka menjadi heran. Bila melihat ke masa Paulus hal itu turun-temurun terjadi bahwa seorang rabi ada karena ada gurunya yaitu seorang rabi seperti halnya Paulus (Saulus dulunya) memiliki guru yaitu Gamaliel. Tetapi Yesus tidak memiliki guru tetapi Dia diutus oleh Bapa. Jadi persoalannya di sini bukan karena orang itu memiliki pengetahuan tentang Allah tetapi karena Yesus mengetahui bahwa diri-Nya adalah utusan Allah (Bapa). Dia berkata "Ajaran-Ku tidak berasal dari diri-Ku sendiri, tetapi dari Dia yang telah mengutus Aku. Kita adalah utusan Tuhan maka kita bergerak karena Tuhan yang mengutus kita. Oleh karena itu, kita membawa nama Tuhan dalam setiap pelayanan kita. Sebagai hamba kita membawa nama tuan kita. Apabila kita membuat kesalahan, bukan saja kita yang dinyatakan bersalah namun yang mengutus kita nama-Nya juga tercemar. Sebagai utusan Tuhan, maka sikap, perkataan dan tingkah laku perbuatan kita harus dipertanggungjawabkan dengan benar.
2. Mencari hormat bagi Dia yang mengutusnya.
Melaayani sebagai utusan Tuhan berarti siap dipimpin oleh Dia yang mengutus kita. Sebagai hamba Tuhan yang melayani maka kita tidak mencari hormat dari manusia tetapi melakukan apa yang dikatakan dan dinyatakan oleh Dia dan firman-Nya. Mencari kemuliaan bagi Dia adalah menghormati otoritas-Nya sebagai pemilik diri kita seutuhnya. Kita bertindak untuk menyenangkan dan memuliakan Dia. Kita tidak harus mencari kemuliaan bagi diri kita sebab bila kita memuliakan Dia maka kemuliaan itu juga menajdi bagian kita. Sebab bila Anak manusia ditinggikan maka kemuliaan-Nya memenuhi bumi. Biarlah Tuhan yang mengangkat kita menjadi hamba-Nya yang mendapatkan kemuliaan daripada manusia mengangkat kita untuk kemuliaan pribadi, golongan, organisasi tetapi tidak memuliakan Tuhan. Lakukan apa yang tuhan mau sekalipun orang lain tidak setuju sebab prioritas utama adalah memuliakan diri-Nya melalui hidup kita.
3. Hal yang ketiga adalah mencari kehendak Tuhan dalam setiap perintah-Nya.
Yesus menegur orang Yahudi yang melakukan hukum Taurat secara hurufiah tetapi tidak mengenal Allah dan tidak melakukan kehendak Tuhan. Mereka melakukan sunat yang diberikan Musa, tetapi sunat itu sendiri adalah simbol nenek moyangnya sewaktu Abraham keluar dari negerinya menuju negeri yang dijanjikan Tuhan. Mereka membawa hukum sunat tersebut dari generasi ke genarasi tetapi mereka melanggar hukum Sabat. Apabila ada anak yang harus disunat pada hari ke-8 dan bertepatan dengan hari Sabat maka mereka tetap melakukan hal tersebut. tetapi melihat Yesus menyembuhkan di hari Sabat mereka menjadi marah dan hendak membunuh-Nya. Yesus berterus terang dengan apa yang hendak mereka lakukan kepada-Nya yaitu hendak membunuhnya. Tetapi orang Yahudi yang tidak percaya hendak membunuh-Nya tanpa menyadari bahwa mereka sudah melanggar hukum Taurat. Mereka tidak melihat bahwa adanya Sabat bagi umat-Nya memiliki kehendak Tuhan. Sabat itu diadakan Allah karena Allah mau memberkati umat-Nya dan orang lain yang belum percaya untuk beristirahat dan merayakannya. Sabat adalah perhentian untuk manusia. Allah mau umat-Nya tidak lagi diperbudak oleh pekerjaan yang sudah dilakukan selama enam hari lamanya. Praktisnya ada libur setelah enam hari bekerja. Ada hari untuk istirahat, ada hari untuk mengevaluasi diri, ada hari dikhususkan Tuhan untuk berhenti beraktivitas dari pekerjaan tetapi tidak berarti berhenti melakukan kebaikan. Sabat diperubntukkan bagi manusia untuk melakukan kebaikan. Oleh karena itu Yesus selalu menjelaskan 10 hukum itu dengan cara yang berbeda. Seperti mereka mau membunuh Yesus. Yesus berkata bahwa membunuh tidak hanya fisik saja tetapi bisa membunuh dengan cara memaki, menghina, berkata kurang ajar dan kotor karena hal-hal seperti itu menyakiti hati dan akan terus teringat dalam diri sesama kita.
Oleh akrena itu sebagai pelayan Tuhan kita mengetahui status kita sebagai pelayan yang diutus Tuhan, mencari kemuliaan bagi Dia, dan mencari kehendak-Nya dalam setiap perintah-perintah-Nya. untuk itulah supaya kita tidak hanya mendengar dan melihat muka kita di cermin dan melupakannya maka kita harus berdoa kepada-Nya supaya kita dimampukan oleh toh-Nya dan diajar oleh Roh-Nya untuk bisa melakukan-Nya. Amin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar