Dalam Matius 27:45-56, dapat kita membaca bagaimana penderitaan Yesus digantung di salib. Sudah dipermalukan, dihina dan diolok-olok. Selama tiga jam yaitu jam 12 hingga jam 3 sore keadaan saat itu diliputi oleh kegelapan total yang dialami oleh Yesus. Kemudian terdengar suara yang dipenuhi kepiluan: "Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?" Orang-orang yang melihat berpikir Yesus sedang memanggil Elia, tetapi ini bukan seruan minta tolong; ini adalah seruan dari penderitaan sepenuhnya. Persekutuan sempurna yang dialami Yesus dengan Bapa-Nya terputus sementara. Bapa yang tidak dapat melihat dosa yang ada di pundak Anak-Nya ("Mata-Mu terlalu suci untuk melihat kejahatan" (Habakuk 1:13). Bapa memalingkan wajah-Nya dari Anak-Nya, saat Sang Anak menanggung murka dan hukuman yang selayaknya kita terima. Sekarang apakah yang kita dapat lakukan supaya Yesus yang ditinggalkan demi kebaikan kita tidaklah sia-sia kematian-Nya? Jawabannya tidak ada yang dapat menebus kebaikan-Nya dan sesungguhnya kita seumur hidup berutang kepada-Nya. Oleh karena itu berikanlah hati Anda dan saya kepada-Nya untuk dipakai menjadi bejana kemuliaan-Nya. Hal sederhana yang harus kita lakukan adalah memikul salib Yesus Kristus saat ini yang artinya hidup bagi Dia saja dan menaati apa pun yang Dia minta dari kita, memadamkan keinginan egois kita. Artinya berjalan mengikuti langkah-Nya demi ketaatan, kerendahhatian penderitaan demi kerajaan. Saat kita hidup di dunia ini sebagai orang Kristen mungkinsaja kita mendapat ejekan, siksaan karena kita sedang memikul salib Yesus. Namun sama seperti Kristus tanpa kompromi menjalankan kehendak Bapa, demikian juga kita harus melakukannya.
Untuk menjalani penderitaan yang begitu berat itu, tentulah kita ada berpkir bahwA Dia itu Anak Allah. Yesus bukan manusia biasa. Itu benar karena Dia lahir oleh Roh Kudus, makanya Dia datang bukan untuk menajdi Raja dunia, tetapi melakukan kehendak Bapa dengan kematian-Nya di kayu salib, maka Yesus menghancurkan semua penghalang yang menghalangi orang yang percaya kepada-Nya untuk datang menghadap di hadapan-Nya. Dalam kematian-Nya kita jadi nya memiliki hidup. Max Lucado mengatakan, "Dan sekarang di Bukit Tengkorak, Sang Penanggung dosa sendirian lagi. Setiap dusta yang pernah dikatakan, setiap objek yang pernah didambakan, setiap janji yang pernah dilanggar berada di pundak-Nya. Ia adalah dosa.
Yesus mati di atas kayu salib sebagai tontonan dosa dan kebangkitan-Nya adalah kemenangan selama-lamanya atas dosa (PW).Oleh karena Yesus mati di atas kayu salib maka ada pengharapan akan kebangkitan-Nya yang dijanjikan-Nya, sehingga kita pun akan bangkit bersama Dia di masa ketika Dia datang kembali kedua kalinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar