Kematian Saul adalah hal tragis dalam perjalanan seorang raja dan pemimpin bangsa Israel. Kepemimpinan Saul yang diwarnai kebencian dan ketidaktaatan yang terus-menerus kepada Allah dan di samping itu Allah sendiri telah undur daripadanya. Ketakutan Saul kepada bangsa Filistin adalah akibat tidak adanya lagi dukungan ilahi dari Allah sendiri dan Saul menyadari itu sebagai kehancuran bagi dirinya bahkan di saat terakhir hidupnya. Ketika melihat bangsanya dikalahkan dalam benaknya hanya muncul bagaimana mengakhiri hidup ini dengan terhormat dan bukannya berpikir tentang Allah. Seakan Saul berpikir Allah tidak mengasihinya dan sudah meninggalkannya. Padahal selagi dia masih ada kesempatan untuk bertobat sesungguhnya dia sering memakai nama Allah untuk hal-hal yang bukan jadi kehendak Allah itu sendiri. Justru di saat dia seharusnya berseru kepada Allah dia hanya berpikir bagaimana caranya saya mengakhiri hidupnya dengan terhormat.
Ketika bujang pemebawa senjatanya tidak mau membunuhnya maka ia pun berpikir pendek dengan cara bunuh diri harapnya dia tidak melihat kekejian bangsa Filistin, namun hal itu justru membuat bangsa Filistin lebih mdah lagi memenggal kepalanya dan menancapkan tubuhnya dengan tidak terhormat. Apakah Saul menjadi pengecut. Lawan dari ketakutan adalah percaya dan berani. Berani membawa risiko, namun balik itu ada kesempatan untuk berbuat sesuatu yang berharga di saat-saat terakhir. Bukankah yang dilakukan Saul ini merupakan kebodohan. Bunuh diri tidak menjadi solusi terbaik bagi dirinya dan bangsanya. Bahkan jalan yang dipilihnya untuk mati bukanlah jaln yang dikehendaki Allah baginya. Saul datang berperang tanpa pengharapan. Bagi bangsa Filistin peperangan ini harus dimenangkan dengan jiwa ksatria, namun mereka mendapati Saul bunuh diri dengan menjatuhkan badannya kepda pedang. Seharusnya Saul berperang hingga akhir, bahkan berharap dapat membunuh lebih banyak lagi musuh dan itulah kesempatan dia selama di ahidup. Dia tidak perlu memetingkan dirinya sendiri untuk mat terhormat justru dia harus mati terhormat di depan bangsanya dan di hadapan musuhnya dan Allahnya.
Allah tidak tinggal diam melihat allah bangsa Filistin dipuja-puja maka dia menggerakan pahlawan gagah perkasa untuk mengambil mayatnya Saul dan membakarnya dan mengambil tulang-tulangnya sebagai peringatan bahwa Allah pernah memilih Saul jadi raja meskipun dia tidak taat hingga akhir namun dia layak diperlakukan dengan baik oleh bangsanya.
Yesus mati di atas kayu salib sebagai kehinaan, namun kematiannya adalah kehendak Allah. Akankah kita ini mau mati sesuai dengan kehendak Allah atau kita hanya mau mati tanpa makna karena mengikuti jalan hidup kita. Dosa memang menjadi cela untuk kita tidak bersandar kepada pengharapan-Nya sebab dosa membuat pikiran, hati dan tindakan kita tertutup rapat-rapat. Yesus mati untuk kita semua sehingga hidup ini bermakna. Allah menlaui Yesus Kristus memberikan pengharapan yang pasti, hidup yang kekal, dan kematian menjadi bermakna dan berguna, keyakinan akan keselamatan, dan mengalami kemuliaan bersama-Nya.
Kematian yang dngan cranya Allah adalah kematian yang berdampak kepada orang yng ditinggalkannya dan tidak memalukan. Ingat kisah kematian Simson dan hal itu akan kita lanjutkan kisahnya. Tuhan memberkati- PW
Tidak ada komentar:
Posting Komentar