Bab 9
Kesopanan
Orang
yang sederhana mengakui nilai privasinya sendiri dan menghormati orang lain.
Dia melindungi privasinya dari tatapan oarng lain, dia menolak apapun yang
mungkin mengganggu dan meredakan praktik ini hanya dalam sikap yang dapat
bermanfaat baginya atau orang lain.
Kesopanan
sangat penting untuk orang-orang yang hidup dalam lingkungan sosial yang
cenderung merusak privasi individu dan keakraban. Sikap “produksi masa” dan
kekacauan kebiasaan sosial dan moral dapat membuat individu menjadi kaki tangan
dalam tren umum.
1. Pentingnya privasi
Mungkin sekarang ini kita
harus mempertimbangkan apa ayng dimaksud dengan ‘mengenali nilai privasi orang’
dan bagaimana mengetahui apakah anak-anak kita dapat melakukan hal tersebut.
Ketika anak muda menemukan bahwa dirinya memiliki kehidupan pribadi yang unik,
menyadari komposisi realita itu terdiri atas spirit, tubuh, dan emosi tapi
tidak diketahui orang lain, dia bereaksi dalam dua cara yang berbeda. Dia
mencoba membagika pengalaman intimnya kepada orang lain, atau dengan teman special,
atau bahkan setiap orang, atau dia tetap menyimpannya dalam hati,
merefleksikannya dan selanjutnya membahasnya atau tidak, sebagai sebuah diktat
keadaannya.
Poin lain yang harus
dijelaskan adalah bahwa keterbukaan bukanlah lawan dari kesopanan. Keterbukaan
membutuhkan kita untuk bertindak dalam cara yang konsisten dengan tujuan kita,
tanpa menjadi manusia licik; kesopanan bukanlah realitas tersembunyi: realitas
itu sudah paten, dikontrol melalui keputusan personal. Jika kesopanan
dipertimbangkan sebagai sebuah kebajikan, yang dimulai dengan apresiasi
terhadap privasi diri sendiri, kita harus menanyakan apa tanda yang kita cari
dalam melihat seberapa baiknya anak kita mempraktikkannya.
Tanda-tanda positif
ketika anak-anak remaja mulai membedakan antara informasi yang mereka inginkan
untuk diteruskan kepada orang tua dan diceritakan kepada yang lain atau
menyimpannya sendiri. Kesopanan bukan berarti memutus komunikasi dengan yang
lain; hal ini akan menjadikannya dalam kondisi kesepian. Tanda positif lainnya
adalah kemampuan anak-anak untuk menjadi dirinya tanpa menghindari tanggung
jawabnya.
2. Praktik kesopanan
Sebelum mendiskusikan
bagaimana kita seharussnya mengajarkan anak-anak kita tentang kebajikan
kesopanan, kita seharusnya mempertimbangkan bagaima ‘menghargai privasi orang’
itu diekspresikan. Choza menyebut ada tiga area yang relevan dalam
mempraktikkannya, yaitu di rumah, pakaian seseorang, dan bahasa seseorang.
Berkaitan dengan rumah, Ia mengatakan bahwa alasan utama orang membangun rumah
bukan untuk melindunginya dari binatang buas atau cuaca yang ekstrim teteapi
mereka membutuhkan rumah untuk wilayah intimnya. Untuk alasan inilah, orang tua
harus membiarkan anak-anak mereka membuat ruang tertentu bagi dirinya. Jika dia
tidak membuat apapun, atau dia dibentuk dari lingkungan yang diciptakan oleh
orang tuanya: dia merasa bukan berada di tempatnya: dia tidak mempunyai tempat
untuk mengekspresikan dirinya sendiri.
Pada area tertentu,
kesopanan akan terlihat menjadi sebuah konflik dengan fashion. Keinginan istri
untuk menyenangkan suaminya atau gadis muda yang ingin terlihat sisi
kelebihannya pada acara social dapat diterima sepenuhnya, tetapi hal ini akan
mudah merosot menjadi kesombongan atau ketidaksopanan. Intinya yang perlu
diingat adalah sesuatu itu (berkaitan dengan pakaian) tidak hanya apakah
menutup keseluruhan (banyak) atau sedikit tetapi juga bagaimana ia menutupinya.
Fakta yang menyatakan
bahwa kita tidak tahu “apa yang terjadi di atas kita” menunjukkan bahwa kita
tidak berada dalam kontrol oleh emosi kita. Kemampuan untuk mengekspresikan kerangka
berpikir kita dalam kata-kata mengindikasikan kemampuan untuk mengontrolnya
secara objektif. Ketika kita mengatakan seseorang tidak memiliki perasaan
kesopanan karena dia berbicara tanpa pandang bulu tentang aspek keintiman dalam
kehidupan emosionalnya, kita mengartikan bahwa keintiman adalah properti
publik.
3. Pengaruh eksternal
Usaha kita untuk
mempraktikkan kebajikan kesopanan mungkin sangat dirugikan oleh pengeruh
eksternal. juka kita ingin anak-anak kita dipenuhi dengan gairah kuat yang dapat
mereka kendalikan, pastilah kita harus mengajari mereka untukmenggunakan
kekuatan kemauan mereka, tetapi juga kemampuan mereka untuk berpikir, sehingga
mereka akan emnyadari efek dari pengaruh semacam itu pada mereka.
Anak-anak mungkin
berpikir mereka cukup dewasa untuk membedakan antara apresiasi artisti sebuah
film, seperti sesuatu yang erotis, tetapi kegemaran orang tidak pernah netral,
mereka bereaksi terhadap stimulus.
Akan sangat berguna untuk
menghitung ulang beberapa pengalaman dari kehidupan personal kita untuk
kebermanfaatan bagi teman atau anak-anak kita. Hal ini dapat membantu seseorang
untuk memahami situasinya secara lebih baik dan mengatasi permasalahan. Manusia
tidak harus menjadi pertapa, kita tidak disarankan untuk menjadi seseorang yang
melindungi privasinya secara salah untuk kenyamanannya atau meratapi
kesepiannya. Apa yang harus dilakukan untuk menjamin bahwa alasannya untuk
berbagi privasi yang tertinggi, jadi ia akan secara otomatis menjadi selektif
kepada orang yang dipilih untuk membagi pengalamannya.
4. Pengajaran kesopanan
Semua permasalahan yang
erat kaitannya dengan pengembangan hati nurani, yang dapat kita lihat secara
jelas dengan pentingnya Tuhan dalam hidup kita. Salah satu aspek kesopanan
adalah apa yang kita sebut sebagai “pendidikan seks”, meskipun akan lebih baik
jika kita berbicara memberikan informasi tentang masalah seksual dalam
pelajaran “pendidikan kasih sayang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar