Good News

Minggu, 18 Maret 2018

Bab 3 Optimisme oleh David Isaacs


Penerjemahan: Helaluddin
Bab 3
Optimistis
Sebuah optimis memiliki kepercayaan diri, berdasarkan sebuah alasan, dalam kemampuannya, dalam bantuan yang dia dapatkan dari orang lain dan kemampuan orang lain, dalam setiap situasi dia dapat mengidentifikasi elemen positif dan peluang untuk perbaikan yang ditawarkan padanya; kesulitan dan rintangan yang ditempuh menuju perbaikan; mengambil keuntungan dari segala yang baik dan menghadapi secara sportif dan sikap yang riang.

Mari kita mempertimbangkan apa yang kita pahami tentang optimis sebagi nilai kebajikan, sejak dalam penggunaan normalnya yang memiliki arti dalam banyak ragam. Sebagai contoh, pada saat hujan dengan langit yang gelap oleh mendung, seseorang berkata “Semoga matahari cepat keluar, dan kita dapat pergi jalan-jalan”. Yang lainnya berkata “Mari nyalakan lampu dan main game. Mari kita nikmati bersama-sama”. Manakah di antara keduanya yang termasuk orang optimis dalam rasa yang positif?
Oleh karena itu, optimis dapat dipahami sebagai kualitas personal yang mengikuti individu untuk melihat sisi terang dari sebuah situasi antara realistis dan yang tidak realistis. Optimistis sebagai nilai kebajikan melibatkan realitas dan secara sadar mencari aspek positif dari situasi sebelum mencari kesulitannya. Dengan kata lain, optimis dapat diartikan sebagai upaya mencoba melihat apa yang dapat diperoleh dari kesulitan mereka.


1.  Optimis berdasarkan kepercayaan diri
Keyakinan menyiratkan pengakuan akan setiap situasi individu karena kualitas dan kemampuan kita sendiri dan juga kemampuan orang lain mengandaikan ketergantungan pada ketekunan kita sendiri yang berkembang dengan baik dan keamanan dan pengetahuan bahwa orang lain bersedia bertindak untuk kita. Jika itu bermakna, kepercayaan diri harus didasarkan pada kenyataan, tapi selalu memungkinkan bahwa kita dan orang lain mungkin membaik

2.  Realisme dan perbaikan
Kita telah mengatakan bahwa optmistis terdiri atas memiliki kepercayaan diri sehingga dalam situasi apapun kita dapat membedakan, pertama-tama, semua elemen positif dan peluang perbaikan dan, maka semua hambatan dan kesulitan, sehingga kita dapat memanfaatkan hal apapun yang mungkin bermanfaat bagi kita dan menghadapi sisanya dengan cara yang sportif dan ceria.
Pada saat pesimis muncul ada dua poin yang terlihat: kesulitan sebenarnya dalam masalah yang harus diselesaikan dan kesulitan individual tiap pribadi dalam melihat situasi secara jelas. Sebagai contoh, orang dewasa yang kecewa atau dikecewakan oleh rekan kerjanya, dia tidak mungkin menjadi pesimis mengenai apa yang dia harapkan dari orang-orang pada umumnya. Jika Ia mengembangkan nilai kebajikan berupa optimistis, Ia akan melanjutkan untuk menerima orang lain dan menghargai situasi sebagai peluang untuk membantunya bangkit. Bagi anak-anak mungkin mereka akan meresa depresi dan bingung dengan kekecewaan sesaat. Hanya usialah yang mampu mengajarkan kita untuk menyadari kepentingan relatif dari hal-hal yang terjadi pada kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar