Penerjemahan: Helaluddin
Bab 3
Optimistis
Sebuah
optimis memiliki kepercayaan diri, berdasarkan sebuah alasan, dalam
kemampuannya, dalam bantuan yang dia dapatkan dari orang lain dan kemampuan
orang lain, dalam setiap situasi dia dapat mengidentifikasi elemen positif dan
peluang untuk perbaikan yang ditawarkan padanya; kesulitan dan rintangan yang
ditempuh menuju perbaikan; mengambil keuntungan dari segala yang baik dan
menghadapi secara sportif dan sikap yang riang.
Mari
kita mempertimbangkan apa yang kita pahami tentang optimis sebagi nilai
kebajikan, sejak dalam penggunaan normalnya yang memiliki arti dalam banyak
ragam. Sebagai contoh, pada saat hujan dengan langit yang gelap oleh mendung,
seseorang berkata “Semoga matahari cepat keluar, dan kita dapat pergi
jalan-jalan”. Yang lainnya berkata “Mari nyalakan lampu dan main game. Mari
kita nikmati bersama-sama”. Manakah di antara keduanya yang termasuk orang
optimis dalam rasa yang positif?
Oleh
karena itu, optimis dapat dipahami sebagai kualitas personal yang mengikuti
individu untuk melihat sisi terang dari sebuah situasi antara realistis dan
yang tidak realistis. Optimistis sebagai nilai kebajikan melibatkan realitas
dan secara sadar mencari aspek positif dari situasi sebelum mencari
kesulitannya. Dengan kata lain, optimis dapat diartikan sebagai upaya mencoba
melihat apa yang dapat diperoleh dari kesulitan mereka.
1. Optimis berdasarkan
kepercayaan diri
Keyakinan
menyiratkan pengakuan akan setiap situasi individu karena kualitas dan
kemampuan kita sendiri dan juga kemampuan orang lain mengandaikan
ketergantungan pada ketekunan kita sendiri yang berkembang dengan baik dan
keamanan dan pengetahuan bahwa orang lain bersedia bertindak untuk kita. Jika
itu bermakna, kepercayaan diri harus didasarkan pada kenyataan, tapi selalu memungkinkan
bahwa kita dan orang lain mungkin membaik
2. Realisme dan perbaikan
Kita
telah mengatakan bahwa optmistis terdiri atas memiliki kepercayaan diri
sehingga dalam situasi apapun kita dapat membedakan, pertama-tama, semua elemen
positif dan peluang perbaikan dan, maka semua hambatan dan kesulitan, sehingga
kita dapat memanfaatkan hal apapun yang mungkin bermanfaat bagi kita dan
menghadapi sisanya dengan cara yang sportif dan ceria.
Pada
saat pesimis muncul ada dua poin yang terlihat: kesulitan sebenarnya dalam
masalah yang harus diselesaikan dan kesulitan individual tiap pribadi dalam
melihat situasi secara jelas. Sebagai contoh, orang dewasa yang kecewa atau
dikecewakan oleh rekan kerjanya, dia tidak mungkin menjadi pesimis mengenai apa
yang dia harapkan dari orang-orang pada umumnya. Jika Ia mengembangkan nilai
kebajikan berupa optimistis, Ia akan melanjutkan untuk menerima orang lain dan
menghargai situasi sebagai peluang untuk membantunya bangkit. Bagi anak-anak
mungkin mereka akan meresa depresi dan bingung dengan kekecewaan sesaat. Hanya
usialah yang mampu mengajarkan kita untuk menyadari kepentingan relatif dari
hal-hal yang terjadi pada kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar