Abstrak
Yohana
Marturia Manilani. “Bentuk Perpaduan Nyanyian Himne dan Nyanyian Kontemporer
dalam Ibadah di Gereja Kemah Injil Indonesia Jemaat Talitakumi Makassar.”
(Dibimbing oleh Yustinus I. Punda, S.Th, MCM)
Tujuan penulisan skripsi adalah mengetahui
bentuk perpaduan seperti apakah yang dipakai untuk memadukan nyanyian himne dan
nyanyian rohani kontemporer dalam ibadah di Gereja Kemah Injil Indonesia
Jemaaat Talitakumi Makassar.
Adapun hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai
berikut: Pertama, Para pendiri gereja
kebanyakan mereka yang berlatar belakang Calvinis, yang lebih menerima pemakain
nyanyian himne dengan iringan pianao tunggal, dibandingkan dengan pemakain
musik kontemporer (fullband). Kedua, karena
kelompok ini memiliki paradigma bahwa nyanyian kontemporer merupakan nyanyian
yang memiliki makna theologi yang kurang dalam, jika dibandingkan dengan
nyanyian himne, yang menurut mereka merupakan nyanyian yang agung dan juga
memiliki makna teologi dalam. Ada juga kendala dari kelompok yang kurang
menerima pemakaian himne yaitu: Pertama, adanya
pemahaman bahwa nyanyian himne (NKI) merupakan nyanyian yang susah di mengerti
jika dilihat dari syairnya yang syairnya yang bersifat puitis. Kedua, nyanyian himne merupakan nyanyian
orang tua, sehingga lebih banyak digandrungi oleh orang tua. Metode apa yang
efektif untuk digunakan dalam memadukan nyanyian himne dan nyanyian kontenporer
dalam pelaksanaan ibadah adalah Pertama, menyanyikan nyanyian himne
dengan sajian musik kontemporer. Bentuk perpaduan ini merupakan sala satu
bentuk yang menurut penulis lebih cocok untuk digunakan dalam ibadah di Gereja
Kemah Inijil Indonesia Talitakumi Makassar, sebagai sala satu cara untuk
mengubah paradigma dari kelompok jemaat yang kurang menerima penggunaan
nyanyian dan musik kontemporer dalam ibadah. Kedua, menggunakan kedua jenis nyanyian yaitu nyanyian himne dan
nyanyian rohani kontemporer dalam liturgi ibadah. Perpaduan ini juga bisa
digunakan dalam ibadah di Gereja Kemah Inijil Indonesia Talitakumi, namun
alangkah baiknya lagu-lagu kontemporer yang akan dipakai dalam ibadah dipilih
gembala jemaat, sehingga bisa memilih lagu-lagu yang juga memiliki makna
theologi yang baik. Ketiga, menggunakan
tata ibadah tradisional dan tata ibadah modern. Perpaduan ini juga dapat
digunakan oleh Gereja Kemah Injil Talitakumi, apa bila ada kesepakatan dari
pihak gereja sendiri, untuk melakukan kegiatan ibadah dua kali seminggu, atau
dua kali sebulan (dua minggu dalam sebulan gereja beribadah dengan tata ibadah
tradisional dan dua minggu berikutnya gereja beribadah dengan menggunakan tata
ibadah moderen).
Kata Kunci: Bentuk, Perpaduan, Nyanyian,
Himne, Kontemporer, Ibadah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar