Ringkasan By Hengki Wijaya
1.
Kanon : Bingkai
Tafsir
Penelitian
Yesus Sejarah pada abad ke-20 dikembangkan kira-kira 50 sarjana Alkitab pada
tahun 1985 di bawah pimpinan Robert Funk, seorang professor emeritus Alkitab.
Kelompok ini menamakan diri Jesus Seminar.
[1]
Berikut
adalah evaluasi terhadap prasuposisi dan cara kerja kelompok Jesus Seminar:[2] Pertama: untuk membuktikan historisitas
ucapan dan ajaran Yesus dipakai teks-teks yang sama sifatnya dengan teks injil
Perjanjian Baru, yaitu teks religious. Kedua:
Sudah menjadi kodrat dari injil Perjanjian Baru untuk menyatu dengan
historisitas Yesus (Bruce, 1987:7-9). Ketiga:
injil tomas (dan literature Kristen abad ke-1 sampai ke-3 AD) dan Injil PB
dipakai sebagai sumber dalam menyusun sosok Yesus historis, tanpa dibedakan
status kanon dari keduanya, seolah-olah mereka sederajat. Keempat: secara teoritis dan dalam prakteknya Kristus yang dimani (Christ
of Faith) tidak bisa dipisahkandari Kristus dalam sejarah (Christ of history) tidak
dapat dikatakan bahwa iman kepada Kristus sebagian berdasarkan keadaan Yesus
sebenarnya dan sebagian lain lagi berdasarkan iman orang lain (baca: jemaat
mula-mula) kepada Yesus. Kelima: Paul Barnett (1997) membuat
observasi yang menarik bahwa keempat injil (dan genre injil) pada dasarnya
bersifat biografis, menggambakan Kristus yang diimani gereja belakangan dan
karenanya menjadi alat penginjilan dari gereja mula-mula.
Sekalipun
kriteria kanonisasi Perjanjian Lama tak pasti, empat kreteria berikut biasanya
disepakati sebagai penentu kanon PL yaitu: Pertama: kanonsitas di kaitkan
dengan nubuat. Kedua: kanonsitas dikaitkan dengan perjanjian. Ketiga:
kanonsitas PL diteguhkan oleh PB. Keempat: kanonsitas PL dalam praktis
diteguhkan dengan pemakaiannya dalam ibadah umat Israel (liturgi).[3]
2.
Penciptaan: Horison Sejarah Keselamatan
Teologi
penciptaan adalah kepercayan tentang Allah sebagi pencipta alam semesta yang
kompleks namun tertata rapi, termasuk juga sebagai penjaga kelangsungan dunia
ciptaan sampai sekarang, “menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh
kekuasan“ (Ibr.1:3).[4]
Sekalipun
Tuhan adalah Pencipta, Alkitab tidak pernah mengindektikkan Sang Pencipta
dengan dunia ciptaan. Fakta bahwa Tuhan menyatakan diri dalam dunia ciptaan
tidak berarti Ia dapat dikenal begitu saja melalui alam tanpa bantuan wahyu.
Dalam teologi konservatif tidak pernah
dikatakan alam pada dirinya sendiri mengantar orang menuju Tuhan. Selalu
dikatakan bahwa Tuhan berkenan mewahyukan diri, kodrat dan kehendak-Nya dalam
dunia ciptaan (Mzm. 19:2; Rm. 1:20).[5]
Secara
teologis, penciptaan dalam Alkitab mempunyai arti lebih daripada Allah
menciptakan sesuatu (Bernhardt TDOT II: 246-248). Ada tiga makna teologis dari
penciptaan, yakni:[6]
1.
Demonstrasi
Kuasa Tuhan
Penciptaan
langit dan bumi adalah tindakan dari Yang Mahakuasa lewat firman-Nya (bdg. Mzm.
33:9;bdg. 148:5, 33:6)
2.
Kemenangan
atas Khaos
Penciptaan
langit dan bumi adalah bukti kemenangan Tuhan melawan kuasa-kuasa kekacauan dan
kekuatan-kekuatan yang potensial membuat kekakacauan.
3.
Dunia
yang baik
Tuhan
menciptakan dunia yang baik (tov) dan
diberkati Tujuh kali dunia ciptaan sebagai baik dan klimaksnya ketika manusia
dinilai “sungguh amat baik” (Kej. 1:4,10,12,18,21,25,31). Kemahakuasaan Allah
yang mampu menciptakan dunia dari tidak ada apa-apa (Kej. 1:1-2) disebut
sebagai doktrin creation ex nihilo.
3. Perempuan:
Sesama Penyandang Gambar Allah
Ada teks-teks Alkitab yang deskriptif,
menggambarkan begitu saja rendahnya kedudukan wanita dalam masyarakat Israel
kuno tanpa berusaha mencelanya, malah ada kesan Tuhan melibatkan diri dalam
sistem yang diskriminatif . Praktik poligami dalam PL telah dimulai sejak
peradaban manusia, Lamekh (Kej. 4:9) dan yang dilaksanakan oleh para raja (I Raja
11:3). Abraham pun mempraktekkannya,
walaupun ia adalah bapak orang beriman (Kej. 25:1) dan para tokoh PL
lainnya. [7]
Menurut PL, perempuan dan laki-laki
diciptakan Allah setara namun berbeda, setara dalam keberadaan sebagai manusia,
berbedaan dalam keberadaan jenis kelamin (Kej. 1:27).
- Dan Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya.
- Menurut gambar Allah Ia menciptakan mereka.
- Laki-laki dan perempuan Ia menciptakan mereka.
Baik laki-laki dan perempuan sama
martabatnya di hadapan Allah sebagai manusia, sebelum maupun sesudah kejatuhan
(Kej. 5:2), sebagai penyandang gambar Allah.
1.
Dan
menciptakan Allah manusia menurut gambar-Nya.
2.
Menurut
gambar Allah Ia menciptakan dia.
Manusia, laki-laki dan perempuan,
diciptakan menurut gambar Allah dalam posisi setara tanpa hierarki. Martabat
manusia terletak dalam keberadaannya sebagai gambar Allah. Kesetaraan laki-laki dan perempuan juga
terlihat dalam mandat yang sama dari TUHAN untuk beranak cucu dan menguasai
alam (Kej. 1:26, 28-29) [8] Feminisme
muncul sebagai reaksi terhadap dominasi lelaki atas perempuan. Sebagai gerkan
emansipasi wanita, feminisme sendiri pada mulanya bersumber pada filsafat
eksistensialisme yang menolak identifikasian manusia berdasarkan kodrat bawaan.[9]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar