Good News

Rabu, 22 Oktober 2014

Ringkasan: Bunga Rampai teologi Perjanjian Lama (Yonky Karman)



Ringkasan By Hengki Wijaya

1.      Kanon : Bingkai Tafsir

Penelitian Yesus Sejarah pada abad ke-20 dikembangkan kira-kira 50 sarjana Alkitab pada tahun 1985 di bawah pimpinan Robert Funk, seorang professor emeritus Alkitab. Kelompok ini menamakan diri Jesus Seminar. [1]

Berikut adalah evaluasi terhadap prasuposisi dan cara kerja kelompok Jesus Seminar:[2] Pertama: untuk membuktikan historisitas ucapan dan ajaran Yesus dipakai teks-teks yang sama sifatnya dengan teks injil Perjanjian Baru, yaitu teks religious. Kedua: Sudah menjadi kodrat dari injil Perjanjian Baru untuk menyatu dengan historisitas Yesus (Bruce, 1987:7-9). Ketiga: injil tomas (dan literature Kristen abad ke-1 sampai ke-3 AD) dan Injil PB dipakai sebagai sumber dalam menyusun sosok Yesus historis, tanpa dibedakan status kanon dari keduanya, seolah-olah mereka sederajat. Keempat: secara teoritis dan dalam prakteknya Kristus yang dimani (Christ of Faith) tidak bisa dipisahkandari Kristus dalam sejarah (Christ of history) tidak dapat dikatakan bahwa iman kepada Kristus sebagian berdasarkan keadaan Yesus sebenarnya dan sebagian lain lagi berdasarkan iman orang lain (baca: jemaat mula-mula)  kepada Yesus. Kelima: Paul Barnett (1997) membuat observasi yang menarik bahwa keempat injil (dan genre injil) pada dasarnya bersifat biografis, menggambakan Kristus yang diimani gereja belakangan dan karenanya menjadi alat penginjilan dari gereja mula-mula. 
Sekalipun kriteria kanonisasi Perjanjian Lama tak pasti, empat kreteria berikut biasanya disepakati sebagai penentu kanon PL yaitu: Pertama: kanonsitas di kaitkan dengan nubuat. Kedua: kanonsitas dikaitkan dengan perjanjian. Ketiga: kanonsitas PL diteguhkan oleh PB. Keempat: kanonsitas PL dalam praktis diteguhkan dengan pemakaiannya dalam ibadah umat Israel (liturgi).[3]

2.       Penciptaan: Horison Sejarah Keselamatan
Teologi penciptaan adalah kepercayan tentang Allah sebagi pencipta alam semesta yang kompleks namun tertata rapi, termasuk juga sebagai penjaga kelangsungan dunia ciptaan sampai sekarang, “menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasan“     (Ibr.1:3).[4]
Sekalipun Tuhan adalah Pencipta, Alkitab tidak pernah mengindektikkan Sang Pencipta dengan dunia ciptaan. Fakta bahwa Tuhan menyatakan diri dalam dunia ciptaan tidak berarti Ia dapat dikenal begitu saja melalui alam tanpa bantuan wahyu. Dalam teologi konservatif  tidak pernah dikatakan alam pada dirinya sendiri mengantar orang menuju Tuhan. Selalu dikatakan bahwa Tuhan berkenan mewahyukan diri, kodrat dan kehendak-Nya dalam dunia ciptaan (Mzm. 19:2; Rm. 1:20).[5]
Secara teologis, penciptaan dalam Alkitab mempunyai arti lebih daripada Allah menciptakan sesuatu (Bernhardt TDOT II: 246-248). Ada tiga makna teologis dari penciptaan, yakni:[6]
1.      Demonstrasi Kuasa Tuhan
Penciptaan langit dan bumi adalah tindakan dari Yang Mahakuasa lewat firman-Nya (bdg. Mzm. 33:9;bdg. 148:5, 33:6)
2.      Kemenangan atas Khaos
Penciptaan langit dan bumi adalah bukti kemenangan Tuhan melawan kuasa-kuasa kekacauan dan kekuatan-kekuatan yang potensial membuat kekakacauan.
3.      Dunia yang baik
Tuhan menciptakan dunia yang baik (tov) dan diberkati Tujuh kali dunia ciptaan sebagai baik dan klimaksnya ketika manusia dinilai “sungguh amat baik” (Kej. 1:4,10,12,18,21,25,31). Kemahakuasaan Allah yang mampu menciptakan dunia dari tidak ada apa-apa (Kej. 1:1-2) disebut sebagai doktrin creation ex nihilo.
3.   Perempuan: Sesama Penyandang Gambar Allah
Ada teks-teks Alkitab yang deskriptif, menggambarkan begitu saja rendahnya kedudukan wanita dalam masyarakat Israel kuno tanpa berusaha mencelanya, malah ada kesan Tuhan melibatkan diri dalam sistem yang diskriminatif . Praktik poligami dalam PL telah dimulai sejak peradaban manusia, Lamekh (Kej. 4:9) dan yang dilaksanakan oleh para raja (I Raja 11:3).  Abraham pun mempraktekkannya, walaupun ia adalah bapak orang beriman (Kej. 25:1) dan para tokoh PL lainnya.  [7]
Menurut PL, perempuan dan laki-laki diciptakan Allah setara namun berbeda, setara dalam keberadaan sebagai manusia, berbedaan dalam keberadaan jenis kelamin (Kej. 1:27).
  1. Dan Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya.
  2. Menurut gambar Allah Ia menciptakan mereka.
  3. Laki-laki dan perempuan Ia menciptakan mereka.
Baik laki-laki dan perempuan sama martabatnya di hadapan Allah sebagai manusia, sebelum maupun sesudah kejatuhan (Kej. 5:2), sebagai penyandang gambar Allah.
1.      Dan menciptakan Allah manusia menurut gambar-Nya.
2.      Menurut gambar Allah Ia menciptakan dia.
Manusia, laki-laki dan perempuan, diciptakan menurut gambar Allah dalam posisi setara tanpa hierarki. Martabat manusia terletak dalam keberadaannya sebagai gambar Allah.  Kesetaraan laki-laki dan perempuan juga terlihat dalam mandat yang sama dari TUHAN untuk beranak cucu dan menguasai alam (Kej. 1:26, 28-29) [8] Feminisme muncul sebagai reaksi terhadap dominasi lelaki atas perempuan. Sebagai gerkan emansipasi wanita, feminisme sendiri pada mulanya bersumber pada filsafat eksistensialisme yang menolak identifikasian manusia berdasarkan kodrat bawaan.[9]



[1] Yonky Karman. Bunga Rampai Teologi Perjanjian Lama: dari kanon sampai doa. Jakarta: BPK  Gunung Mulia, 2009, 1.
[2]  Ibid, 3-4.
[3]  Ibid, 8-9.
[4]  Ibid, 18-19.
[5]  Ibid, 19.
[6]  Ibid, 29-31.
[7] Ibid, 39.
[8]  Ibid, 45.
[9]  Ibid, 71-72.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar