Research by Hengki Wijaya
A. Persamaan Kitab Keluaran 20 dan Ulangan 5
Persamaan Kitab Keluaran 20 dan Ulangan
5 dapat dilihat dari kesejajaran kedua pasal dalam kitab tersebut. Persamaan
itu dapat diamati atas dua bagian: pertama, persamaan teks dan arti dan yang
kedua adalah persamaan arti namun beda teks.
(a)
Keluaran 20:2 sejajar dengan Ulangan 5:6
(b)
Keluaran 20:3 sejajar dengan Ulangan 5:7
(c)
Keluaran
20:4 – 7 sejajar dengan Ulangan 5:8 – 11
(d)
Keluaran
20:9 sejajar dengan Ulangan 5:13
(e)
Keluaran
20:13 sejajar dengan Ulangan 5:17
(f)
Keluaran
20:14 sejajar dengan Ulangan 5:18
(g)
Keluaran
20:15 sejajar dengan Ulangan 5:19
(h)
Keluaran
20:16 sejajar dengan Ulangan 5:20
(i)
Keluaran
20:17 sejajar dengan Ulangan 5:21
2.
Persamaan
maksud dan beda teks dalam kesejajaran Kitab yaitu:
(a)
Keluaran
20:1 sejajar dengan Ulangan 5:5b
(b)
Keluaran
20:8 sejajar dengan Ulangan 5:12
(c)
Keluaran
20:10 – 11 sejajar dengan Ulangan 5:14 –
15
Persamaan maksud, namun beda teks ini
terjadi karena perbedaan struktur teks antara Kitab Keluaran 20 dan Kitab
Ulangan 5. Keluaran 20 berisi perjanjian di Sinai dimana Allah memberikan
perjanjian kepada Musa yaitu sepuluh hukum (Keluaran 20:1 – 17); kitab Perjanjian
(Kel. 20:18 – 23:33) sedangkan Kitab Ulangan 5 berisi pidato kedua Musa berisi
sepuluh hukum (Ulangan 5:6 – 21); dan tanggapan umat Allah (Ul. 5:22 – 33).[2]
Persamaan
kedua kitab terletak pada “Sepuluh Hukum”. Kesepuluh hukum ini yang juga
dikenal sebagai Dekalog atau “Sepuluh Firman”, tertulis dalam Keluaran 20:1-7
dan diulangi lagi dalam Ulangan 5:6-21.
Bertolak belakang dengan undang-undang lain yang dinyatakan oleh Allah dalam
Pentateukh, maka Musa tidak disebutkan sebagai perantara dari perintah-perintah
ini.[3]
Isi dan maksud kedua kitab tersebut adalah Allah menampakkan diri serta
menyatakan kemuliaan-Nya selaku Allah Israel. Allah mengikat perjanjian-Nya
dengan Israel dan membina umat-Nya, yakni dengan memberikan “Kesepuluh Firman”
untuk menguduskan,membebaskan,dan mempersatukannya.[4]
Dalam
Kitab Keluaran 20 dan Kitab Ulangan 5 terdapat pesan Allah yang sama yaitu
Allah mengharapkan ketaatan dari umat-Nya. Sepuluh Perintah mencerminkan
harapan Allah yang mendasar terhadap umat-Nya dan Allah menginginkan
persekutuan dengan umat-Nya dengan ketaatan terhadap perjanjian-Nya. Allah
Israel adalah Allah yang Kudus yang mengasihi umat-Nya maka umat-Nya juga harus
kudus melalui takut akan Tuhan.[5] Menurut
G.E. Mendehall, tujuan perjanjian adalah menciptakan hubungan-hubungan baru,
sedangkan tujuan hukum adalah mengatur hubungan-hubungan yang sudah ada melalui
sarana perintah. Tujuan “Sepuluh Hukum” dinyatakan dalam Keluaran 20:20, “ …
supaya takut akan Dia (Allah) ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa.”[6]
Berbicara
tentang Sepuluh Hukum yang sangat penting ditekankan oleh kedua kitab. Setidaknya
ada 2 pandangan besar tentang isi masing-masing 2 loh batu itu.[7] Pertama,
2 loh batu itu berisi 10 perintah Allah yang pada masing-masing loh berisi perintah
yang berbeda-beda. Dengan kata lain, loh batu itu sifatnya berkelanjutan. Tentang
susunan perintah yang termasuk dalam loh batu pertama atau kedua. Kedua,
kedua loh batu itu berisi bagian yang sama, atau dengan kata lain loh kedua
merupakan salinan yang sama dari loh batu pertama. Pemikiran pertama lebih populer
dibandingkan dengan yang kedua namun pemikiran kedua perlu juga dipertimbangkan.
Salah satu tulisan yang mendukung pandangan kedua ini adalah tulisan Meredith
G. Kline dalam The Two Tablets of the Covenant.[8] Setidaknya
ada beberapa hal yang menjadi dasar pemikirannya:
·
Sepuluh
perintah Allah merupakan formula semacam
‘perjanjian atau pakta’ antara orang Israel dengan Allah. Dukungan ini nampak
pada kata-kata pembukaan ‘Akulah TUHAN Allahmu... ‘ yang merupakan ciri khas
perjanjian antara 2 kubu di dunia Timur Dekat kuno.
·
Dari
gaya penulisan, bentuk apodiktif yang ada dalam Decalogue memiliki kesamaan
dengan pakta kerjasama yang di dalamnya biasanya mengandung perintah, larangan,
formula persyaratan hingga kutukan (bdg. Ul. 27:15-26);
·
Dari
sisi pengistilahan, bagian-bagian Alkitab lainnya menyebut Decalogue ini sebagai
‘loh-loh perjanjian – the tables of the covenant’ (Ul. 9:9, 11) dan ‘the tables
of the testimony‘ (Kel. 31:18; 32:15; 34:29).
Albrecht
Alt membedakan 2 jenis hukum di dunia Timur Dekat kuno, yaitu hukum kasuistik
(dengan syarat serta mendefinisikan jenis kasus tertentu) dan apodiktif (tanpa
syarat dan bersifat imperatif). Hukum kasuistik secara sederhana didefinisikan
sebagai hukum ‘ jika... maka...’ (Kel. 21:18-19; Im. 25:25). Sedangkan hukum
apodiktif lebih bersifat langsung mendefinisikan apa yang benar dan salah.
Contoh bentuk apodiktif adalah formula ‘siapa.... pastilah...’ (Kel. 21:12,
15,17), ‘terkutuklah ‘ (Ul. 27:15-26), ‘janganlah....’ (Kel. 23:1-3,6-9;
Im.18:7-18). Melihat 2 perbedaan jenis hukum ini, maka dapat disimpulkan bahwa
Decalogue mempergunakan pola hukum apodiktif.[9]
Dan
karena 2 loh batu itu bukan sekedar sebuah hukum, melainkan perjanjian, maka menurut
Kline, keberadaan loh batu kedua merupakan salinan dari loh batu pertama. Pentingnya
2 loh batu sebagai tanda perjanjian antara Allah dan bangsa Israel semakin terlihat
ketika Allah memerintahkan Musa untuk meletakkan 2 loh batu itu di tabut perjanjian
(Kel. 25:16,21; 40:20; Ul. 10:2).[10]
Setidaknya
ada 3 pandangan populer tentang pembagian posisi perintah-perintah dalam 2
loh batu itu.[11]
·
Loh pertama berisi 5 perintah yang secara
eksklusif berhubungan dengan bangsa Israel sementara loh kedua berisi 5
perintah yang sifatnya universal. Dan 5
perintah pertama berhubungan dengan kasih Allah, hubungan antara Israel dan
Allah (Yahweh). Masing-masing perintah melibatkan frase ‘Tuhan Allahmu’ dan
masing-masing memiliki motif sebab-akibat. Dukungan pembagian 5 dan 5 ini
dinyatakan juga oleh Philo dalam Decalogue 50:
Now God divided them, being ten, as they
are, into two tablets of five each, which he
engraved on two pillars. And the first
five have the precedence and pre-eminence in
honour; but the second five have an
inferior place assigned to them.[12]
Josephus juga mendukungnya,[13]
…When
he said this, he showed them two tables, with the Ten Commandments engraved upon
them, five upon each table; and the writing was by the hand of God (Antiquities
of the Jews 3.110)
·
Dua
loh batu tersebut masing-masing terbagi atas 4 dan 6 perintah. Empat perintah
pertama berhubungan dengan Allah sementara 6 perintah berikutnya berhubungan
dengan sesama manusia. Pandangan ini didukung oleh Agustinus dan menjadi
pandangan tradisional gereja Katolik dan Lutheran.
·
Pandangan
ketiga mendasari pendapatnya pada penggunaan orang pertama dan ketiga untuk
merujuk pada Allah. Dalam Kel. 20:2-6 yang dianggap sebagai isi loh batu pertama,
Allah menyebut diri-Nya dalam bentuk orang pertama tunggal (Aku) sedangkan sisa
bagian sesudahnya (20:7-17) sebutan untuk Allah dinayatakan dalambentuk orang
ke-3 tunggal (Dia). Loh batu yang kedua masih dibagi lagi menjadi 2 bagian:
7-11 meliputi perintah-perintah yang berhubungan dengan keagamaan sedangkan 12-17 menyangkut masalah-masalah
sekuler.
B.
Perbedaan Kitab
Keluaran 20 dan Ulangan 5
Perbedaan
kata “Ingatlah” dalam Keluaran 20:8 diambil dari kata zakor dalam bahasa Ibrani. Dalam bahasa Inggris “remember”.
Implikasi dari mengingat ialah merayakan hari Sabat sebagai kenyataan yang ada
sekarang. Dalam Ulangan 5:12, kata kerja yang dipakai berbeda, yaitu syamar yang biasanya berarti
‘peganglah”, “jagalah”. Dalam bahasa Inggris “keep”, tetapi implikasinya sama.
Dalam Alkitab LAI diterjemahkan sebagai “ingat”.[14]
Pada
Ulangan 5: 12 ada kalimat “seperti
yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu” yang tidak terdapat pada Kel.
20:8 mengindikasikan bahwa Musa lebih menegaskan perintah ini yang sebenarnya
telah dilakukan oleh umat-Nya. Dengan perintah “kuduskanlah hari Sabat” ini
Allah mengundang umat-Nya untuk mengambil bagian di dalam perhentian-Nya
sendiri (karena Allah sendiri “berhenti” pada hari ketujuh,bdg. Kej. 2:2 – 3).
Artinya Allah membuka waktu bila umat dapat bersekutu dengan Dia dan dengan
sesamanya.[15]
Perbedaan
yang sangat jelas terlihat antar Kel. 20:11 dan Ul. 5:15 menunjukkan perbedaan
masa dan juga subyek yang menyampaikan berita tersebut. Allah berfirman
langsung kepada Musa dan kutipan ini juga bersumber dari Kejadian 2:1–3. Lain
halnya dengan Ul. 5:15, Musa mengingatkan umat Israel untuk tetap setia dengan
hukum Allah tentang pertolongan Allah
ketika umat Allah dibawa keluar dari Mesir.[16] Keluaran 20:11 menegaskan tentang pola Allah
yang diterapkan pada kehidupan manusia yaitu enam hari (Keluaran 20:9;Ulangan
5:13). Mereka bisa melakukan semua tugas mereka selama enam hari, tetapi pada
hari ketujuh mereka harus menghormati Tuhan dengan beristirahat. Hari ini harus
dianggap sebagai hadiah dari Tuhan dan orang-orang mengambil bagian dalam
kesukaan-Nya.[17]
Dalam
penjelasan Keluaran 20:9–11 terdapat dua pikiran yang penting yang menunjukkan
perbedaan yaitu: (1) Pertama ialah bukan hanya tuan rumah tangga yang berhenti
dari pekerjaan, tetapi juga anak-anak, hamba-hamba, orang-orang asing, juga
hewan; bukan hanya laki-laki tetapi perempuan juga. Itu berarti bahwa hormat
kepada Tuhan berhubungan dengan keprihatinan social bahkan dengan keadilan. Pikiran
ini lebih ditegaskan di mana disebut “lembumu atau keledaimu” disamping
“hewanmu”, ditambah keterangan “supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan
berhenti seperti engkau juga’” dan orang Israel diperingatkan bahwa mereka
dahulu adalah budak di Mesir; (2)
pikiran kedua, yang tidak terdapat dalam kitab Ulangan, ialah bahwa Tuhan
sendiri beristirahat, maka umat Israel harus beristirahat juga.[18]
Hal ini berarti Sabat itu bagi Allah dan juga untuk manusia. “Lalu kata Yesus
kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk
hari Sabat,jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat"(Markus
2:27–28).
Kitab
Keluaran 20:12 dan Ulangan 5:16 adalah sama, namun terdapat perbedaan yaitu
“baik keadaanmu” terdapat dalam Ul. 5:16 yang menunjukkan bahwa tidak hanya
supaya lanjut umur atau panjang umur tetapi juga baik keadaan (yatab: dalam bahasa Ibrani), syaratnya
melakukan perintah ini dengan setia (bdg. Ul. 6:3). Selain itu, teks ini
berusaha menegakkan otoritas manusia sebagai hal yang penting untuk memastikan
perjanjian itu dipelihara. Inti hukum ini ialah agar anak-anak menghormati
orang tua, karena di dalam rumah tanggalah anak-anak diajarkan tentang
perjanjian itu (Ul. 6:6–9).[19] Adanya
perbedaan dalam versi Sepuluh Hukum dalam Ulangan 5 dihubungkan dengan prosedur
pembaharuan perjanjian, yang menyadur ketentuan-ketentuan dasar perjanjian agar
sesuai dengan keadaan sejarah dan sosiologis yang berubah.[20]
Kata
“mengingini” dalam bahasa Ibrani: awah
yang dalam bahasa Inggris “covet”, (Kel. 20:17), namun dalam Ul. 5:21, arti
yang sama namun kata “mengingini” dalam bahasa Ibrani:hamad yang dalam bahasa
Inggris “desire”. Kata awah dalam
bahasa Ibrani rupa-rupanya bukan hanya menunjuk kepada motivasi batin, tetapi
juga kepada perbuatan, yaitu usaha untuk memperolehnya. Kata hamad lebih menegaskan keinginan atau
nafsu laki-laki untuk memperoleh hal yang salah dalam hal ini istri orang lain (bdg.
Kel. 34:24).[21]
Perbedaan
ciri khas kitab terlihat dalam Keluaran 20, kitab ini memuat ringkasan hukum
moral dan tuntutan kebenaran Allah bagi umat-Nya, dan dengan demikian
memberikan landasan bagi etika dan prinsip-prinsip moral Alkitabiah dalam
penyataan selanjutnya. Sedangkan Kitab Ulangan merupakan “Kitab Hukum Kedua”
karena di dalamnya Musa, pemimpin Israel yang berusia 120 tahun, menyatakan
kembali dan merangkum (dalam bentuk khotbah/pidato) sabda Tuhan yang terdapat
di dalam keempat kitab sebelumnya.[22]
Alkitab menunjukkan dalam Keluaran 20:
18–21 terdapat perbedaan dalam dialog Musa dengan umat Allah dimana Ulangan 5:25–26, dimana ada
kata “api” yang tidak didapati dalam Keluaran 20, namun terdapat dalam Keluaran
19:18. Hal itu disebabkan oleh riwayat dalam pasal 19 dilanjutkan dalam
Keluaran 20:18–21 karena ayat-ayat itu menggambarkan respon umat Israel
terhadap kuasa Allah (Kel. 20:18), namun Kesepuluh Hukum disisipkan di sini dan
ayat 1 (Kel. 20:1) menggabungkannya dengan riwayat itu. Alasannya ialah
Kesepuluh Firman menerima tempat khusus dalam penyataan kehendak Allah dan
menjadi dasar iman serta kelakuan bangsa yang dengannya Dia akan masuk
perjanjian.[23]
Kitab Keluaran 20:18–21 merupakan respon
orang-orang Israel terhadap guntur, kilat, sangkakala, serta gunung berasap
yang mereka lihat atau dengar ketika Allah turun ke atas gunung Sinai. Hal ini
disejajarkan dengan Ulangan 5:22–33 yang merupakan respon umat Allah yang
ditunjukkan melalui dialog Musa dan umat Allah dan firman Allah dengan
Musa. Perbedaannya adalah Ulangan
5:22–33 menjelaskan lebih lanjut alasan umat Allah menjadi takut mati maka Musa
menjadi pengantara mereka di hadapan Allah. Perbedaan lain adalah Kitab Ulangan
4:44–5:5 merupakan pengantar pidato Musa kepada umat Allah dimana teks Ulangan
5:1–5 tidak terdapat dalam kitab Keluaran 20. Dalam Keluaran 20:22–26,
merupakan peraturan tentang Kebaktian yang tidak dijelaskan dalam Ulangan 5.
Perikop tentang peraturan kebaktian adalah bagian pertama dari “kitab
perjanjian”.[24]
Keduanya
memiliki beberapa perbedaan. Pertama,
Keluaran 20:1-17 diucapkan sendiri oleh Allah kepada bangsa Israel di gunung
Sinai sedangkan Ulangan 5:6-21 diucapkan oleh Musa dalam konteks mengutip isi Keluaran
20:1-7. Kedua, antara isi Keluaran 20:1-7 dan Ulangan 5:6-21, ada beberapa
perbedaan isi, misalnya pada perintah ke 4,5 dan 10. Perbedaannya dapat dilihat
pada tabel berikut.[25]
Keterangan
|
Keluaran
20
|
Ulangan
5
|
Perintah
ke-4
|
8 Ingatlah dan
kuduskanlah hari Sabat:
|
12
Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu
|
9 enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
|
13 Enam hari
lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,
|
|
10 tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau
atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau
hambamu
perempuan, atau
hewanmu atau
orang asing yang di tempat kediamanmu.
|
14 tetapi hari
ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu
pekerjaan,engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu
laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu,
atau keledaimu, atau hewanmu yang manapun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti
engkau
juga.
|
|
11 Sebab enam
hari lamanya
TUHAN
menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari
ketujuh; itulah
sebabnya TUHAN
memberkati hari Sabat dan
menguduskannya.
|
15 Sebab
haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah
Mesir dan
engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan
tangan yang
kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN,
Allahmu,
memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.
|
|
Perintah
ke-5
|
12 Hormatilah
ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN,
Allahmu, kepadamu.
|
16 Hormatilah
ayahmu dan ibumu, seperti yang
diperintahkan kepadamu
oleh
TUHAN, Allahmu, supaya lanjut
umurmu dan
baik keadaanmu di tanah yang
diberikan TUHAN,Allahmu, kepadamu.
|
Perintah
ke-10
|
17 Jangan
mengingini rumah
sesamamu;
jangan mengingini
isterinya,
atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau
keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
|
21 Jangan mengingini isteri
sesamamu,
dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladangnya, atau
hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau
lembunya, atau
keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.
|
Sumber :
Perbedaan yang terdapat Dalam Sepuluh Hukum. LAI:Alkitab ITB
[1] Persamaan
Keluaran 20 dan Ulangan 5 berdasarkan Alkitab Terjemahan ITB,KJV .
[2] Andrew E. Hill
dan John H. Walton. Survei Perjanjian
Lama. Malang: Gandum Mas, 1996, 173;229.
[3] Hill Andrew E. dan
John H. Walton. 183.
[4] Christoph Barth
dan Marie-Claire Barth-Frommel. Teologi Perjanjian Lama 1. Jakarta:BPKGunung
Mulia, 2008,278.
[5] John Balchin et al.The Bible Outline. Jakarta:
Persekutuan Pembaca Alkitab, 2005, 28;47.
[6] Hill
dan John, 184.
[7] David L. Baker. Ten Commandments, Two Tablets: The Shape of
the Decalogue.Themelios 30,2005, 8.
[8] Meredith
G.Kline, The Two Tablets of the
Covenant .Westminster Theological Journal 22,1960,133-146
[11] Baker, 9 – 11.
[12] C.D. Yonge. The Works of Philo .Peabody: Hendrikson Publishers,
2000, 522.
[13] William Whiston. The Works of Josephus .Peabody:
Hendrickson Publishers, 2000 , 85.
[14] Robert
M. Paterson. Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran.
Jakarta:BPKGunung Mulia, 2006, 263.
[15] Barth dan Marie,
328.
[16] Paterson, 264.
[17] Ibid,
268.
[18] Ibid, 268-269.
[19] Hill, 234.
[20] Ibid, 184.
[21] Paterson,
265;440.
[22] Donald
.C. Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan . Jakarta: Gandum Mas dan LAI,
1992,95;274.
[23] Paterson, 275 –
277.
[24] Ibid, 281.
[25] Alkitab
Terjemahan Indonesia Baru menunjukkan perbadaan Sepuluh Hukum berdasarkan
Keluaran 20 dan Ulangan 5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar