Good News

Senin, 20 Oktober 2014

RESEARCH OF THE OLD TESTAMENT: SIMILARITIES AND DIFFERENCES: THE BOOK OF EXODUS 20 AND DEUTERONOMY 5

Research by Hengki Wijaya


A.    Persamaan Kitab Keluaran 20 dan Ulangan 5
Persamaan Kitab Keluaran 20 dan Ulangan 5 dapat dilihat dari kesejajaran kedua pasal dalam kitab tersebut. Persamaan itu dapat diamati atas dua bagian: pertama, persamaan teks dan arti dan yang kedua adalah persamaan arti namun beda teks.
1.      Persamaan teks dan maksud dalam kesejajaran Kitab yaitu:[1]
(a)     Keluaran 20:2 sejajar dengan Ulangan 5:6
(b)    Keluaran 20:3 sejajar dengan Ulangan 5:7
(c)    Keluaran 20:4 – 7  sejajar dengan Ulangan 5:8 – 11
(d)   Keluaran 20:9  sejajar dengan Ulangan 5:13
(e)    Keluaran 20:13 sejajar dengan Ulangan 5:17
(f)    Keluaran 20:14 sejajar dengan Ulangan 5:18
(g)   Keluaran 20:15 sejajar dengan Ulangan 5:19
(h)   Keluaran 20:16 sejajar dengan Ulangan 5:20
(i)     Keluaran 20:17 sejajar dengan Ulangan 5:21
2.      Persamaan maksud dan beda teks dalam kesejajaran Kitab yaitu:
(a)    Keluaran 20:1 sejajar dengan Ulangan 5:5b
(b)   Keluaran 20:8 sejajar dengan Ulangan 5:12
(c)    Keluaran 20:10 – 11  sejajar dengan Ulangan 5:14 – 15
Persamaan maksud, namun beda teks ini terjadi karena perbedaan struktur teks antara Kitab Keluaran 20 dan Kitab Ulangan 5. Keluaran 20 berisi perjanjian di Sinai dimana Allah memberikan perjanjian kepada Musa yaitu sepuluh hukum (Keluaran 20:1 – 17); kitab Perjanjian (Kel. 20:18 – 23:33) sedangkan Kitab Ulangan 5 berisi pidato kedua Musa berisi sepuluh hukum (Ulangan 5:6 – 21); dan tanggapan umat Allah (Ul. 5:22 – 33).[2]
Persamaan kedua kitab terletak pada “Sepuluh Hukum”. Kesepuluh hukum ini yang juga dikenal sebagai Dekalog atau “Sepuluh Firman”, tertulis dalam Keluaran 20:1-7 dan  diulangi lagi dalam Ulangan 5:6-21. Bertolak belakang dengan undang-undang lain yang dinyatakan oleh Allah dalam Pentateukh, maka Musa tidak disebutkan sebagai perantara dari perintah-perintah ini.[3] Isi dan maksud kedua kitab tersebut adalah Allah menampakkan diri serta menyatakan kemuliaan-Nya selaku Allah Israel. Allah mengikat perjanjian-Nya dengan Israel dan membina umat-Nya, yakni dengan memberikan “Kesepuluh Firman” untuk menguduskan,membebaskan,dan mempersatukannya.[4]
Dalam Kitab Keluaran 20 dan Kitab Ulangan 5 terdapat pesan Allah yang sama yaitu Allah mengharapkan ketaatan dari umat-Nya. Sepuluh Perintah mencerminkan harapan Allah yang mendasar terhadap umat-Nya dan Allah menginginkan persekutuan dengan umat-Nya dengan ketaatan terhadap perjanjian-Nya. Allah Israel adalah Allah yang Kudus yang mengasihi umat-Nya maka umat-Nya juga harus kudus melalui takut akan Tuhan.[5] Menurut G.E. Mendehall, tujuan perjanjian adalah menciptakan hubungan-hubungan baru, sedangkan tujuan hukum adalah mengatur hubungan-hubungan yang sudah ada melalui sarana perintah. Tujuan “Sepuluh Hukum” dinyatakan dalam Keluaran 20:20, “ … supaya takut akan Dia (Allah) ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa.”[6]
Berbicara tentang Sepuluh Hukum yang sangat penting ditekankan oleh kedua kitab. Setidaknya ada 2 pandangan besar tentang isi masing-masing 2 loh batu itu.[7] Pertama, 2 loh batu itu berisi 10 perintah Allah yang pada masing-masing loh berisi perintah yang berbeda-beda. Dengan kata lain, loh batu itu sifatnya berkelanjutan. Tentang susunan perintah yang termasuk dalam loh batu pertama atau kedua. Kedua, kedua loh batu itu berisi bagian yang sama, atau dengan kata lain loh kedua merupakan salinan yang sama dari loh batu pertama. Pemikiran pertama lebih populer dibandingkan dengan yang kedua namun pemikiran kedua perlu juga dipertimbangkan. Salah satu tulisan yang mendukung pandangan kedua ini adalah tulisan Meredith G. Kline dalam The Two Tablets of the Covenant.[8] Setidaknya ada beberapa hal yang menjadi dasar pemikirannya:
·         Sepuluh  perintah Allah merupakan formula semacam ‘perjanjian atau pakta’ antara orang Israel dengan Allah. Dukungan ini nampak pada kata-kata pembukaan ‘Akulah TUHAN Allahmu... ‘ yang merupakan ciri khas perjanjian antara 2 kubu di dunia Timur Dekat kuno.
·         Dari gaya penulisan, bentuk apodiktif yang ada dalam Decalogue memiliki kesamaan dengan pakta kerjasama yang di dalamnya biasanya mengandung perintah, larangan, formula persyaratan hingga kutukan (bdg. Ul. 27:15-26);
·         Dari sisi pengistilahan, bagian-bagian Alkitab lainnya menyebut Decalogue ini sebagai ‘loh-loh perjanjian – the tables of the covenant’ (Ul. 9:9, 11) dan ‘the tables of the testimony‘ (Kel. 31:18; 32:15; 34:29).
Albrecht Alt membedakan 2 jenis hukum di dunia Timur Dekat kuno, yaitu hukum kasuistik (dengan syarat serta mendefinisikan jenis kasus tertentu) dan apodiktif (tanpa syarat dan bersifat imperatif). Hukum kasuistik secara sederhana didefinisikan sebagai hukum ‘ jika... maka...’ (Kel. 21:18-19; Im. 25:25). Sedangkan hukum apodiktif lebih bersifat langsung mendefinisikan apa yang benar dan salah. Contoh bentuk apodiktif adalah formula ‘siapa.... pastilah...’ (Kel. 21:12, 15,17), ‘terkutuklah ‘ (Ul. 27:15-26), ‘janganlah....’ (Kel. 23:1-3,6-9; Im.18:7-18). Melihat 2 perbedaan jenis hukum ini, maka dapat disimpulkan bahwa Decalogue mempergunakan pola hukum apodiktif.[9]
Dan karena 2 loh batu itu bukan sekedar sebuah hukum, melainkan perjanjian, maka menurut Kline, keberadaan loh batu kedua merupakan salinan dari loh batu pertama. Pentingnya 2 loh batu sebagai tanda perjanjian antara Allah dan bangsa Israel semakin terlihat ketika Allah memerintahkan Musa untuk meletakkan 2 loh batu itu di tabut perjanjian (Kel. 25:16,21; 40:20; Ul. 10:2).[10]
Setidaknya ada 3 pandangan populer tentang pembagian posisi perintah-perintah dalam 2
loh batu itu.[11]
·          Loh pertama berisi 5 perintah yang secara eksklusif berhubungan dengan bangsa Israel sementara loh kedua berisi 5 perintah yang sifatnya universal.  Dan 5 perintah pertama berhubungan dengan kasih Allah, hubungan antara Israel dan Allah (Yahweh). Masing-masing perintah melibatkan frase ‘Tuhan Allahmu’ dan masing-masing memiliki motif sebab-akibat. Dukungan pembagian 5 dan 5 ini dinyatakan juga oleh Philo dalam Decalogue 50:
      Now God divided them, being ten, as they are, into two tablets of five each, which he
      engraved on two pillars. And the first five have the precedence and pre-eminence in
      honour; but the second five have an inferior place assigned to them.[12]

Josephus juga mendukungnya,[13]
…When he said this, he showed them two tables, with the Ten Commandments engraved upon them, five upon each table; and the writing was by the hand of God (Antiquities of the Jews 3.110)

·         Dua loh batu tersebut masing-masing terbagi atas 4 dan 6 perintah. Empat perintah pertama berhubungan dengan Allah sementara 6 perintah berikutnya berhubungan dengan sesama manusia. Pandangan ini didukung oleh Agustinus dan menjadi pandangan tradisional gereja Katolik dan Lutheran.
·         Pandangan ketiga mendasari pendapatnya pada penggunaan orang pertama dan ketiga untuk merujuk pada Allah. Dalam Kel. 20:2-6 yang dianggap sebagai isi loh batu pertama, Allah menyebut diri-Nya dalam bentuk orang pertama tunggal (Aku) sedangkan sisa bagian sesudahnya (20:7-17) sebutan untuk Allah dinayatakan dalambentuk orang ke-3 tunggal (Dia). Loh batu yang kedua masih dibagi lagi menjadi 2 bagian: 7-11 meliputi perintah-perintah yang berhubungan dengan keagamaan  sedangkan 12-17 menyangkut masalah-masalah sekuler.
B.     Perbedaan Kitab Keluaran 20 dan Ulangan 5
Perbedaan kata “Ingatlah” dalam Keluaran 20:8 diambil dari kata zakor dalam bahasa Ibrani. Dalam bahasa Inggris “remember”. Implikasi dari mengingat ialah merayakan hari Sabat sebagai kenyataan yang ada sekarang. Dalam Ulangan 5:12, kata kerja yang dipakai berbeda, yaitu syamar yang biasanya berarti ‘peganglah”, “jagalah”. Dalam bahasa Inggris “keep”, tetapi implikasinya sama. Dalam Alkitab LAI diterjemahkan sebagai “ingat”.[14]
Pada Ulangan 5: 12 ada kalimat “seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu” yang tidak terdapat pada Kel. 20:8 mengindikasikan bahwa Musa lebih menegaskan perintah ini yang sebenarnya telah dilakukan oleh umat-Nya. Dengan perintah “kuduskanlah hari Sabat” ini Allah mengundang umat-Nya untuk mengambil bagian di dalam perhentian-Nya sendiri (karena Allah sendiri “berhenti” pada hari ketujuh,bdg. Kej. 2:2 – 3). Artinya Allah membuka waktu bila umat dapat bersekutu dengan Dia dan dengan sesamanya.[15]

Perbedaan yang sangat jelas terlihat antar Kel. 20:11 dan Ul. 5:15 menunjukkan perbedaan masa dan juga subyek yang menyampaikan berita tersebut. Allah berfirman langsung kepada Musa dan kutipan ini juga bersumber dari Kejadian 2:1–3. Lain halnya dengan Ul. 5:15, Musa mengingatkan umat Israel untuk tetap setia dengan hukum Allah  tentang pertolongan Allah ketika umat Allah dibawa keluar dari Mesir.[16]  Keluaran 20:11 menegaskan tentang pola Allah yang diterapkan pada kehidupan manusia yaitu enam hari (Keluaran 20:9;Ulangan 5:13). Mereka bisa melakukan semua tugas mereka selama enam hari, tetapi pada hari ketujuh mereka harus menghormati Tuhan dengan beristirahat. Hari ini harus dianggap sebagai hadiah dari Tuhan dan orang-orang mengambil bagian dalam kesukaan-Nya.[17]
Dalam penjelasan Keluaran 20:9–11 terdapat dua pikiran yang penting yang menunjukkan perbedaan yaitu: (1) Pertama ialah bukan hanya tuan rumah tangga yang berhenti dari pekerjaan, tetapi juga anak-anak, hamba-hamba, orang-orang asing, juga hewan; bukan hanya laki-laki tetapi perempuan juga. Itu berarti bahwa hormat kepada Tuhan berhubungan dengan keprihatinan social bahkan dengan keadilan. Pikiran ini lebih ditegaskan di mana disebut “lembumu atau keledaimu” disamping “hewanmu”, ditambah keterangan “supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga’” dan orang Israel diperingatkan bahwa mereka dahulu adalah budak di Mesir;            (2) pikiran kedua, yang tidak terdapat dalam kitab Ulangan, ialah bahwa Tuhan sendiri beristirahat, maka umat Israel harus beristirahat juga.[18] Hal ini berarti Sabat itu bagi Allah dan juga untuk manusia. “Lalu kata Yesus kepada mereka: "Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,jadi Anak Manusia adalah juga Tuhan atas hari Sabat"(Markus 2:27–28).
Kitab Keluaran 20:12 dan Ulangan 5:16 adalah sama, namun terdapat perbedaan yaitu “baik keadaanmu” terdapat dalam Ul. 5:16 yang menunjukkan bahwa tidak hanya supaya lanjut umur atau panjang umur tetapi juga baik keadaan (yatab: dalam bahasa Ibrani), syaratnya melakukan perintah ini dengan setia (bdg. Ul. 6:3). Selain itu, teks ini berusaha menegakkan otoritas manusia sebagai hal yang penting untuk memastikan perjanjian itu dipelihara. Inti hukum ini ialah agar anak-anak menghormati orang tua, karena di dalam rumah tanggalah anak-anak diajarkan tentang perjanjian itu (Ul. 6:6–9).[19] Adanya perbedaan dalam versi Sepuluh Hukum dalam Ulangan 5 dihubungkan dengan prosedur pembaharuan perjanjian, yang menyadur ketentuan-ketentuan dasar perjanjian agar sesuai dengan keadaan sejarah dan sosiologis yang berubah.[20]
Kata “mengingini” dalam bahasa Ibrani: awah yang dalam bahasa Inggris “covet”, (Kel. 20:17), namun dalam Ul. 5:21, arti yang sama namun kata “mengingini” dalam bahasa Ibrani:hamad  yang dalam bahasa Inggris “desire”. Kata awah dalam bahasa Ibrani rupa-rupanya bukan hanya menunjuk kepada motivasi batin, tetapi juga kepada perbuatan, yaitu usaha untuk memperolehnya. Kata hamad lebih menegaskan keinginan atau nafsu laki-laki untuk memperoleh hal yang salah dalam hal ini istri orang lain (bdg. Kel. 34:24).[21]
Perbedaan ciri khas kitab terlihat dalam Keluaran 20, kitab ini memuat ringkasan hukum moral dan tuntutan kebenaran Allah bagi umat-Nya, dan dengan demikian memberikan landasan bagi etika dan prinsip-prinsip moral Alkitabiah dalam penyataan selanjutnya. Sedangkan Kitab Ulangan merupakan “Kitab Hukum Kedua” karena di dalamnya Musa, pemimpin Israel yang berusia 120 tahun, menyatakan kembali dan merangkum (dalam bentuk khotbah/pidato) sabda Tuhan yang terdapat di dalam keempat kitab sebelumnya.[22]
Alkitab menunjukkan dalam Keluaran 20: 18–21 terdapat perbedaan dalam dialog Musa dengan  umat Allah dimana Ulangan 5:25–26, dimana ada kata “api” yang tidak didapati dalam Keluaran 20, namun terdapat dalam Keluaran 19:18. Hal itu disebabkan oleh riwayat dalam pasal 19 dilanjutkan dalam Keluaran 20:18–21 karena ayat-ayat itu menggambarkan respon umat Israel terhadap kuasa Allah (Kel. 20:18), namun Kesepuluh Hukum disisipkan di sini dan ayat 1 (Kel. 20:1) menggabungkannya dengan riwayat itu. Alasannya ialah Kesepuluh Firman menerima tempat khusus dalam penyataan kehendak Allah dan menjadi dasar iman serta kelakuan bangsa yang dengannya Dia akan masuk perjanjian.[23]
Kitab Keluaran 20:18–21 merupakan respon orang-orang Israel terhadap guntur, kilat, sangkakala, serta gunung berasap yang mereka lihat atau dengar ketika Allah turun ke atas gunung Sinai. Hal ini disejajarkan dengan Ulangan 5:22–33 yang merupakan respon umat Allah yang ditunjukkan melalui dialog Musa dan umat Allah dan firman Allah dengan Musa.  Perbedaannya adalah Ulangan 5:22–33 menjelaskan lebih lanjut alasan umat Allah menjadi takut mati maka Musa menjadi pengantara mereka di hadapan Allah. Perbedaan lain adalah Kitab Ulangan 4:44–5:5 merupakan pengantar pidato Musa kepada umat Allah dimana teks Ulangan 5:1–5 tidak terdapat dalam kitab Keluaran 20. Dalam Keluaran 20:22–26, merupakan peraturan tentang Kebaktian yang tidak dijelaskan dalam Ulangan 5. Perikop tentang peraturan kebaktian adalah bagian pertama dari “kitab perjanjian”.[24]
Keduanya memiliki beberapa perbedaan. Pertama, Keluaran 20:1-17 diucapkan sendiri oleh Allah kepada bangsa Israel di gunung Sinai sedangkan Ulangan 5:6-21 diucapkan oleh Musa dalam konteks mengutip isi Keluaran 20:1-7. Kedua, antara isi Keluaran  20:1-7 dan Ulangan 5:6-21, ada beberapa perbedaan isi, misalnya pada perintah ke 4,5 dan 10. Perbedaannya dapat dilihat pada tabel berikut.[25]
Keterangan
Keluaran 20

Ulangan 5

Perintah
ke-4

8 Ingatlah dan kuduskanlah hari  Sabat:

12 Tetaplah ingat dan kuduskanlah hari Sabat, seperti yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu

9 enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,

13 Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu,

10 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka  jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau
hambamu perempuan, atau
hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu.


14 tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan,engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang manapun, atau orang asing yang di tempat kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti
engkau juga.


11 Sebab enam hari lamanya
TUHAN menjadikan langit dan bumi, laut dan segala isinya, dan Ia berhenti pada hari ketujuh; itulah
sebabnya TUHAN memberkati hari Sabat dan  menguduskannya.

15 Sebab haruslah kauingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah
Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan
tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN,
Allahmu, memerintahkan engkau merayakan hari Sabat.

Perintah
ke-5

12 Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

16 Hormatilah ayahmu dan ibumu, seperti yang diperintahkan kepadamu
oleh TUHAN, Allahmu, supaya lanjut
umurmu dan baik keadaanmu di tanah yang diberikan TUHAN,Allahmu, kepadamu.


Perintah
ke-10

17 Jangan mengingini rumah
sesamamu; jangan mengingini
isterinya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau lembunya atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.

21 Jangan mengingini isteri
sesamamu, dan jangan menghasratkan rumahnya, atau ladangnya, atau hambanya laki-laki, atau hambanya perempuan, atau
lembunya, atau keledainya, atau apapun yang dipunyai sesamamu.

Sumber : Perbedaan yang terdapat Dalam Sepuluh Hukum. LAI:Alkitab ITB



[1] Persamaan Keluaran 20 dan Ulangan 5 berdasarkan Alkitab Terjemahan ITB,KJV .
[2] Andrew E. Hill dan John H. Walton. Survei Perjanjian Lama. Malang: Gandum Mas, 1996, 173;229.
[3] Hill Andrew E. dan John H. Walton. 183.
[4] Christoph Barth dan Marie-Claire Barth-Frommel. Teologi Perjanjian Lama 1. Jakarta:BPKGunung Mulia, 2008,278.
[5] John Balchin et al.The Bible Outline. Jakarta: Persekutuan Pembaca Alkitab, 2005, 28;47.
[6] Hill dan John, 184.
[7] David L. Baker. Ten Commandments, Two Tablets: The Shape of the Decalogue.Themelios 30,2005, 8.
[8] Meredith G.Kline, The Two Tablets of the Covenant .Westminster Theological Journal 22,1960,133-146

9       Baker, 13.
10    Kline, 139.
[11]   Baker, 9 – 11.
[12]   C.D. Yonge. The Works of Philo .Peabody: Hendrikson Publishers, 2000, 522.
[13]    William Whiston. The Works of Josephus .Peabody: Hendrickson Publishers, 2000 , 85.
[14] Robert M. Paterson. Tafsiran Alkitab: Kitab Keluaran. Jakarta:BPKGunung Mulia, 2006, 263.
[15] Barth dan Marie, 328.
[16] Paterson, 264.
[17] Ibid, 268.
[18] Ibid, 268-269.
[19] Hill, 234.
[20] Ibid, 184.
[21] Paterson, 265;440.
[22] Donald .C.  Stamps, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan . Jakarta: Gandum Mas dan LAI, 1992,95;274.
[23] Paterson, 275 – 277.
[24] Ibid, 281.
[25] Alkitab Terjemahan Indonesia Baru menunjukkan perbadaan Sepuluh Hukum berdasarkan Keluaran 20 dan Ulangan  5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar